Meski Gejalanya Sepele, Penderita Amandel Wajib Waspada

Sabtu, 01 Agustus 2015 – 00:05 WIB
Radang amandel bisa terjadi karena iritasi atau ketika kondisi tubuh drop. (MODEL: HERRA EYA - ANGGER BONDAN/JAWA POS)

jpnn.com - AMANDEL merupakan bagian sistem perlindungan terhadap penyakit yang terletak di bagian belakang rongga mulut.

 

’’Amandel yang dikenal masyarakat merupakan tonsil, salah satu kelenjar getah bening,’’ papar dr Olivia Tantana SpTHT-KL, spesialis penyakit THT-KL RS Katolik St Vincentius A Paulo, Surabaya. Selain tonsil, ada jaringan limfoid lainnya di belakang hidung dan lidah.

BACA JUGA: Ladies, Jangan Terlalu Banyak Duduk, Bahaya!

Olivia menjelaskan, jaringan limfoid yang membentuk cincin atau Waldeyer’s ring tersebut berfungsi sebagai pelindung mulut dari kuman dan virus. ’’Tapi, jika kondisi tubuh drop atau tenggorokan iritasi, tonsil bisa meradang,’’ lanjutnya. Dia menambahkan, gejala khasnya adalah rasa tidak nyaman di tenggorokan.

BACA JUGA: Ini Manfaat Menakjubkan dari Pisang

Radang amandel umumnya menyerang anak-anak pada rentang usia 5–10 tahun. Dokter yang juga berpraktik di area Pakuwon tersebut menambahkan, amandel kerap menyerang karena daya tahan tubuh belum terbentuk dengan baik. Apalagi, jika si kecil mengonsumsi makanan yang bersifat iritatif. Misalnya, makanan pedas dan yang mengandung zat adiktif.

Namun, para orang tua tidak perlu khawatir. ’’Bisa dicek sendiri, cukup buka mulut dan amati amandel,’’ ungkap Olivia. Alumnus program spesialis Universitas Udayana tersebut mengungkapkan, pada penderita tonsillitis, amandel tampak membengkak dan kemerahan. Jika terinfeksi bakteri, muncul pula bercak putih alias detritus (nanah).

BACA JUGA: Hubungan Warna Mata dan Kecanduan Alkohol

Walau gejalanya sepele, penderita amandel wajib waspada. ’’Jangan asal minum antibiotik,’’ tegas Olivia. Perempuan kelahiran Surabaya, 25 April 1982, itu mengatakan, tidak semua tonsillitis bersumber dari bakteri.

Karena itu, tidak semua peradangan membutuhkan antibiotik. Yang paling penting, penderita tanggap terhadap gejala radang amandel.

Jika tidak segera ditangani, radang amandel bisa membawa celaka. Terlebih, jika tonsillitis berlangsung lebih dari seminggu dan disertai gejala tambahan. Misalnya, nyeri tubuh dan panas tinggi. ’’Jika sumbernya virus, bisa hilang tanpa obat. Kalau pencetusnya bakteri, bisa awet dan meracuni organ lain,’’ kata Dr dr Muhtarum Yusuf SpTHT-KL(K) FICS.

Ketua sub-bagian faringo & laringologi THT-KL Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga itu menjelaskan, tonsillitis akibat bakteri terbagi menjadi dua golongan. Pertama, radang akut yang berlangsung dalam hitungan minggu seperti difteri. Kedua, radang kronis yang sulit disembuhkan dan bertahan. Contohnya, tuberkulosis.

Tanpa penanganan yang baik, bakteri yang bersarang di tonsil bisa melepaskan racun. Muhtarum menyatakan, organ yang kerap jadi sasaran adalah ginjal dan jantung. ’’Keluhannya radang ginjal, jantung rematik, serta radang otot jantung (endokarditis),’’ lanjutnya. Dokter yang berpraktik di RSUD dr Soetomo Surabaya itu menyatakan, bakteri yang kerap jadi racun tersebut adalah Streptococcus beta-hemoliticus.

Selain mengancam kesehatan, radang amandel yang cukup besar bisa mengurangi kualitas hidup. Pada anak-anak, mereka akan mengalami gangguan pola makan. ’’Jika tonsil membesar, rasa nyeri makin parah. Mereka pun menolak makan,’’ tutur Olivia.

Selain gangguan pola makan, penderita mengalami sleep-disordered breathing (SDB) atau gangguan pernapasan saat tidur. Menurut Muhtarum, gejala tersebut bisa diamati dari kebiasaan ngorok atau rasa sesak saat tidur.

Banyak cara untuk meringankan gejala radang amandel, bergantung pada faktor penyebabnya. ’’Penyebabnya bisa virus, bakteri, dan alergi. Masing-masing punya penanganan yang beda,’’ ungkap Olivia. Khusus untuk alergi, penderita harus menghindari alergen (pemicu alergi). Dengan demikian, kondisi tonsil bisa kembali normal, tidak bengkak.

Pada penderita tonsillitis akibat virus, kunci penyembuhan adalah cukup istirahat. Agar tenggorokan tidak makin tersiksa, Muhtarum menganjurkan konsumsi makanan lunak dan minuman hangat. ’’Biasanya, mereka dapat resep pereda nyeri dan penurun panas supaya radang tidak terlalu mengganggu,’’ lanjut spesialis alumnus Universitas Airlangga itu.

Khusus kasus radang akibat bakteri, Olivia dan Muhtarum menyatakan, tambahan antibiotik akan sangat membantu. Dosis yang diberikan tentu harus disesuaikan dengan kebutuhan. Jika sembarangan minum, tubuh akan kebal. Karena itu, jika muncul infeksi lain, antibiotik tidak akan mempan.

Jika peradangan amat mengganggu, barulah bisa dilakukan tonsillectomy atau operasi pengangkatan tonsil. ’’Kalau sampai muncul ngorok atau sesak, kita biasanya evaluasi lebih lanjut. Baru bisa operasi,’’ ungkap Muhtarum. Olivia menambahkan, frekuensi radang yang kambuh hingga lebih dari lima kali setahun juga bisa jadi pertimbangan tonsillectomy.

Mencegah lebih baik daripada mengobati. Demikian halnya dengan radang amandel. Muhtarum menyarankan, hindari makanan yang pedas dan mengandung zat tambahan.

Khusus mereka yang punya tenggorokan sensitif, hindari pula makanan yang berpotensi mengiritasi tonsil. Misalnya, makanan yang terlalu panas, dingin, berminyak, serta manis. (fam/c6/dos)

BACA ARTIKEL LAINNYA... 3 Cara Aman Mengonsumsi Gula


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler