BAGHDAD - Pemerintahan Perdana Menteri (PM) Nuri al-Maliki tampak mulai kewalahan menghadapi Islamic State of Iraq and the Levant (ISIL). Karena itu, Baghdad meminta bantuan Washington untuk melancarkan serangan udara ke sarang-sarang militan pada Rabu (18/6). Sebab, hingga kemarin (19/6) ISIL masih melanjutkan agresi.
"Salah satu kepentingan AS dalam bidang keamanan nasional adalah melawan mereka (ISIL, Red) di mana pun," tandas Jenderal Martin Dempsey, chairman kepala staf gabungan, di hadapan Komite Kelayakan Senat AS. Dia juga menyatakan bahwa Iraq telah mengirim surat permohonan resmi ke Washington. Yakni, meminta AS melancarkan serangan udara untuk memerangi ISIL.
Namun, hingga kemarin Presiden Barack Obama belum memberikan jawaban terhadap Iraq. Beberapa waktu lalu pemimpin 52 tahun tersebut memang sempat mempertimbangkan rencana untuk melancarkan serangan udara dengan menggunakan pesawat tanpa awak (drone) di Iraq. Tetapi, AS telah menuai banyak protes karena melakukan aksi yang sama di Afghanistan dan Pakistan.
David Petraeus, mantan komandan pasukan AS di Iraq, meminta Washington tidak gegabah dalam mengambil keputusan terkait dengan aksi udara. Menurut jenderal 61 tahun itu, melancarkan serangan udara untuk membasmi militan Sunni Iraq tersebut justru akan membuat AS terlihat seperti tentara pembela kaum Syiah. Sebab, di mata rakyat Iraq, Maliki adalah pemimpin yang diskriminatif.
"Washington akan terlihat berat sebelah," ungkapnya dalam sebuah konferensi tentang Iraq di Kota London, Inggris. Maliki yang merupakan tokoh Syiah dianggap mengabaikan kaum Sunni dan Kurdi. Selama menjabat dia hanya memikirkan kepentingan kelompoknya. Hal itu lantas memicu agresi militan Sunni di Iraq. Kini aksi sektarian tersebut berpotensi menjadi perang sipil. (AP/AFP/CNN/hep/c20/tia)
BACA JUGA: Pelantikan Raja Felipe VI tak Dihadiri Pemimpin Asing
BACA ARTIKEL LAINNYA... Perangko Termahal Dunia Terjual USD 9,5 Juta
Redaktur : Tim Redaksi