Bayangkan anda mengemasi koper, mengucapkan selamat tinggal ke negara asal Anda, dan pergi ke sisi lain dunia untuk memulai kehidupan baru.
Skenario itu adalah apa yang dilakukan jutaan orang selama bertahun-tahun dengan bermigrasi ke Australia, namun menjelaskan mengapa sejumlah orang bermigrasi ke negara lain kepada anak-anak bisa menjadi tantangan.
BACA JUGA: Sisa Pestisida Ditemukan Pada Madu di Pasaran
Sebuah buku bergambar baru berjudul 'Ten Pound Pom', karya ilustrator yang berbasis di Newcastle, NSW, Liz Anelli, dan penulis Carole Wilkinson, akan membantu meringankan tantangan itu.
Buku ini merupakan catatan otobiografi kedatangan Wilkinson ke Australia pada tahun 1960an.
BACA JUGA: Polisi Australia Gagalkan Penyelundupan Bahan Sabu Senilai Rp 35 Triliun
Anelli, yang bermigrasi ke Australia lima tahun lalu, menceritakan pengalamannya bepergian ke seluruh dunia, saat menggambar buku tersebut.
Saya sendiri seorang imigran. Saya bisa katakan, pergi dari satu negara untuk tinggal di negara lain adalah hal yang besar dalam hidup anda."
BACA JUGA: Ingin Kembali Jadi Politisi Lokal, Senator Australia Ini Mundur
"Ini benar-benar buku keluarga, karena ketika anda menanyai sejumlah orang, hampir semua punya teman, kerabat atau tetangga yang datang dari negara lain." Liz Anelli menggunakan berbagai warna untuk menggambarkan perubahan di narasi bukunya.
ABC Newcastle: Robert Virtue Tantangan dalam mendapat keakuratan sejarah
Pada tahun 1945, setelah Perang Dunia II, sebuah kampanye terpadu oleh Pemerintah Australia untuk menarik warga Inggris agar pindah ke Australia -dengan biaya £ 10 -dimulai.
Mereka yang mengambil kesempatan itu dikenal sebagai 'Ten Pound Poms'.
Pada tahun pertama skema tersebut, 400.000 warga Inggris diperkirakan mengajukan permohonan untuk migrasi.
Wilkinson adalah salah satu dari 'Ten Pound Poms' itu, dan tiba di Australia pada tahun 1960an.
"Biasanya penulis akan menyerahkan ceritanya kepada ilustrator dan ini adalah bayi yang akan anda asuh, yang memang indah," kata Anelli.
"Tapi untuk buku non-fiksi harus ada konten faktual."
Sungguh hebat mengerjakan hal ini karena menjadi orang Inggris dan menjadi imigran sendiri, saya punya banyak sejarah dan emosi yang bisa digambarkan dalam ilustrasi."
"Hal-hal yang butuh waktu lama adalah meneliti kapal. Kembali ke tahun 60an, tidak banyak foto yang diambil, pastinya tidak ada foto udara."
"Untuk halaman yang paling sulit, saya butuh waktu sekitar satu minggu, karena saya mencoba menggambar pandangan mata burung dari dek sebuah kapal di mana tidak ada rencana perjalanan yang tersedia, tidak ada foto; jadi ya, Anda mengarangnya dengan sebuah buku cerita, tapi harus terlihat meyakinkan."
Ilustrasi buku ini menampilkan gambaran warna yang berbeda-beda, dari abu-abu dan coklat yang mewakili kehidupan di Inggris pasca perang yang suram, hingga warna hijau pucat dan hijau zamrud yang menggambarkan pemandangan pantai Australia yang indah.Kenangan memunculkan perasaan tercekat
Bagi Anelli, mengilustrasikan buku tersebut membangkitkan rasa nostalgia.
Meskipun ia beremigrasi beberapa dekade setelah Wilkinson, ia memanfaatkan pengalamannya sendiri saat menciptakan gambar itu untuk menemani buku tersebut.
"Ini membuat saya tercekat bahkan hanya menyebutkannya saja -ada halaman di mana Carole (Wilkinson) dan keluarganya mengucapkan selamat tinggal kepada tetangga mereka," katanya.
"Ini adalah replika ingatan saya tentang tetangga saya dan anak perempuan saya berdiri di gerbang saat saya memasuki mobil tetangga saya yang lain, dan perlahan-lahan mereka menghilang di kejauhan."
Ini adalah hal yang paling menyedihkan untuk dilakukan; kemudian anda sampai ke titik di mana anda membuka lembaran baru. Bagi kami, itu adalah gerbang Bandara Heathrow, dan kami benar-benar merasa masuk ke dalam Narnia."
"Anda seperti masuk ke dunia lain -kita akan melakukan ini, kita akan menjalani petualangan ini, dan semuanya akan baik-baik saha." Liz Anelli meneliti desain kapal yang digunakan pada tahun 1960an ketika membuat ilustrasi bukunya.
ABC Newcastle: Robert Virtue
Sementara ia memiliki ingatannya sendiri untuk dikenang, Anelli ingin membuat ilustrasi itu sesuai dengan kisah Wilkinson.
"Saya cuku sering mendapat manuskrip dari penerbit dan kemudian menemukan karakter saya sendiri," ujarnya.
"Karena konten faktualnya, Carole (Wilkinson) dan saya berbagi sedikit informasi. Ia mengirimi saya foto pantai, rumah, dan ia mengatakan [hal-hal seperti] 'Oh sebenarnya kakak laki-laki saya memiliki rambut pirang saat ia masih kecil' .
"Bagi saya, saya juga sangat banyak menceritakan keluarga saya di dalam buku ini."Mengajarkan tentang migrasi dan budaya begitu penting
Australia menerima lebih dari 180.000 imigran pada tahun 2015-16.
Termasuk dalam gambar di buku tersebut adalah anak-anak, yang tak diragukan lagi akan belajar di sekolah-sekolah Australia dan berbagi cerita tentang budaya mereka dengan anak-anak lain.
Anelli mengatakan bahwa begitu penting bagi anak-anak untuk diajarkan tentang migrasi dan mengapa seseorang pindah ke negara baru.
"Negara dan batas adalah hal yang telah kita buat untuk membuat peradaban kita bekerja," katanya.
"Memang benar bahwa umat manusia telah melakukan perjalanan sejak kita masih berbentuk kera; itulah cara kita bertahan, berkembang dan terus maju, dan kita adalah makhluk bergerak yang hebat."
Begitulah hidup, anda harus menerimanya entah anda menyukainya atau tidak. Akan ada makin banyak orang yang berpindah seiring berjalannya waktu."
"Saya pikir sangat menyenangkan untuk merayakan kenyataan bahwa orang-orang bisa melakukan perjalanan ke berbagai negara untuk hidup; sangat menyenangkan bahwa sejumlah negara menyambut imigran dari luar negeri."
"Bagus sekali jika anak-anak sekolah bisa belajar bahwa kita semua sedikit berbeda, tapi pada dasarnya kita semua mencintai keluarga kita, kita semua mencintai rumah kita, dan jika kita mengabaikan tampilan, kita semua terlihat sama di dalamnya."
Simak berita ini dalam bahasa Inggris di sini.
BACA ARTIKEL LAINNYA... Australia Protes Penalti Suriah dalam Kualifikasi Piala Dunia