PRESIDEN Taiwan Ma Ying-jeou memang cemerlang. Dia tidak ingin jurang perselisihan dengan Partai Oposisi yang dikomando Democratic Progressive Party (DPP) kian meruncing! Dia sadar, bahwa demokrasi itu hanyalah cara untuk mencapai tujuan, dan bukan tujuan itu sendiri. Karena itu, perbedaan pendapat itu harus menemukan solusi demokratis untuk kejayaan dan kemajuan negeri, bukan malah sebaliknya, menjadi benalu yang mengerdilkan Negara.
jpnn.com - Ma Ying-jeou yang disupport Partai Kuomintang (KMT) telah memenangi pilpres secara langsung, 14 Januari 2012 lalu. Dia tidak bertangan besi. Dia tidak lagi menempatkan oposisi sebagai “orang luar”, “orang pinggiran” atau “musuh” yang harus selalu mengambil posisi berseberangan. Dia justru mengajak Chairwomen DPP, Tsai Ing-wen dan Chairman DPP James Soong untuk bersama-sama menjaga iklim demokrasi di Taiwan.
Statemen itu disampaikan resmi Presiden Ma dalam inauguration, kemarin. Dia menyebut nama pimpinan partai oposisi yang memimpin demo-demo itu. Dan kata-kata itu dia ulangi lagi dalam press conference di lantai III Istana Presiden Taiwan, siang itu. Dia akan mengajak dialog dengan pemimpin oposisi untuk duduk bersama, dan memberi contoh yang baik bagi demokrasi di Taiwan.
“I sincerely hope to open up dialogue with the opposition leaders as soon as possible. We will show the people that the ruling and opposition parties can not only compete, buat also cooperate. For the welfare of all our people, let us jointly set a good example for Taiwan’s democracy,” kata Ma Ying-jeou yang mengenakan jas gelap dan dasi warga cokelat bermotif garis-garis itu.
:TERKAIT Apakah ini awal mula koalisi? Seperti yang terjadi di Indonesia? Sehingga ada jatah kabinet atau jabatan menteri dari partai oposisi? Presiden Ma belum bisa memastikan. Dia menyebut soal kabinet, itu mengacu pada profesionalisme murni, bukan pada keterikatan partai. Aha, kita tunggu saja? Seperti apa Presiden Ma memanaj persaingan dua partai besar itu?
Karena belum-belum, Democratic Progressive Party (DPP) sudah menghembuskan isu-isu politik yang memerahkan telinga. Mereka bertekat untuk berjuang dengan jalur demonstrasi, menentang presiden terpilih. Mereka bahkan akan meng-impeachment presiden, bersama The Taiwan Solidarity Union (TSU). Mereka ingin menurunkan presiden sebelum masa tugasnya habis 4 tahun ke depan. Mereka makin pede (baca:percaya diri,red), karena kemenangan Partai Kuomintang (KMT) atas DPP hanya terpaut sedikit, sekitar 6 persen saja. KMT 51,6 persen, sedang DPP 45,6 persen saja.
Selain itu, Presiden Ma juga punya kemiripan dengan Presiden SBY, yakni sangat percaya dengan angka-angka hasil survei. Kebetulan, sebuah penelitian yang dilakukan The United Daily News menyebutkan, indeks popularitas Presiden Ma sedang terjun bebas. Survei yang dirilis 17 Mei itu menyebut 66 persen responden mulai tidak puas dengan pemerintah. Hanya 23 persen yang masih puas dengan Ma Ying-jeou!
Ini adalah angka popularitas yang amat mengejutkan, dan paling jeblok selama ini. Empat tahun lalu, ketika Ma Ying-jeou terpilih menjadi presiden periode pertama, 20 Mei 2008, angka popularitasnya 60 persen, dan yang tidak puas hanya 10 persen saja.
Hasil survei lain, Presiden Ma dianggap tidak akan merespon pendapat umum, 57 persen. Dan responden yang masih yakin dia akan merespons dengan cepat, hanya 37 persen. Lalu, 56 persen responden tidak yakin Presiden Ma punya kapabilitas memimpi Taiwan. Yang yakin bisa memimpin, hanya 37 persen.
Mungkin, angka-angka itu yang membuat materi pidato perdana Presiden Ma yang disiarkan live di banyak TV lokal Taiwan kemarin memang lebih banyak bicara policy dalam negeri. Politik dalam negeri Taiwan yang lebih banyak memperoleh respons. Dia lebih banyak menjawab soal demonstrasi yang sehari sebelumnya ribuan orang sempat mengepung kota Taipei.
Banyak isu yang mereka lontarkan dalam demo itu. Soal kenaikan harga BBM, kenaikan tarif listrik, soal impor daging sapi dari AS, dan lainnya. Itulah yang terus menerus menggerogoti popularitas Presiden Ma. “I will evaluate, evaluate and evaluate again! Improve, improve and improve more. Work hard, work hard
BACA ARTIKEL LAINNYA... Selamat Pagi Jakarta, Selamat Bekerja Bakti
Redaktur : Tim Redaksi