Messi

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Sabtu, 07 Agustus 2021 – 13:31 WIB
Lionel Messi. Foto: diambil dari Marca

jpnn.com - Seorang anak kecil dari sebuah desa miskin di Spanyol bernama Santiago, mengembara menyeberangi padang pasir dan lautan mencari seorang ahli kimia yang bisa mengubah sebongkah batu menjadi emas.

Santiago berjalan jauh meninggalkan masa lalunya yang pahit. Ia bertemu dengan berbagai macam orang, menghadapi berbagai macam kekerasan dan penderitaan.

BACA JUGA: Konon Lionel Messi Sudah Berdiskusi dengan Pelatih PSG

Namun, Santiago juga menemukan cinta dan kasih sayang dari seorang kekasih. Ujung pengembaraan membawa Santiago pada Piramid besar, dan di situlah dia menemukan emas kehidupan.

Pada akhirnya, sebuah perjalanan panjang untuk menemukan ‘’Sang Alkemis’’ membawa Santiago kepada inti kehidupan.

BACA JUGA: Lionel Messi Kaget dan Sedih Mendengar Hasil Pertemuan Itu

Bahwa ketika engkau mencita-citakan sesuatu, dan engkau menginginkannya dengan amat sangat, lalu engkau bekerja kera untuk mencapainya, maka seluruh semesta alam akan bekerja untuk mendukungmu mewujudkan mimpimu menjadi kenyataan.

Novelis Brazil Paulo Cuelho menuliskan kisah pengembaraan Santiago itu dalam novel klasik ‘’The Alchemist’’, sang ahli kimia.

BACA JUGA: Ternyata Ini Alasan Barcelona Rela Berpisah dengan Lionel Messi

Kisah mengenai kuatnya cinta dan cita-cita yang bisa menyatukan alam, telah menginspirasi puluhan juta manusia di seluruh penjuru dunia. Apa pun bisa dicapai oleh mereka yang berkeinginan kuat untuk mengubah hidupnya.

Alam semesta akan bekerja untuk mereka yang hidup demi cinta dan cita-cita.

Lionel Messi adalah Si Santiago. Si anak miskin sakit-sakitan yang fisiknya tumbuh lebih lambat dibanding anak-anak kampung seusianya. Karena badannya yang kecil dan kurus ia menjadi sasaran rundungan oleh teman-teman mainnya.

Bahkan, kakak kandungnya sendiri mem-bully dengan menjulukinya ‘’La Pulga’’ alias Si Kutu.

Leo, Si Kutu, menyimpan cita-cita dan kekuatan dahsyat seperti Santiago. Ia ingin meninggalkan kampungnya yang miskin.

Ia ingin meninggalkan masa lalunya yang kotor dan sakit. Ia ingin mencari formula untuk mengubah bongkah batu menjadi emas.

Ia menjadi kembara menyeberangi hamparan padang pasir dan lautan, membawanya ke La Massia yang mendidik dan mengasah bakat sepak bolanya.

Para pelatih di Akademi Barcelona itu melihat potensi dahsyat yang tersimpan di balik tubuh kurus dan kaki rapuh Messi.

Badannya terlalu kurus dan tumbuh lambat karena kekurangan hormone pertumbuhan yang dibutuhkan seorang anak supaya bisa tumbuh normal.

Tim dokter di La Massia dengan sabar menyuntikkan hormon tiap hari ke tubuh Messi untuk membuatnya tumbuh kuat seperti teman-teman seangkatannya di akademi.

Messi berhasil mengatasi penyakitnya dan tumbuh normal. Bakat emasnya sudah tampak jelas dan membuatnya bersinar cemerlang melebihi teman-temannya.

Messi kemudian dipromosikan ke tim senior Barcelona FC. Di situlah kemudian Messi bertemu ‘’The Alchemist’’ Si Tukang Sulap ahli Kimia, Josep ‘’Pep’’ Guardiola. Selanjutnya yang terjadi adalah sejarah.

Tangan ajaib Pep menyentuh Messi menjadi bongkahan emas. Tepat di awal milenium baru tahun 2000, Messi dan Barcelona juga mengawali milenium baru yang menjadi tonggak sejarah sepak bola, yang belum pernah dialami Barcelona sepanjang satu abad eksistensinya.

Pep adalah Sang Alkemis yang menghasilan formula emas dengan teknik tiki-taka yang mengguncang dunia. Bersama Messi ada Xavi Hernandez dan Andreas Iniesta yang menjelma menjadi trio paling ditakuti di dunia.

Siapa pun, pemain belakang terhebat macam apapun di dunia, pasti akan gemetar menghadapi trio maut ini.

Messi mempersembahkan bongkahan emas untuk Barcelona berupa kemenangan La Liga, Piala Super, empat kali juara Liga Champions, dan juara dunia antar-klub. Messi Si Kutu yang sakit-sakitan, berubah menjadi manusia ajaib di lapangan sepak bola yang mengguncangkan Eropa dan dunia.

Dia menjadi pemain sepak bola terbaik di dunia dengan memenangian enam kali penghargaan Ballon d’Or. Dan, tahun ini dia berpeluang besar memenangkannya untuk kali ketujuh, sekaligus mengunci persaingannya dengan Ronaldo yang menjadi rival abadinya.

Keberhasilan Messi membawa Argentina menjadi kampiun Amerika, membuat langkahnya makin terbuka untuk memenangkan Ballon d’Or tahun ini.

Kehebatan skill-nya membuat orang tidak percaya bahwa Messi adalah manusia biasa. Jangan-jangan dia manusia planet yang menyamar menjadi manusia biasa.

Jangan-jangan anak ini Clark Kent, Si Superman, yang lahir di Planet Krypton, lalu dikirim untuk menyelamatkan dunia.

Jangan-jangan Messi ini adalah Superman yang menyamar menjadi Clark Kent, wartawan yang terlihat kikuk dan nervous.

Messi adalah keajaiban dan mukjizat di dunia sepak bola. Hanya Ronaldo yang bisa menyaingi kehebatannya. Dua pemain itu menjadi yang terhebat di dunia melalui mazhab yang berbeda.

Messi adalah mukjizat yang turun dari langit. Ia dikaruniai bakat dan kemampuan planet. Adapun Ronaldo adalah robot cyborg yang tubuhnya penuh dengan mesin yang menjadikannya manusia super melewati ambang batas kemampuan manusia lain.

Messi hebat karena bakat, Ronaldo dahsyat karena diasah oleh latihan berat.

Kini di usia yang sama-sama mulai senja, Ronaldo masih terus berlari. Messi juga masih akan terus berlari.

Ronaldo 37 tahun dan sudah harus bersiap untuk memasuki masa purnawira. Messi 34 tahun dan masih punya cukup waktu untuk mengejar bongkahan-bongkagan emas lainnya.

Messi masih akan berkesempatan untuk memenangi lebih banyak piala. Kalau dia pergi ke Prancis bersama Paris Saint Germain, dia akan dengan mudah memenangkan League 1. Dia akan membentuk partnership impian bersama sahabat karibnya Neymar. Masih ada Kylian Mbappe dan Sergio Ramos yang akan menjadikan PSG sebagai the dream team.

Mereka punya potensi besar merajai Eropa dan memenangi Liga Champions.

Messi masih punya harapan untuk bereuni dengan Pep Guardiola di Manchester City. Itulah impiannya sebelum pensiun menutup kariernya.

Ia ingin kembali bergabung dengan Sang Alkemis. Namun, sayang kesempatan itu menipis. Pep salah strategi karena tidak mengantisipasi perkembangan Messi di Barcelona.

Pep terlanjur membeli Jack Grealish dengan menggelontorkan 100 juta pound. Angka yang terasa berlebihan untuk Grealish.

Jumlah itu rasanya cukup untuk menarik Messi dari Barcelona. Pep masih punya seratus juta pound lagi untuk membali Harry Kane yang sudah kadung sepakat pribadi untuk pindah ke Manchester City.

Kesempatan untuk bereuni dengan Messi makin sempit meskipun belum tertutup.

Masih ada Chelsea yang juga ingin menarik Messi. Roman Abramovich tidak akan kesulitan merogoh koceknya, berapa pun besarnya, untuk bisa menarik Messi. Kesempatan masih tetap terbuka, tetapi Messi tampaknya akan lebih suka bermain di liga Prancis daripada di Inggris yang keras dan cuacanya yang tidak bersahabat.

Messi akan tetap dikenang di Barcelona selama-lamanya. Perjalanan hidupnya yang begitu panjang di Barcelona, seharusnya, mengikatnya di klub itu sampai akhir hayatnya. Messi sudah bertekad untuk itu.

Namun, pandemi global merusak segalanya. Bahkan klub sebesar Barcelona pun nyaris bangkrut diantam pandemi.

Barcelona tidak mampu membayar Messi, dan harus mengikhlaskannya pergi. (*)


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler