Miris, Hanya Ada Dua Guru di Sekolah untuk Didik Seratus Siswa

Rabu, 06 Februari 2019 – 15:51 WIB
Anak-anak sekolah dasar sedang mengikuti upacara bendera. Foto/ilustrasi: Radar Gresik

jpnn.com, JEMBER - Wali murid SDN Jambearum 3, Sumberjambe, mempertanyakan keberadaan guru di sekolah di Dusun Sumberpetung, Desa Jambearum, Jember, Jatim itu.

Pasalnya, selama ini di sekolah tersebut hanya ada dua orang guru. Mereka harus mengajar sekitar 100 siswa setiap hari. Bukan hanya kelas I-VI SD, tapi juga siswa titipan dari PAUD dan TK.

BACA JUGA: Kuasa Hukum Guru Honorer Ngotot agar Tahapan Seleksi CPNS 2018 Dihentikan

BACA JUGA : Kurang Guru dan Bidan tapi Penerimaan CPNS Dihentikan

Akses menuju sekolah tersebut tidak mudah. Sebab, jalannya makadam dan cukup panjang. Karena itu, banyak tenaga pendidik yang ditempatkan di sana, terutama domisilinya jauh dari sekolah, tidak akan lama mengajar.

BACA JUGA: Alhamdulillah, Guru Honorer Usia 35 Tahun Bisa Ikut Tes CPNS

Meskipun berada di daerah yang cukup terpencil, ternyata cukup banyak jumlah siswa yang belajar di sekolah itu. Siswa di sekolah tersebut mencapai 80 lebih. Bahkan, bila digabung dengan anak-anak titipan warga yang ikut bersekolah, lebih dari 100.

''Di sini tidak ada TK. Jadi, mereka ikut gabung di SD itu,'' kata Ahmad Taufik, warga Dusun Sumberpetung.

BACA JUGA: Sandiaga Uno, Benda Berkekuatan Magis, dan Curhatan Guru Honorer

BACA JUGA : 66 Persen Daerah Terpencil Kurang Guru

Dia mengatakan prihatin dengan kondisi itu. Sebab, kegiatan belajar mengajar di lembaga tersebut menjadi tidak kondusif. Siswa SD bila dibiarkan tanpa guru saat jam belajar sangat mungkin bermain di dalam kelas.

Kondisi itu, ujar dia, sudah berlangsung cukup lama, sekitar tiga tahun. Bahkan, hingga sekarang, belum ada perbaikan.

''Anak saya kelas V. Dia begitu semangat sekolah. Tapi, kalau tidak ada guru, semangatnya bisa berkurang,'' tambah wali murid dari Alaikal Hasan itu.

BACA JUGA : Indonesia Kurang Guru Penjaskes 54 Ribu Orang

Hal itu juga diakui Usman, wali murid Dani dan Miftahul Arifin. Anaknya yang kini duduk di kelas VI ini mengaku lebih khawatir dengan kondisi sekolah.

Menurut dia, anaknya menghadapi ujian nasional (unas) beberapa bulan mendatang. Namun, jumlah guru masih sangat terbatas. Dia khawatir proses belajar mengajar untuk persiapan unas tidak maksimal dan hasilnya juga buruk.

Sebab, bila tetap dibiarkan, anak-anak tidak bisa mendapat pembelajaran setiap mata pelajaran secara maksimal. ''Harapan kami, guru di sini segera ditambah. Saya kasihan juga kalau cuma Pak Arif yang aktif,'' tuturnya.

Nawawi, salah seorang guru SDN Jambearum 3, mengatakan bahwa memang guru di sekolahnya minim. Selain dia, ada salah seorang guru perempuan yang mengajar di sekolah tersebut. Kondisi itu, menurut dia, berjalan tiga tahun.

Sebelumnya, ada tiga guru berstatus pegawai negeri sipil (PNS) yang mengajar di sekolah tersebut. ''Namun, pada 2016, satu meninggal dunia dan dua dipindah,'' ujar Nawawi.

Pada 2017, sebenarnya sekolah itu mendapat tambahan guru tidak tetap (GTT) dari surat penugasan bupati Jember.

Ada tambahan tiga GTT di sekolah yang berada si lereng Gunung Raung tersebut. Namun, GTT tersebut juga dipindah ke sekolah lain sehingga tinggal Nawawi.

''Informasinya akan ditambah guru PNS lima orang. Semoga bisa secepatnya,'' katanya.

Sebab, untuk mengatasi kekosongan guru, dia mendatangkan relawan untuk mengajar. Mulai tetangga sekitar hingga relawan dari kota. Misalnya, Komunitas Grebeg Sedekah pernah membantu mengajar di sana.

Keadaan sekolah itu diperparah oleh kondisi kepala sekolah yang sudah cukup lama sakit. Dia sakit stroke sehingga sulit bertugas secara optimal di sekolah. (gus/ram/c4/diq/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Guru Honorer 2 Tahun Tidak Linier, Gajinya Bakal Diputus


Redaktur & Reporter : Natalia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler