Miris! Pelajar Tawuran Bawa Merah Putih Diikatkan ke Bambu Runcing

Kamis, 18 Agustus 2016 – 08:00 WIB
TAWURAN: 26 pelajar SMK di Palembang yang terlibat tawuran langsung diamankan oleh polisi yang ada di lokasi. Foto: Irwansyah/Sumatera Ekspres/JPNN.com

jpnn.com - PALEMBANG – Dua kelompok pelajar dari dua SLTA berbeda  di Kota Palembang, Sumsel, terlibat tawuran.

Kejadian usai upacara peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) Kemerdekaan RI ke-71 di plaza BKB, Palembang.

BACA JUGA: Tanpa Ampun, Satu Ditembak Mati, Satu Lagi Ditangkap

Tawuran itu berlangsung di depan mata Wali Kota (Wako) Palembang H Harnojoyo dan Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (FKPD) serta para kepala satuan kerja perangkat daerah (SKPD) yang masih ada di lokasi.    

Semua berlangsung demikian cepat. Bahkan, Wako masih sibuk menyapa masyarakat Palembang dan berfoto bersama mereka. Tiba-tiba, di sudut BKB, muncul sejumlah pelajar SMK lengkap dengan seragam putih abu-abu dan tas di pundak. 

BACA JUGA: Terungkap! Ibu Bayi di dalam Termos Itu Ternyata Mahasiswi

Mereka membawa bendera merah-putih yang diikatkan pada bambu runcing. Mereka berjalan menyusuri pinggir plaza BKB hingga sampai ke samping gedung ACC (Ampera Convention Center). 

Di sana, rupanya mereka terlibat tawuran dengan puluhan pelajar lain. Pecahan beling dari botol yang pecah berserakan di lokasi. “Hey, hey, hey,” terdengar suara anggota Satpol PP, polisi dan Dishub yang melihat tawuran itu.

BACA JUGA: BEJAT! Si Ibu Dipacari, Anaknya Dicabuli

Melihat petugas mendatangi tempat mereka tawuran, para pelajar itu lari tunggang langgang. Mereka menyebar agar tak tertangkap. Sebagian menuju jalan di depan RS AK Gani. Namun, para petugas berhasil mengamankan mereka. Total ada 26 pelajar yang tertangkap.

Rupanya, 26 pelajar tersebut sengaja datang ke BKB, bukan peserta upacara. Mereka berasal dari SMK YP Gajah Mada Plaju dan SMK Bistek Sukabangun. 

“Kami baru sudah berfoto dengan Pak Wali, rombongan mereka mengajak kami bersalaman, tiba-tiba langsung memukuli kami,” ungkap Ari, seorang pelajar yang diamankan.

Dia mengaku datang ke BKB bersama temannya untuk melihat lomba bidar. “Tidak tahu kenapa langsung dipukuli,” cetusnya. 

Fikri, siswa SMK YP Gajah Mada berdalih ketika itu hendak menjemput adiknya. 

“Aku tidak tahu dan tidak kenal dengan mereka,” elaknya. Dia ngotot membantah telah terlibat dalam tawuran itu. 

Namun, petugas menemukan busur jarum dari tasnya. “Itu untuk belajar, bukan untuk tawuran,” sangkalnya lagi. 

Usai dikumpulkan, ke-26 pelajar disuruh melepas baju seragam masing-masing. mereka dihukum dengan menyanyikan lagu  Maju Tak Gentar. Meski berstatus pelajar, ternyata banyak dari mereka yang tak hapal lagu tersebut.

Wako H Harnojoyo yang melihat langsung kejadian tersebut mengaku sangat prihatin. Dia sangat menyayangkan ulah pelajar yang terlibat tawuran. Harnojoyo meminta kepada aparat keamanan untuk langsung menindak mereka.

“Panggil orang tua dan kepala sekolah (kepsek)-nya. Jangan sampai ulah mereka dibiarkan,” cetusnya sembari meninggalkan lokasi. 

Kepala Satpol PP Palembang, Tatang Duka Direja yang turut mengamankan para pelajar tawuran itu telah berkoordinasi dengan pihak kepolisian.

Hasil pendataan mereka, dari  26 pelajar, sebanyak 22 orang dari SMK Gajah Mada dan empat dario SMK Bistek. Pihaknya sendiri sudah mencurigai kedatangan para pelajar tersebut dan terus memantau keberadaan mereka yang membawa bambu runcing. “Untung tidak ada korban jiwa,” lanjutnya. 

Kepala Disdikpora Palembang Ahmad Zulinto Spd MM melalui Kabid SMP, SMA/SMK Drs H Lukman Haris MSi menegaskan, pihaknya telah meminta kepsek dari kedua sekolah memanggil orang tua siswa yang terlibat tawuran.

“Bila perlu dikeluarkan, ini sangat memalukan,” kata Zulinto. Kepala Disdik Sumsel, Drs Widodo MPd juga menyesalkan kejadian ini. “Saya prihatin,” ujarnya.

Semestinya HUT RI dirayakan dengan suka cita. Peringatan kemerdekaan ini jadi momen membangkitkan semangat untuk membangun.

“Kok ini malah ada segelintir anak-anak yang tidak menyadari dan menyia-nyiakan betapa berharganya masa muda mereka,” cetusnya.

Kata Widodo, seharusnya para pelajar belajar keras, mempersiapkan diri dan membangun jejaring pertemanan untuk maju bersama di masa depan. Kondisi sekarang, pintar saja tidak cukup, tapi harus punya networking.

 “Artinya pelajar selain terus belajar secara akademik, harus menjalin pertemanan seluas-luasnya Bukan mencari musuh sebanyak-banyaknya,” tuturnya.

Ia berharap para siswa yang terlibat tawuran menyadari itu. Pihak sekolah diimbau untuk menambah kegiatan ekstrakurikuler untuk menyalurkan energi siswa. Tak kalah penting, meningkatkan komunikasi antara sekolah, guru dengan orang tua.

Tujuannya agar setiap perkembangan siswa dapat terpantau. “Kedepankan pembinaan. Mengeluarkan mereka hendaknya jadi solusi terakhir. Kalau dikeluarkan, mau jadi apa mereka nanti,” tandasnya. (chy/nni/ce2/sam/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Dor! Dor! Penjambret 10 TKP Roboh


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler