MIRIS! Harimau Dijerat, Dipotong, Dibagi-bagi Mirip Daging Kurban

Jumat, 11 Maret 2016 – 08:10 WIB
Harimau dijerat. Foto: ilustrasi.dok.JPNN

jpnn.com - TAPUT – Kejadian miris di Desa Silantom Tonga, Kecamatan Pangaribuan, Kabupaten Tapanuli Utara, Sumut. Seekor harimau dijerat dan tewas, Senin (7/3).  Oleh masyarakat setempat, daging dipotong-potong dan dibagi seperti pembagian daging kurban.

Bagus Syah Putra, Medan

BACA JUGA: Nih Aksi Koboi Kesiangan, Diduga Oknum TNI

Tercium jelas dengan aroma amis keluar dari plastik bening berisi cairan dan selembar kecil kulit berbulu dengan corak loreng coklat, kuning, hitam dan sedikit merah. Diletakkan di atas kertas berisi puluhan nama-nama warga masyarakat. Ada bercak darah di atasnya. 
Di lembar kertas lainnya, empat buah foto menggambarkan harimau sumatera di atas meja dikerumuni warga, dalam keadaan mati dan dikuliti. 

Binatang malang itu tewas setelah masuk perangkap jerat babi yang dipasang masyarakat di Desa Silantom Tonga, Kecamatan Pangaribuan, Kabupaten Tapanuli Utara, Senin (7/3). 

BACA JUGA: Turis Serbu Belitung, 50 ribu dalam Sehari

Informasi yang dihimpun dari pihak Balai Besar Konservasi Sumberdaya Alam Sumatera Utara (BBKSDA Sumut), pada Senin (7/3), sekitar pukul 09.01 WIB, pihaknya menerima informasi adanya satwa harimau sumatera dalam keadaan hidup yang terjerat di ladang masyarakat di Desa Silantom Tonga, Kecamatan Pangaribuan, Kabupaten Tapanuli Utara.

Pihak Resort Cagar Alam Dolok Saut kemudian langsung menuju lokasi dan tiba pukul 14.15. Sesampainya di lokasi,  harimau tersebut sudah mati dan berada di halaman rumah seorang warga. Ketika petugas meminta bangkai harimau tersebut untuk dibawa ke kantor BBKSDA Sumut, masyarakat menolak keras dan mereka berniat membagi-bagikan daging harimau tersebut kepada masyarakat. 

BACA JUGA: Dahsyatnya Ombak Bono Menantang Wisman Australia

Menurut Kepala Seksi Konservasi Wilayah III, Octo Manik, pihaknya bersama bersama dengan Kapolsek Pangaribuan dan Babinsa sudah pernah menyampaikan sosialisasi kepada masyarakat bahwa harimau adalah satwa yang dilindungi. 

"Kita juga sudah menawarkan kepada masyarrakat  berupa ternak sebagai pengganti harimau tersebut agar jangan dipotong. Tetapi masyarakat tetap bersikeras untuk memotong harimau tersebut," katanya kepada wartawan.

Setelah itu, kata dia, sekitar pukul 15.00, harimau tersebut dipotong-potong dan dibagikan kepada masyarakat yang hadir. Pihaknya sudah kemudian meminta Kepala Desa membuat daftar nama masyarakat yang menerima daging harimau yang dibagikan dan lalu mengambil dua bagian kulit harimau untuk dijadikan barang bukti. 

"Jawaban masyarakat, ini sudah menjadi tradisinya,bahwa kalau dapat tangkapan akan bagi-bagikan kepada anggota masyarkat. Menurut saya, kalau tradisi, maka sejak kapan ada praktik itu," katanya. 

Sementara itu, Kepala Seksi Perlindungan, Pengawetan dan Perpetaan BBKSDA Sumut, Joko Iswanto, pihaknya sudah menerima laporan tentang kejadian tersebut. Selanjutnya, kata dia, pihaknya akan berkoordinasi dengan pihak Polda Sumut untuk proses hukumnya.

"Mulai dari pemeriksaan saksinya dulu, artinya kalau seluruh masyarakat yang menerima daging harimau tersebut, ya kita panggil, tapi kalau hanya para tokoh-tokohnya saja, ya tetap kita lakukan. Artinya, kasus ini tidak berhenti," katanya. 

Dia menambahkan, saat ini, barang bukti berupa dua lembar kulit harimau potongan kecil dan bagian telinga, direndam dalam cairan alkohol untuk meengawetkannya untuk nantinya akan digunakan untuk barang bukti dalam proses persidangan disimpan di kantor BBKSDA Sumut. 

Menurutnya, berdasarkan keterangan dari dokter hewan, diperkirakan harimau tersebut berusia sekitar 5 sampai 6 tahun yang merupakan usia produktif. 

"Dari ahli, harimau dalam usia 5, 6, 7 tahun, itu merupakan fase mencari wilayah/teritorinya, sehingga bisa saja dia masuk ke lahan atau perkampungan masyarakat. Tapi memang, selama ini kita tidak pernah mendengar adanya konflik antara satwa harimau dengan manusia di daerah itu," tandasnya.(sam/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... 40 Ribu PNS di Provinsi Ini Bakal Kena Rasionalisasi


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler