Mini Ekspose

Oleh: Dahlan Iskan

Rabu, 09 Oktober 2024 – 07:11 WIB
Dahlan Iskan. Foto/ilustrasi: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com - Begitu banyak WA yang harus saya baca. Belum bisa sekarang –hari itu.

Saya lagi mendampingi anak muda yang sangat berpotensi untuk maju. Ini lebih penting.

BACA JUGA: Dada Punggung

Toh, saya sudah tahu kira-kira apa isi WA –yang mendadak membanjiri HP saya itu.

Itu juga penting. Menyangkut agama dan akidah. Tetapi, soal anak muda yang saya dampingi itu juga penting. Dia ingin membawa perusahaannya ke lantai bursa.

BACA JUGA: Tiga Lima

Saya pun ikut ke Bursa Efek Indonesia (BEI) di SCBD Jakarta. Hanya sepelemparan gemoy dari rumah saya.

Ikut tahapan awal proses go public perusahaan anak muda itu lebih penting.

BACA JUGA: Bambu Hermawan

Hari itu dia harus melakukan mini ekspose. Yakni satu tahap awal apakah perusahaan itu akan diizinkan untuk go public atau tidak.

Dia harus diuji di acara mini ekspose itu.

Anak muda itu aktivis Islam di Solo. Sekeluarga. Sejak ayahnya. Lalu terjun ke bisnis. Maju.

Kini dia mau naik kelas: melantai di bursa saham. Masih banyak tahapan yang harus dia lalui. Tidak mudah.

Pada mini ekspose itu dia seperti menghadapi ujian doktor: tujuh ahli dari BEI "membedah" prospektus yang dia ajukan.

Tujuh orang itu bergantian mengkritisi laporan perusahaannya. Soal izin-izin. Soal yang terkait hukum. Soal proses dan hasil audit keuangan. Soal produksi. Soal marketing. Soal standar prosedur (SOP) di semua bidang, pun sampai SOP di kas kacilnya.

Waktu mengantar ke lantai 6 gedung BEI yang menjulang tinggi itu saya terpana: kok, anak-anak Sukoharjo ini ganteng-ganteng. Semua pakai jas hitam dan dasi serasi. Beda dengan saat saya ke sana lebih 10 tahun lalu: yang dia lagi menyapu rumah.

Juga beda dengan kesederhanaan mereka saat ke rumah saya.

Justru saya yang terlihat paling kumuh di antara rombongan eksekutif muda itu. Mereka terlihat siap maju ke ujian penting –termasuk cara mereka berpakaian.

Di tengah-tengah "ujian" itu saya full doa: semoga dia bisa menjawab semua pertanyaan dengan baik. Saya sendiri yakin dia bisa.

Dia sarjana kimia alumni Universitas Diponegoro. Dia menghayati apa yang dia kerjakan. Dia keloni perusahaannya dari detik ke menit.

Dia bukan tipe anak muda yang kesusu berlagak jadi bos. Dia berkeringat. Dia berlumpur.

Akan tetapi BEI tidak mengizinkan hanya dia yang menjawab pertanyaan. Seluruh direksinya juga harus ikut menjawab.

Saya sempat khawatir pada direktur keuangannya yang berjilbab rapat warna hitam itu. Lega. Ternyata dia mampu menjawab semua pertanyaan bidang keuangan. Bahkan, terlihat sangat lugu –pertanda bukan tipe seorang keuangan yang suka goreng-goreng saham.

Rupanya BEI tidak ingin perusahaan yang IPO adalah perusahaan yang one-man show. BEI juga ingin tahu apakah semua direksi di perusahaan itu punya kemampuan mengelola perusahaan secara tim.

Semua perusahaan yang go public harus punya going concern: jangan sampai setelah IPO, setelah dapat uang dari bursa saham, perusahaannya plonga-plongo. Rugi. Lalu gemoy. Investor publik pun dirugikan.

Jauh sebelum mini ekspose itu dia, ayahnya, dan direksinya sudah lebih dulu menjalani mikro ekspose: di rumah menantunya Pak Iskan yang di Pacet, Mojokerto.

Sudah pula saya tulis di Disway kapan itu. Anda tidak sulit menebaknya siapa dia.(*)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Hari Gosip


Redaktur : M. Fathra Nazrul Islam
Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler