Merasakan Serunya Disopiri Juara Dunia F1 Dua Kali Mika Hakkinen (2-Habis)

Wroom..... Mobil pun Melaju dengan Kecepatan 240 Km/Jam

Senin, 03 Desember 2012 – 00:03 WIB
DISOPIRI JUARA DUNIA: Wartawan Jawa Pos Nanang Prianto (kanan) foto bersama dengan Mika Hakkinen menjelang start Drive of a Lifetime di Sirkuit Sentul (30/11). Foto: Agus Wahyudi/Jawa Pos

Bukan hanya kontributor Jawa Pos Bobby Arifin yang disopiri Mika Hakkinen dalam Drive of a Lifetime di Sirkuit Sentul, Jakarta, Jumat lalu (30/11). Wartawan Jawa Pos NANANG PRIANTO juga merasakan serunya menunggangi mobil balap bersama sang juara dunia F1 1998 dan 1999 itu.

= = = = = = = = = = =

SEJAK berangkat ke Jakarta dari Surabaya Kamis lalu (29/11), tidak ada dalam agenda saya akan diajak tandem bersama Mika Hakkinen. Saya memang diundang menghadiri acara Johnnie Walker untuk wawancara khusus dengan Hakkinen yang juga ambassador merek minuman itu pada Kamis sore.
   
Pada hari kedua, Jumat, saya ke Sirkuit Sentul untuk meliput kontributor Jawa Pos Bobby Arifin yang hari itu disopiri Hakkinen untuk mencatatkan rekor disopiri empat pembalap juara dunia F1. Sebelum Hakkinen, Bobby pernah disopiri Michael Schumacher, Fernando Alonso, dan Damon Hill. Di Indonesia dipastikan tidak ada yang menyamai rekor Bobby. Bahkan, di dunia mungkin sulit mencari orang yang disopiri empat juara dunia F1 dalam racing speed.

Saat wawancara, meski sebentar, semua berjalan sangat menyenangkan. Awalnya, saya khawatir Hakkinen akan seperti pembalap F1 Finlandia lainnya, Kimi Raikkonen, yang bila diwawancarai hanya menjawab singkat-singkat, bahkan kadang hanya iya atau tidak.

Kekhawatiran saya tidak terbukti. Hakkinen begitu ramah. Semua pertanyaan dia jawab dengan detail dan lugas. Bahkan ketika jatah waktu wawancara sudah habis, Hakkinen tetap mau menambahi dengan memberi jawaban soal kiprah anaknya, Hugo Hakkinen,  di ajang karting.

Tentu saja saya merasa beruntung. Apalagi ketika dia kembali memberikan waktu untuk menandatangani print out halaman 9 Jawa Pos edisi 1 November 1999 yang memasang berita Hakkinen saat menjadi juara dunia sebagai headline halaman olahraga.

"Wah, keren... Apakah edisi koranmu pada 1999 benar-benar seperti ini? Luar biasa," puji Hakkinen.
   
Saking senangnya, Hakkinen membubuhkan ucapan terima kasih di print out itu. "Apakah kamu akan ke sirkuit (Sentul) besok (Jumat)? Sampai bertemu di sana, ya," ajaknya ramah.
   
Ternyata, bukan sambutan hangat Hakkinen saja yang harus saya syukuri. Di Sentul, saya mendapatkan berkah yang tak terkira. Saya ikut disopiri Hakkinen keliling Sentul! Sesuatu yang tidak pernah saya impikan.

Saya mendapat kesempatan itu secara spontan. Menjelang Bobby menjalani cek kesehatan sebelum turun di sirkuit, salah seorang staf dari Iris Worldwide, event organizer Drive of a Lifetime, mengatakan kepada Bobby bahwa ada satu slot sesi membalap disopiri Hakkinen yang kosong. Tawaran itu lalu disampaikan Bobby kepada saya. Saya pun langsung menyambarnya.

Itu keberuntungan yang tiada terkira. Bobby saja harus terbang jauh ke Inggris dan keluar uang puluhan juta rupiah untuk bisa disopiri juara dunia Fernando Alonso pada 2001. Bobby bilang, punya uang saja tidak cukup, harus ada kesempatan yang menyambangi.
   
Tes kesehatan yang disyaratkan saya lakoni lancar dan mulus. Tekanan darah maupun saturasi oksigen dalam darah saya oke semua. Justru Bobby yang sempat khawatir akan dicoret. Pasalnya, tekanan darahnya melampaui batas.

"Rupanya saya tadi naik tangganya ke lantai dua tempat tes kesehatan kekencengan," kata Bobby setelah akhirnya lolos kesehatan.
   
Setelah itu, tujuh "pembalap" yang akan disopiri Hakkinen pada kloter pertama fitting baju. Mereka antara lain Bobby Arifin, pembalap Formula putri Indonesia Alexsandra Asmasoebrata, artis Gading Marten, dan mantan pembalap A1 GP Satrio Hermanto. Saya juga termasuk di kloter ini.
   
Di pit lane Sirkuit Sentul, jantung saya dag dig dug tak sabar menunggu giliran keliling sirkuit. Komentar-komentar Andra, Satrio, dan Gading yang dapat giliran sebelumnya membuat saya semakin penasaran.

"Ini sih memang Sentul, tempat saya biasa balapan. Namun, kali ini rasanya beda banget, yang nyopiri Hakkinen. Benar-benar pengalaman sekali seumur hidup," kata Andra, panggilan Alexsandra Asmasoebrata.
   
Satrio tidak kalah excited. "Meski mobil yang digunakan bukan mobil Formula, Hakkinen benar-benar bisa memberikan pengalaman tak terlupakan. Dia memberikan contoh bagaimana rasanya hard breaking sampai menikung dalam kecepatan tinggi sambil melindas kerbing," jelas Satrio.
   
Tiba giliran saya pada pukul 10.45. Saat itu Hakkinen baru saja rehat sejenak. Itu membuat saya berbeda dengan peserta sebelumnya. Saya masuk lebih dulu ke kokpit supercar Caparo T1 itu. Peserta sebelumnya, masuk setelah Hakkinen ada di dalam.
   
Perasaan waswas sempat menghantui hati saya. Kokpit mobil itu rasanya sempit banget. Kondisinya semakin sumpek ketika Hakkinen masuk. Saya melirik ke kiri keluar kokpit, ngeri rasanya karena aspal terasa sangat dekat dengan muka saya. Saya pun membayangkan apa jadinya kalau mobil ini kehilangan kendali dan terbalik saat ngebut dalam kecepatan ratusan kilometer per jam.

Mental saya sedikit terbantu saat Hakkinen masuk dan menepuk lutut saya. Posisi lutut kanan saya memang ada di bawah tangan kiri Hakkinen. Tepukan itu membuat saya jadi percaya diri. Sebab, orang yang berada di samping saya adalah juara dunia F1 dua kali. Kalau saya tidak menikmati momen itu, belum tentu pengalaman tersebut datang lagi.

"Are you ready‚?" tanya Hakkinen sejurus kemudian sambil mengacungkan jempolnya. Sambil menarik napas panjang, saya bilang oke seraya ikut mengacungkan jempol.
   
"Bring me back to 1999," pinta saya kepada dia. Tahun 1999 adalah tahun di mana Hakkinen menjadi juara dunia F1 dengan perjuangan keras sampai lomba terakhir di Jepang.

"Okay, enjoy it," jawab Hakkinen.
   
Wroooom... Mesin pun menyala. Dalam hitungan detik, Caparo T1 yang berkapasitas mesin 3.496 cc itu meluncur cepat. Melirik aspal dalam kondisi mobil berjalan membuat saya kembali takut. Perut saya langusng munjuk (isi perut terasa ditarik ke atas) ketika Hakkinen tancap gas begitu mobil keluar dari pit lane.
   
Mungkin sudah kebiasaan Hakkinen untuk memberikan "servis" memuaskan kepada siapa saja yang disopiri. Setelah tikungan pertama, dia bertanya, "Are you ok?"  Dalam hati saya, kalau saya bilang tidak, maka dia akan memelankan laju mobil. Saya pun bilang oke dengan keras sambil mengacungkan dua jempol sekaligus.
   
Benar saja, setelah itu Hakkinen menambah kecepatan. Bobby bilang smooth, tapi bagi saya yang belum pernah disopiri juara dunia F1 dalam racing speed, hal itu membuat kepala saya jadi pusing. Berkali-kali kepala saya kebentur dinding kokpit saat dia menikung dengat tajam. Badan kemudian terasa dilempar ke depan ketika Hakkinen melakukan hard breaking pada trek lurus setelah tikungan ketujuh.

Aksi pemungkas disuguhkan Hakkinen dengan klimaks. Setelah tikungan kesembilan, dia memacu mobil dengan gas pol. Indikator gigi menunjukkan angka enam. Indikator RPM menunjukkan angka 12.000. Saya tidak sempat melihat top speed, namun seperti dibilang Satrio, dalam kondisi seperti itu, kecepatan mencapai 240 km per jam.

Menjelang masuk tikungan kesepuluh, Hakkinen melakukan hard breaking lagi sambil memasang gigi dua dari sebelumnya gigi enam. "Pung...pung…pung…pung…" Begitu bunyi engine break nyaring terdengar di telinga. Saya memang memilih tidak memakai earplug agar bisa mendengar raungan mesin lebih baik.

Duk! Kepala sisi kiri saya membentur kokpit lagi saat dia menikung tajam ke kanan hampir satu putaran penuh. Wrooom... badan saya terasa terlempar ke belakang saat Hakkinen gas pol keluar dari tikungan dan selanjutnya masuk ke pit lane. Untuk diketahui, Caparo T1 bisa mencapai kecepatan 100 km per jam dalam 2,5 detik. Bisa dibayangkan betapa kencang tarikannya.
   
Masuk ke kokpit dan berkeliling lintasan Sentul satu lap total tidak sampai tiga menit. Namun, semua itu  memberikan pengalaman yang tidak terlupakan. Sekaligus pelajaran, betapa sulitnya menjadi pembalap Formula. Dibutuhkan ketahanan fisik dan mental yang supertinggi.

Keluar dari kokpit, sebelum Hakkinen mengantarkan peserta lain, saya menyalami sang juara dunia F1 dua kali itu. (*)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Sinyur, 14 Tahun Tekun Memburu Fosil Gajah Purba di Situs Sangiran


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler