jpnn.com, JAKARTA - Pengamat politik Boni Hargens memerkirakan ada perbedaan mendasar dalam dimensi kepemimpinan politik di Indonesia, jika pasangan calon presiden Prabowo Subianto-Sandiaga Salahudin Uno terpilih di Pilpres 2019 mendatang.
Menurut Boni, pasangan calon presiden nomor urut 02 sangat kuat dalam retorika selama berkampanye. Pasangan yang diusung koalisi Indonesia Adil Makmur tersebut, berhasil membangun persepsi masyarakat secara cepat dan mengobok-obok emosi kolektif masyarakat.
BACA JUGA: Respons Kubu Jokowi soal Honorer K2 Dukung Prabowo - Sandi
"Hal ini positif untuk memenangkan pertarungan politik, tapi negatif karena kemungkinan hanya akan melahirkan pemerintahan yang ahli berbicara bukan ahli bekerja," ujar Boni pada seri diskusi 'Merawat Ke-Indonesiaan' yang digelar Lembaga Pemilih Indonesia (LPI) di Jakarta, Jumat (4/1).
Direktur LPI ini juga mengatakan, pendekatan negatif campaign kubu Prabowo merupakan petunjuk mereka akan mengikat dukungan politik atas dasar keprihatinan, keresahan, kecemasan dan kebencian pada lawan politik, sehingga kepemimpinan yang terbentuk jika menang adalah kepemimpinan berbasis emosi dan pesimisme.
BACA JUGA: Demi Perubahan Nasib, Honorer K2 Dukung Prabowo â Sandi
"Saya kira dukungan ormas garis keras, HTI dan Cendana merupakan indikasi kuat Prabowo-Sandi akan mendaur ulang Orde Baru dalam varian yang lebih buruk. Karena ada perkawinan antara rezim otoriter dan pro-khilafah," kata Boni.
Sisi positifnya, Boni melihat Prabowo-Sandi nantinya bisa menjadi pemimpin yang membakar emosi rakyat melawan musuh dari luar, meskipun akan cendrung mengabaikan adanya kehancuran karena kerusakan dari dalam.
BACA JUGA: Hampir 75 Persen Dana Kampanye dari Kantong Sandi
"Dengan kata lain, kepemimpinan yang lahir nantinya adalah kepemimpinan keras yang looking-outward, namun gagal melihat ke dalam, jika Prabowo-Sandi terpilih," katanya.
Berbeda jika pasangan calon presiden Joko Widodo-Ma'ruf Amin yang terpilih. Menurut Boni, kepemimpinan pasangan capres nomor urut 01 transformatif dan berorientasi pada kinerja.
"Kubu Jokowi-Ma'ruf selama ini juga menggunakan strategi kampanye pendekatan positif. Ini mencerminkan pemerintahan Jokowi nantinya dibangun di atas optimisme dan berpotensi membawa Indonesia pada level kemajuan yang lebih tinggi," tuturnya.
Boni juga meyakini pasangan Jokowi-Ma'ruf nantinya menonjolkan kepemimpinan yang melayani, jika melihat isu kampanye yang diangkat selama masa kampanye sangat positif.
"Partai pendukung Jokowi adalah partai nasionalis yang mengusung narasi politik kebangsaan berorientasi pada pembangunan integrasi sosial atas dasar empat pilar. Hal ini akan membentuk kepemimpinan yang nasionalis dan inklusif," pungkas Boni.(gir/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... PKS Merasa Sudah Bantu Prabowo â Sandi, Sangat Besar!
Redaktur & Reporter : Ken Girsang