Merasa Aman, Kamboja Nekat Longgarkan Penguncian

Senin, 04 Januari 2021 – 23:19 WIB
PM Kamboja Hun Sen. Foto: Reuters

jpnn.com, PNOM PENH - Kamboja telah mulai membuka kembali sekolah dan museum setelah melonggarkan penguncian selama enam minggu akibat wabah virus corona akhir tahun lalu.

Pada Senin, siswa-siswa yang mengenakan masker berbaris untuk pemeriksaan suhu dan cuci tangan sebelum diizinkan masuk ke sekolah dasar Sovannaphumi di Ibu Kota Phnom Penh.

BACA JUGA: PM Kamboja Klaim Wabah COVID-19 Telah Berakhir

Sementara sekolah swasta mulai dibuka kembali minggu ini, siswa di sekolah umum akan mulai bersekolah minggu depan.

Di Museum Genosida Tuol Sleng, bekas pusat penyiksaan dan penjara Khmer Merah di ibu kota negara itu, staf dan pengemudi ojek "tuk tuk" menunggu kedatangan pengunjung.

BACA JUGA: Makin Akrab dengan Tiongkok, Kamboja Hancurkan Bangunan Buatan Militer Amerika

"Saya khawatir kami dapat terinfeksi, tetapi saya melihat bahwa kami warga Kamboja mengikuti instruksi yang ditetapkan oleh pemerintah tentang penggunaan masker, mencuci tangan dengan alkohol atau sabun, dan menjaga jarak," kata Theun Ngor (43), seorang pengemudi "tuk-tuk".

Kebijakan itu kontras dengan beberapa negara tetangga yang menghadapi pembatasan baru karena peningkatan kasus COVID-19.

BACA JUGA: 5 Khasiat Ampuh Bunga Kamboja, Nomor 2 Baik untuk Meredakan Nyeri Persalinan

Kamboja, negara Asia Tenggara berpenduduk lebih dari 16 juta orang, adalah salah satu yang paling sedikit terdampak virus corona dengan hanya 382 kasus dan tidak ada kematian sejak awal pandemi. Namun, negara itu mencatat sekelompok kasus langka pada November.

Pada November, Kamboja memberlakukan pembatasan setelah wabah langka yang terkait dengan seorang wanita berusia 56 tahun yang telah melakukan perjalanan ke dua kota terbesar di negara itu sejak 20 November.

Ketika Kamboja melonggarkan pembatasan, pihak berwenang di negara tetangganya, Thailand, memperingatkan bahwa negara itu dapat menghadapi penguncian yang ketat karena jumlah infeksi meningkat dan mungkin mengumumkan 28 provinsi sebagai zona risiko tinggi.

Saat menyambut prospek bisnis yang lebih luas, seorang penjual kopi di dekat Museum Tuol Sleng prihatin setelah mendengar bahwa beberapa warga Kamboja yang bekerja di Thailand telah terinfeksi.

"Saya sangat khawatir mereka bisa menyebarkannya di sini lagi," kata Ngeth Sokuntheary (27), saat dia menyiapkan es kopi. (ant/dil/jpnn)


Redaktur & Reporter : Adil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler