jpnn.com - SURABAYA – Data International Diabetes Foundation menyebutkan, di Indonesia terdapat 8,5 juta penderita diabetes melitus (DM) atau peringkat ketujuh terbanyak di dunia. Dari jumlah tersebut, 59 persen belum terdiagnosis.
”Kurang dari 1 persen penderita diabetes yang menjalani pengobatan hingga sukses,” ujar Prof dr Djoko Santoso SpPD-KGH FINASIM pada seminar awam di Gleneagles Diagnostic Center Sabtu (25/4).
BACA JUGA: Kidzoona, Surga Mainan di Jakarta Utara
Satu di antara sepuluh orang di Indonesia menderita diabetes. Dia mengatakan, penderita diabetes sering mengalami masalah dengan ginjal sehingga harus cuci darah.
Wakil dekan II Fakultas Kedokteran (FK) Unair itu mengungkapkan, cara terbaik mengatasi DM adalah screening atau mengetahuinya lebih dini. Dulu, teknik diagnosis masih konvensional melalui gula darah. Padahal, gula darah berubah setiap jam.
BACA JUGA: Tiap Jam, Satu Perempuan Meninggal karena Kanker Serviks
Ada metode yang lebih cepat untuk memantau kadar gula. Yakni, glycated albumin (GA). Menurut dia, pemeriksaan GA bisa menjadi pengontrol dini DM yang lebih efektif. Sebab, tes albumin lebih peka. Bagi dokter, hasil GA memudahkan untuk melihat kesuksesan pengobatan yang berlangsung.
Djoko mengungkapkan, GA adalah ikatan antara albumin dan gula. Kelebihannya jika dibandingkan dengan cek gula darah konvensional, rata-rata gula darah bisa diketahui selama dua sampai empat pekan. GA normal sekitar 11 persen. (nir/c11/nda)
BACA JUGA: MSD Dukung Pekan Imunisasi Sedunia dan Pencegahan Kanker Serviks
BACA ARTIKEL LAINNYA... 5 Jenis Batu Akik Indonesia yang Paling Dicari
Redaktur : Tim Redaksi