jpnn.com, JAKARTA - Aksi unjuk rasa menolak Omnibus Law UU Cipta Kerja di sejumlah daerah, Kamis (8/10), diwarnai kerusuhan dan tindakan anarkistis.
Aksi demo menolak UU Cipta Kerja yang berlangsung anarkistis berupa perusakan fasilitas publik, diduga melibatkan pelajar STM.
Anggota Komisi X DPR RI dari Fraksi Partai Persatuan Pembangunan (F- PPP) Illiza Sa’aduddin Djamal mengatakan sangat menyayangkan aksi itu.
Menurutnya, memang pelajar punya hak tetapi ada cara lain menyampaikan aspirasi.
Bukan dengan cara anarkistis yang berdampak buruk untuk mereka.
"Sebetulnya keterlibatan anak 17 tahun itu kan mereka punya hak dan kemudian mengingat mereka masih pelajar ada pola cara untuk menyampaikan aspirasi mereka mungkin jauh lebih baik daripada turun ke jalan. Berbuat anarkis dampak buruk bagi mereka apalagi dalam kondisi pandemi seperti ini," ungkap Illiza saat berbincang dengan jpnn.com, Minggu (11/10) malam.
Legislator yang juga anggota Baleg DPR ini mengatakan, agar tidak terulang lagi, perlu adanya pengawasan dari sekolah dan orang tua.
Menurut dia, masih ada cara yang lebih santun daripada berbuat anarkistis.
"Banyak cara tidak harus dengan merusak dan turun ke jalan seperti itu. Efuaria dalam kondisi seperti ini pengawasan sangat sulit sekali dilakukan," katanya.
"Nah, risiko tinggi bagi mereka, karena mereka ini kan pelajar sifatnya, mereka (pelajar STM) ini kan tidak ada yang mengawasi berbeda dengan mahasiswa kan ada yang menggerakkan dan ada pengawasan dan tanggung jawab," katanya menambahkan.
Lebih jauh, dia mengatakan seharusnya pihak sekolah harus melakukan pengawasan dan memberikan teguran.
Dia juga meminta pihak kepolisian agar tidak memberikan sanksi yang kasar terhadap para pelajar itu. Sebab, pelajar masih membutuhkan bimbingan.
"Kalau melanggar ketentuan diharapkan polisi jangan memberi sanksi fisik, tidak berbuat kasar mengingat mereka siswa dan butuh bimbingan. Karena memang ini kan sifatnya spontanitas. Membimbing mereka, mendidik tidak dengan kekerasan," katanya.
Ke depanya, dia berharap pendidikan karakter perlu ditekankan. Pasalnya, berbicara tentang peradaban juga berbicara tentang pendidikan. (mcr3/jpnn)
Jangan Lewatkan Video Terbaru:
BACA JUGA: Hari Ini Ada Demo Buruh Lagi, Besok Massa FPI, PA 212, GNPF Ulama
Redaktur & Reporter : Fransiskus Adryanto Pratama