jpnn.com, PEKANBARU - Ketua Milenial Religius Center (MRC) Riau Raja Inal Dalimunthe prihatin dengan maraknya informasi hoaks jelang pemilu 17 April 2019. Dia menilai, informasi yang sarat dengan kebohongan ini menimbulkan keresahan di tengah masyarakat dan membuat rakyat tidak objektif saat menentukan hak pilihnya.
"Kebohongan yang menyebar di tengah masyarakat membuat masyarakat mendapatkan informasi yang salah mengenai para kandidat pemilu. Kondisi ini harus dicegah, jangan sampai rakyat memutuskan pilihan karena percaya dengan informasi yang salah," ujarnya di Pekanbaru, Kamis (4/4).
BACA JUGA: Jelang Masa Pencoblosan, Dua Caleg Beda Parpol Saling Lapor ke Bawaslu
Menurut Raja, hoaks itu sudah dikonsumsi jauh sebelum masa Nabi Muhammad, bahkan para nabi banyak yang menjadi korban kekejaman hoaks sendiri. "Begitu membahayakannya hoaks itu sehingga kebenaran tidak lagi menjadi parameter utama untuk memberikan penilaian. Saat ini kami berupaya melawan hoaks, paling tidak di kalangan generasi milenial. Sebagai contoh upaya kami adalah diskusi publik yang dilaksanakan beberapa waktu lalu di Pekanbaru," ujarnya.
Beberapa waktu lalu, MRC Riau mengadakan Ngopi Bareng Milenial dengan topik "Mewujudkan Pemilu Damai dan Anti Hoax". Hadir beberapa pembicara antara lain Raja Juli Antoni (Sekjen DPP PSI/Wakil Sekretaris TKN), Ary Sandy (pegiat media sosial) dan Sahat Martin Philip Sinurat (Pendiri Rumah Milenial).
BACA JUGA: Waspada, Intelijen dan Aparat akan Bermain Menangkan Petahana
(Baca Juga: Jelang Pemilu, WhatsApp Punya Fitur untuk Menyaring Berita Hoaks)
Dalam diskusi tersebut, Raja Juli Antoni menjelaskan bahwa saat ini masyarakat dunia sedang hidup pada era post truth (pascakebenaran).
BACA JUGA: Pesan Jokowi Untuk yang Berbeda Pandangan Politik
"Manusia pada umumnya tidak peduli lagi dengan kebenaran dan kerap menyebarkan kebohongan. Kemampuan jempol lebih cepat dari pada kemampuan berpikir otak dan kita tidak mau melakukan klarifikasi terlebih dahulu ketika mendapatkan informasi baru," katanya.
Menurut pria yang akrab dipanggil Toni ini, obat untuk melawan hoaks ialah memproduksi konten-konten antihoaks itu sendiri. "Biasanya orang-orang yang menolak hoaks cenderung diam. Padahal pada prinsip Islam, orang yang diam itu adalah selemah-lemahnya iman. Diam juga mengatakan bahwa kita sepakat dengan hal tersebut. Jadi jangan sampai korbannya kaum milenial, pelakunya kaum kolonial," tegasnya.
Pembicara lainnya, Sahat Martin Philip Sinurat melihat fenomena semakin maraknya hoaks menjelang pesta demokrasi adalah kondisi yang bukan kebetulan. "Hoaks sengaja disebarkan untuk menimbulkan rasa tidak percaya dan memicu konflik di tengah masyarakat kita. Di sisa waktu menjelang 17 April ini, kita sebagai generasi milenial harus aktif menyebarkan informasi yang benar kepada masyarakat agar rakyat memilih calon berdasarkan data yang benar, bukan berdasarkan informasi bohong," ujar mantan Ketum GMKI ini. (*/adk/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Yusril Beber Bukti WA Habib Rizieq soal Prabowo Lemah tentang Islam
Redaktur : Tim Redaksi