Mesin Cuci Rakitan Pemuda Bantul Tembus Pasar Global

Selasa, 04 April 2017 – 20:28 WIB
SNI. Foto: BSN.go.id

jpnn.com, JAKARTA - Prihatin dengan mesin laundry impor yang harganya selangit menjadikan pemuda asal Bantul Yogyakarta, Ashari berkreasi di bengkel kerjanya.

Dia merakit sendiri mesin pencuci dengan harga lebih terjangkau.

BACA JUGA: BSN Bakal Buka Perwakilan di Makassar dan Palembang

Ashari mengatakan, proses pembuatan satu mesin laundry dan pengering membutuhkan waktu sekitar dua minggu.

Proses tersebut terdiri dari persiapan bahan, perancangan, perakitan sampai finishing, dan dikerjakan tujuh karyawannya yang seluruhnya berasal dari Bantul.

Orientasi Ashari adalah memanfaatkan potensi sumberdaya setempat untuk mengangkat hajat hidup warga sekitar tempat tinggalnya.

Terutama yang belum punya ketrampilan berkarya untuk menatap kehidupan lebih baik, dengan motto “maju dan berkembang bersama”.

“Produk itu diklaim mampu bersaing dengan mesin impor, harganya pun jauh lebih murah, bisa selisih hampir 30 persen dengan mesin yang sekelas. Selain itu, bahan yang digunakan bersumber dari dalam negeri serta tenaga kerja juga asal negeri sendiri,” ujar Direktur UD Hari Mukti Teknik, Ashari di Jakarta, Selasa (4/4).

Karya dan kerja kerasnya merakit mesin laundry dan mesin pengering kemudian meraih sertifikat Standar Nasional Indonesia (SNI).

Penerapan SNI semakin memberi jaminan dan rasa aman bagi produksinya menembus pasar global.‎

Dengan pembinaan penerapan SNI yang dilakukan Badan Standardisasi Nasional (BSN), sangat membantu mengarahkan usahanya dalam melakukan proses produksi yang teratur, tersistematis sehingga produknya aman dan bermutu karena sudah sesuai SNI yang selaras dengan Standar Internasional.

SNI yang diterapkan oleh UD Hari Mukti Teknik dengan merk dagang KANABA adalah SNI ISO 9001:2015; SNI IEC 60335-11 dan SNI ISO 10472-6.

Selama ini, ada anggapan bahwa meraih SNI sulit di kalangan UMKM. Namun anggapan ini ditepis Ashari. Proses meraih sertifikasi SNI dirasa mudah.

“Ikuti aturannya, penuhi prosedurnya, Insya Allah cepat,” ujarnya.

Ashari menambahkan, kunci keberhasilan meraih sertifikasi SNI ialah komitmen.

Asal disertai komitmen dan konsistensi, UMKM pun bisa meraih SNI dan memenangkan pasar di dunia usaha.

Dengan menerapkan SNI, kini ia dan anak buahnya mampu menjaga produktivitas perusahaan. Selain itu, produknya juga lebih diterima pasar.

“Ketika belum ada sertifikat SNI, konsumen masih banyak menanyakan spesifikasi mesin laundry KANABA. Sekarang setelah ada SNI, konsumen langsung percaya,” ujarnya.

Produk KANABA saat ini sudah digunakan di Sumatera, Jawa, Kalimantan, Bali, Nusa Tenggara, Sulawesi, Papua dan Timor Leste.

KANABA membuktikan bahwa sertifikasi SNI bisa membuka peluang pangsa pasar baru bagi mesin laundry, dan menembus pasar nasional maupun global.

Target pasaran mesin ini adalah rumah sakit seluruh Indonesia, hotel seluruh Indonesia, pabrik garmen dan usaha laundry profesional.

Kepala Bidang Pemasyarakatan Standar BSN, Nur Hidayati menyatakan bahwa untuk meningkatkan daya saing produk lokal ke tingkat nasional dan global, BSN membina UMKM dalam penerapan SNI.

BSN mendampingi UMKM dalam penyiapan sistem mutu, penataan proses produksi, pengujian produk, dan fasilitasi sertifikasi SNI.

”UD. Hari Mukti Teknik merupakan salah satu UMKM yang telah dibina BSN dan menjadi role model dalam penerapan SNI. UMKM sebagai pahlawan perekonomian bangsa harus terus bangkit dan semangat untuk mampu berkompetisi di tingkat global dengan penerapan standar. Menerapkan standar tidak sulit, asalkan mau belajar, ulet, dan berkomitmen untuk maju,” pungkasnya. (esy/jpnn)


Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag
BSN  

Terpopuler