Miris! Remaja Putri Ditampar, Ditendang, Diludahi di Angkot

Kamis, 03 Agustus 2017 – 00:58 WIB
SD, remaja 13 tahun, Kelurahan Pasir Kuda, Bogor Barat, Kota Bogor korban bully dan penganiayaan tetangganya sendiri. Foto: Fikri/Radar Bogor/JPNN.com

jpnn.com, BOGOR - Remaja putri inisial SD, 13, warga RT 05/06 Kelurahan Pasir Kuda, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor, ditampar, ditendang, dan diludahi seorang perempuan dewasa yang juga tetangganya sendiri.

Penganiayaan itu terjadi di dalam angkutan kota (angkot) dan menjadi tontonan banyak orang.

BACA JUGA: Penasaran Lihat Toko Kue Syahrini, Desak-desakan, Mendadak...Brakk!!

Kepada Radar Bogor (Jawa Pos Group), bocah yang masih duduk di bangku kelas dua SMP ini menuturkan kisah pilunya itu.

Si pelaku, EV (47) adalah ibu dari CK (22), remaja lelaki yang dikenal dekat dengan korban. SD awalnya memesan sebuah handphone merek Samsung J5 kepada CK pada Minggu (30/7). Tapi pesanan itu tak sesuai harapan. Yang diterima SD malah handphone buatan Tiongkok.

BACA JUGA: Kota Bogor Sukses Gelar Sundown Marathon 2017

“Saya minta ditukar sesuai yang saya pesan,” tuturnya.

CK kemudian mengajak SD ke sebuah tempat di Kelurahan Paledang dengan dijanjikan barang pesanannya. Bukan handphone yang didapat, SD malah diajak menginap semalam di tempat tersebut.

BACA JUGA: Peserta Bule Puji Prosesi Tanah-Air dan Semangat Gowes Nusantara

“Dia mau pulang, tapi tidak tahu tempat dan jalan pulang. Apalagi tidak mengantongi uang untuk ongkos pulang,” timpal orang tua SD, Wawan Suwardi (44), yang didampingi korban saat diwawancara Radar Bogor kemarin (2/7).

CK kemudian membawa SD pulang Senin (31/7) pagi, menumpang angkutan kota. Tetapi ketika angkot tersebut berhenti di persimpangan lampu merah Pasir Kuda, rupanya orang tua CK, EV naik angkot yang ditumpangi keduanya.

Di situlah, EV membabibuta menganiaya SD sembari melontarkan makian kepada bocah lugu itu.

“Tangan kiri dicubit sampai biru, kedua pipi ditampar, rambut dijambak, dan kakinya ditendang. Dia aniaya anak saya karena menganggap bawa pergi anaknya. Padahal anak saya ini perempuan, justru harusnya saya yang marah,” kesal Wawan.

Bukan hanya dianiaya dan dimaki. SD pun sempat diludahi oleh EV di hadapan CK dan penumpang angkot lainnya.

Akibatnya, kini SD mengalami trauma mendalam. Dengan kondisi yang babak belur, SD malu untuk pergi sekolah. Sudah tiga hari ini dia membolos.

Merasa keberatan atas perilaku tetangganya, Senin siang (31/7), SD bersama ibundanya melaporkan kejadian tersebut ke Polsek Bogor Barat.

Tetapi setelah lama menunggu, aduannya tak kunjung direspon. Dengan alasan petugas sedang tidak di tempat.

Dibantu ketua RW setempat, keduanya pun kembali mendatangi kantor Polsek Bogor Barat keesokan harinya.

“Kemarin sudah sempet datang ke sini polisinya, tapi sampai sekarang kita belum menerima surat bukti laporan. Malah diarahkan berdamai. Kalau memang mau berdamai, seharusnya pelakunya datang ke sini baik-baik, bukan lewat polisi,” terangnya.

Ketika dikonfirmasi, Kapolsek Bogor Barat Kompol Indrianingtyas mengatakan bahwa belum ada laporan masuk mengenai kasus kekerasan terhadap anak belakangan ini.

Ia mengatakan bahwa kasus kekerasan terhadap anak merupakan kewenangan dari Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Polresta Bogor Kota. “Jadi harusnya lapor langsung ke Polresta, di sana ada bagian PPA-nya,” tandasnya.

Fenomena kekerasan terhadap anak masih kerap ditemui di Kota Hujan. Seperti yang disampaikan Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah (KPAID) Kota Bogor, Dudih Syiaruddin.

Banyak faktor yang membuat fenomena tersebut marak, mulai dari pengaruh media hingga pergaulan.

Dudih menjelaskan, tingkat perkara kekerasan terhadap anak di Kota Bogor terbilang tinggi. Tapi, dirinya tidak bisa memberikan data, lantaran menjaga privasi para korban.

“Di Kota Bogor sudah banyak kasus ke saya. Tapi karena ini korbannya anak-anak jadi tidak bisa diekspos. Yang jelas banyak kasus yang berkaitan dengan bulliying kaitan dengan kekerasan,” jelasnya.

Dirinya menerangkan bahwa tak jarang perilaku bulliying timbul atas tayangan di media sosial ataupun media massa.

Banyak konten yang menurutnya mendiskreditkan salah satu pihak, kemudian tersiar dan dikonsumsi anak-anak.

“Sehingga, secara tidak langsung ini mengganggu pikiran anak-anak. Itu menjadi contoh buruk, akhirnya itu yg dia tiru,” terangnya. (rp1/d)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Lomba Marathon di Bogor Ini Benar-Benar Unik, Digelar Dinihari


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler