Merawat Keberagaman untuk Indonesia Maju

Senin, 14 Oktober 2019 – 23:32 WIB
TGB Zainul Majdi. Foto: Humas for Lombok Post

jpnn.com, JAKARTA - Perkembangan zaman menuntut persatuan. Keberagaman yang dimiliki Indonesia adalah kunci menuju Indonesia maju.

Hal itu melatarbelakang Kunci Institute bekerjasama dengan Universitas Kristen Indonesia (UKI) menggelar diskusi bertema Harmonisasi Keberagaman di Era Disruption 4.0.

BACA JUGA: Klarifikasi dari Firli Bahuri soal Polemik Pertemuan dengan TGB

Hadir sebagai pembicara Gubernur NTB periode 2008-2018 TGB HM Zainul Majdi dan Staf Khusus Menristekdikti KH Abdul Wahid Maktub.

TGB mengatakan, UKI  sebagai kampus yang dinamis. Tidak heran bagian dari dinamika bisa kerja sama dengan Kunci Institute dalam rangka menjaga keberagaman dan harmonisasi di era disruption. 

"Kita harus menyadari dalam bentuk Indonesia yang sekarang ini bukan terjadi tiba-tiba memiliki keberagaman," katanya, Senin (14/10).

Dia menjelaskan, Indonesia ini adalah akumulasi perjuangan sudut nusantara. Dengan khazanah kearifan lokal. Setelah itu lahirlah Indonesia.

Generasi saat ini yang lahir di atas tahun 2000, kata TGB, jauh sekali dengan masa masa diperjuangkan secara fisik.

"Kita sudah difasilitasi infrastuktur dan suprastruktur negara," sambungnya.

TGB menyebut, para founding fathers  berasal dari pemikiran berbeda. Mereka memililiki latar belakang pemikiran berbeda, Tetapi dapat disatukan.

Seandainya, orang- orang dengan pemikiran ini berkumpul dan berargumen untuk kepentingan kelompoknya kemudian menganggap kelompoknya paling benar, tidak mungkin lahir Indonesia. 

Manusia nusantara, tambah TGB,  adalah yang cinta kepada kebersamaan dan hidup bersama. Kelompok yang ingin menang sendiri tidak cocok dengan karakter bangsa Indonesia.

"Karena ada niat baik dari para pendiri bangsa. Saya berharap kita saat ini yang mewarisi hasil kerja sama bangsa," ujarnya.

TGB mengajak semua anak bangsa,  dalam hiruk-pikuk ruang publik tetap bermuara pada cinta terhadap Indonesia.

"Semua guratan tangan dan langkah kaki kita harus berkontribusi untuk kemajuan bangsa Indonesia. Kalau tidak bisa berkontribusi minimal, jangan melemahkan kekuatan bangsa Indonesia," imbuhnya.

Sementara itu, Staf Khusus Menristekdikti KH Abdul Wahid Maktub mengungkapkan, era disruption saat ini yang diperlukan adalah kecepatan.

Cepat berubah, tidak ada kepastian, kompleks dan ketidakjelasan. Ini menyebabkan adanya miss understanding dan berbagai miss lainnya.

"Kita dihadapkan sebuah teknologi yang menjadi pusat basis kehidupan," katanya.

Saat ini, lanjutnya, antarmanusia sudah terhubung antara satu dengan yang lainnya. Tak ada batasan antar negara. Terjadi perubahan yang luar biasa. 

"Kita perlu adanya new responses. Kita pakai cara-cara lama pasti basi," sambungnya.

Direktur Kunci Institute M Kharisul Ilmi mengatakan, diskusi yang dirangkai dengan peluncuran organisasi ini memang memiliki misi menyatukan anak bangsa. Kunci Institute selain menguatkan SDM, lembaga ini sebagai wadah bagi anak muda Indonesia untuk terus merajut kebhinnekaan dan persatuan. 

"Kunci Institute ingin mengajak generasi muda mencintai Indonesia dengan keberagaman. Perbedaan adalah kekayaan tak terlihat yang dimiliki Indonesia. Menjadi sebuah keharusan bagi anak bangsa merawatnya," katanya.

Wakil Rektor I UKI Dr Wilson Rajagukguk mengatakan, UKI sebagai role model kampus kebinnekaan

"Kita jangan mau kalah dengan kelompok yang ingin menang sendiri. Para ekstremis maupun radikalisme," katanya. (jos/jpnn)


Redaktur & Reporter : Ragil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler