Country Director Asian Development Bank (ADB) untuk Indonesia Jon D. Linborg mengatakan, ADB memproyeksi perekonomian Indonesia tengah dalam tren positif dan akan menembus angka 6,6 persen pada 2014.
"Ini akan menjadi rekor pertumbuhan tertinggi dalam 15 tahun terakhir," ujarnya saat paparan Asian Development Outlook 2013 di Jakarta kemarin (9/4).
Sebagai gambaran, perekonomian Indonesia sempat mencapai masa keemasan pada periode 1986 - 1996 dengan pertumbuhan ekonomi di kisaran 6,4 - 9,1 persen dengan rata-rata pertumbuhan 7,7 persen. Rekor tertinggi dicapai pada 1991 ketika ekonomi Indonesia tumbuh 9,1 persen. Namun, ekonomi Indonesia kemudian hancur lebur dihantam badai krisis moneter 1997 - 1998.
Menurut Linborg, konsumsi rumah tangga masih akan menjadi motor utama perekonomian Indonesia. Karena itu, aktifitas pemilihan umum (Pemilu) akan menjadi momentum naiknya konsumsi.
Selain itu, kenaikan upah minimum dan gaji pegawai negeri sipil (PNS) juga akan menjadi faktor signifikan. "Peningkatan konsumsi akan mulai terjadi pada semester II 2013 dan terus naik di 2014," katanya.
Lindborg menyebut, kuatnya konsumsi juga akan memancing investor asing untuk menanamkan modalnya di Indonesia. Sehingga, naiknya konsumsi akan diiringi dengan naiknya investasi. Dua motor inilah yang akan membawa ekonomi Indonesia terus melaju.
"Saat ini, Indonesia berada di jalur yang bagus untuk pertumbuhan jangka panjang," ucapnya.
Sementara itu, Direktur Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter Bank Indonesia (BI) Endy Dwi Tjahyono mengatakan, berdasar pengalaman Pemilu 2009, belanja Pemilu sudah mulai mengucur satu tahun menjelang Pemilu.
"Pada periode 2008 - 2009, aktifitas Pemilu mendorong pertumbuhan konsumsi hingga Rp 11 triliun. Untuk periode 2013 - 2014, pasti lebih (besar)," ujarnya.
Endy menyebut, seperti periode 2008 - 2009, kenaikan belanja terbesar akan terjadi pada sektor makanan dan minuman, maupun tekstil.
Menjelang Pemilu, persiapan stok makanan minuman untuk kampanye memang mulai disusun, termasuk belanja untuk produk tekstil seperti kaos, spanduk, bendera, dan lain-lain. "Dari mulai perusahaan besar sampai industri rumah tangga akan tumbuh," ujarnya.
Wakil Menteri Keuangan Mahendra Siregar menambahkan, Pemilu memang selalu mendorong roda perekonomian berputar lebih kencang. Selain belanja partai politik, lanjut dia, belanja pemerintah pun biasanya akan lebih besar.
"Akan ada aspek stimulus dari pemerintah yang berpotensi menaikkan tingkat konsumsi," katanya.
Namun, ekonom yang juga Sekretaris Komite Ekonomi Nasional (KEN) Aviliani mengatakan, pada periode Pemilu, potensi pertumbuhan ekonomi memang cukup tinggi.
Namun ada syaratnya, yaitu pelaksanaan Pemilu yang aman. "Jika terjadi gejolak pada saat Pemilu, misalnya kerusuhan massa, maka perekonomian justru akan terganggu," ucapnya. (owi)
BACA ARTIKEL LAINNYA... OJK Harus Tingkatkan Fungsi Edukasi
Redaktur : Tim Redaksi