jpnn.com, JAKARTA - Jaringan Pendidikan Pemilih untuk Rakyat (JPPR) genap berusia 20 tahun pada Kamis, 22 November 2018. Gerakan masyarakat sipil yang lahir dari rahim reformasi yang tumbuh pada 1998 itu diketahui dideklarasikan pada 22 November 1998 silam.
Reformasi sendiri lahir sebagai ijtihad para anak bangsa untuk melawan rezim orde baru yang mempraktikkan orde tirani. Jamak diketahui publik bahwa orde baru tidak menjamin adanya kebebasan berpolitik bagi rakyat. Pemilu periodik dengan angka partisipasi yang sangat tinggi hanyalah catatan statistik yang jauh dari hakikat demokratis.
BACA JUGA: Pemilu Pilu dari Lima Srikandi Amerika
"Kedaulatan rakyat saat itu tidak benar-benar mengada dalam sejarah. Reformasi memberi harapan baru bagi praktik demokrasi melalui prosedur pemilu yang demokratis," kata Pegiat Pemilu Nugroho Noto Susanto dalam keterangannya, Kamis (22/11).
Kejatuhan orde baru ini menurutnya memberikan harapan baru sekaligus ruang bagi aktifis pro-demokrasi. Utamanya dalam memberikan pendidikan pemilih atau pendidikan rakyat.
BACA JUGA: Generasi Milenial Jangan Golput ya
Sebab bagaimanapun, rakyat yang cerdas, kritis, dan memiliki partisipatori yang otonom merupakan jawaban terhadap ruang demokrasi yang telah dibuka di awal orde reformasi.
Diungkapkan Nugroho, para akifis pro-demokrasi secara nyata mewujudkan satu karya bagi pembangunan demokrasi yang berkemajuan. Karya itu adalah dengan mendorong satu gerakan rakyat untuk mewujudkan pemilih yang cerdas dan berdaulat yakni dengan mendirikan Jaringan Pendidikan Pemilih Untuk Rakyat (JPPR) pada 22 November 1998.
BACA JUGA: Antiguyon Emak-Emak dari North Carolina
Telah banyak karya yang telah dilahirkan oleh JPPR dalam sejarah pembangunan demokrasi di Indonesia pada 20 tahun ini. Di antara gerakan yang pernah diwujudkan JPPR adalah melahirkan ribuan pemantau pemilu yang dibekali kapasitas kepemiluan di berbagai daerah baik di kota atau di desa.
"JPPR juga mendorong lahirnya politisi bersih (kontra politisi busuk), mendorong adanya indeks kerawanan pemilu, mendorong laporan dana kampanye pemilu, dan sebagainya," ucap Nugroho.
JPPR kini dipimpin Sunanto atau akrab disapa Cak Nanto, aktifis muda yang disebut dia tidak diragukan kiprahnya dalam dunia pemilu. Bersama kepemimpinan Cak Nanto, JPPR menghadapi tantangan demokrasi dan pemilu yang sangat kompleks.
"Semoga JPPR makin kokoh dalam melakukan pendidikan pemilih untuk mewujudkan ruh kedaulatan rakyat dalam wujud nyata," ucapnya.
Tidak lupa, Nugroho menyampaikan Selamat Milad kepada JPPR dan menyampaikan terimakasihnya atas sumbangsih dan kerja serta karya nyata yang telah diberikan untuk negeri tercinta Indonesia. (dil/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Mahyudin: Demokrasi Indonesia Masih Berbiaya Mahal
Redaktur & Reporter : Adil