Metropop, Novel Fiksi Ngepop yang Makin Populer

Sabtu, 10 Januari 2015 – 11:57 WIB
Foto Ilustrasi Dite Surendra/Jawa Pos

jpnn.com - NOVEL bagi penggemarnya menjadi bagian dari gaya hidup. Dari awalnya sebagai pembaca, tidak sedikit yang bertransformasi menjadi penulis. Apalagi sejak kemunculan genre novel ngepop yang makin booming beberapa tahun belakangan.

TIGA perempuan muda terlihat masuk ke toko buku di dalam area mal. Yang dituju adalah rak novel Indonesia. Masing-masing langsung membaca resensi di sampul belakang novel. Kalau ada novel yang plastik pembungkusnya sudah terbuka, kebetulan, bisa dibaca beberapa lembar pertamanya. Setelah sekitar 20 menit mengelilingi rak buku, beberapa novel dipilih dan dibawa ke kasir.

BACA JUGA: Ucapkan Selamat Tinggal Noda Hitam di Wajah dengan Bahan Alami

Pemandangan itu makin sering dijumpai di toko-toko buku. Rak-rak novel Indonesia penuh dengan novel-novel baru, juga penuh oleh pembaca yang sedang memilih-milih buku. Yang sedang booming dan banyak disukai adalah novel yang memotret kehidupan masyarakat urban, kebanyakan masyarakat menengah yang tinggal di kota-kota besar dengan segala aspek kehidupannya, dan disajikan dengan gaya bahasa ngepop.

Kisah asmara masih jadi tema utama, tetapi dalam balutan karir sampai interaksi sosialnya.

BACA JUGA: Tidur Bisa Membantu Mengurangi Kecemasan

Munculnya genre tersebut mengadaptasi novel luar yang ketika itu booming dengan chicklit, yaitu cerita tentang kehidupan perempuan perkotaan usia 20 hingga 30-an tahun dengan masalah umum hidup di perkotaan, termasuk romantismenya.

”Metropop jadi booming karena banyak pembaca usia 20–30-an tahun yang membutuhkan bacaan segar, ringan, dengan tema yang berada di sekitar kehidupan mereka. Pekerjaan, percintaan, interaksi dengan teman kerja, dinamika kota besar,” papar Christina Juzwar, penulis novel.

BACA JUGA: Mengolah Kentang Untuk Kudapan di Akhir Pekan (5)

Perempuan kelahiran Jakarta, 18 Desember 1979, itu mengungkapkan sisi unik dan menariknya, yakni kebanyakan perempuan suka bacaan ringan.

”Apalagi yang ceritanya mereka rasakan sendiri. Pembaca seperti hidup dalam cerita fiksi tersebut,” ucap penulis yang sudah menghasilkan sebelas novel tersebut.

Inayati Nur, 24, termasuk penggemar novel bergaya ngepop itu. ”Suka karena bahasanya ngalir seperti percakapan sehari-hari. Ceritanya juga dekat dengan kehidupan yang kita alami,” ucapnya.

Saking larutnya dengan cerita novel yang dibaca, mahasiswi jurnalistik Stikosa AWS Surabaya itu pernah ingin mengalami kisah yang sama dengan tokoh dalam novel.

”Waktu itu baca novel yang berkisah tentang penulis berjodoh dengan editornya. Saya jadi terinspirasi walaupun sampai sekarang belum ketemu,” ujar penggemar Ika Natassa dan Ilana Tan itu, lantas tertawa.

Cerita lain datang dari Biru Cahya Imanda, 22, penggemar novel Indonesia. Dia punya koleksi novel hingga 30-an buku. Tidak hanya mengagumi sang penulis, Biru juga mengidolakan tokoh-tokoh dalam novel.

Biru menyukai novel-novel Ika Natassa. Ika membuat akun Twitter untuk karakter yang ditulisnya dalam novel. ”Nah, saya suka ngikutin. Dulu malah tiap malam ngecek timeline-nya biar nggak ketinggalan. Seolah tokoh di novel itu bener-bener ada,” tuturnya.

Ika Natassa, nama yang kerap disebut, angkat bicara. Dalam penulisan novelnya, inspirasi muncul dari kejadian sehari-hari.

”Bisa dari pengalaman sendiri maupun sekeliling, the hustle and bustle at work, curhatan teman, kadang juga muncul dari menguping tidak sengaja pembicaraan orang di restoran, misalnya,” ungkap penulis sederet novel laris seperti A Very Yuppy Wedding, Divortiare, Twivortiare, Antologi Rasa, dan Twivortiare 2 itu.

Meski terkesan ”ringan”, penulisan novel genre itu tetap perlu riset agar isi novel tak hanya menghibur, tetapi juga informatif. Waktu penyelesaian satu novel berbeda-beda untuk tiap penulis.

Ika menuturkan, ada bukunya yang selesai ditulis hanya dalam waktu empat bulan, ada yang butuh tiga tahun. Sementara itu, Christina Juzwar membutuhkan waktu sekitar tiga bulan hingga tak terhingga.

”Kadang saya bisa mengerjakan beberapa novel sekaligus. Karena sering ketumpahan ide baru dengan tiba-tiba, lalu meninggalkan tulisan yang lama dan beralih menuliskan ide baru,” ucap dia. (nor/ndi/c11/dos)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Mengolah Kentang Untuk Kudapan di Akhir Pekan (4)


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler