Misi Menjaga Hegemoni

Minggu, 13 Juli 2014 – 15:03 WIB
Thomas Muller dan Lionel Messi. Foto: abc11.com

jpnn.com - RIO DE JANEIRO – Sejarah terukir di Estadio Maracana dini hari nanti WIB. Dua negara dari kutub benua berbeda bakal bertarung mempertaruhkan gengsi dan hegemoni.

 

Argentina yang menghadapi Jerman di partai final Senin dini hari (tayangan langsung AnTV/TV One pukul 02.00 WIB) memikul beban yang cukup berat. Sebab, tim Tango –julukan timnas Argentina– harus bisa menjaga hegemoni Amerika Selatan atas Eropa.

BACA JUGA: Sabella Ingin Happy Ending

Ya, sejarah perhelatan Piala Dunia menunjukkan bahwa hingga kini belum ada satu pun wakil Eropa yang bisa berkuasa saat Piala Dunia berlangsung di Benua Amerika. Rekor pertemuan di partai final juga berpihak kepada wakil Amerika Selatan.

BACA JUGA: Pembalap Force India Nilai F1 Membosankan

Total, di antara sembilan laga final yang mempertemukan Amerika Selatan dengan Eropa, tujuh pertandingan dimenangi wakil Amerika Selatan.

Argentina sudah dua kali menjadi jawara. Dua kemenangan tersebut mereka rengkuh saat Piala Dunia berlangsung di Benua Amerika. Yakni, pada 1978 ketika mereka menjadi tuan rumah dan pada 1986 yang berlangsung di Meksiko. Nah, pada 1986 itu, lawan yang mereka hadapi di partai final adalah Jerman.

BACA JUGA: LeBron Hengkang, Chris Bosh Pilih Bertahan di Heat

Sayang, setelah kalah di final Piala Dunia 1990 yang berlangsung di Italia, Argentina malah sering inferior ketika menghadapi Jerman. Sesudah final 1990, tercatat dua kali Jerman mencundangi Argentina saat bentrok di Piala Dunia. Yakni, pada perempat final 2006 dan 2010.

Nah, dengan deretan fakta itu, pelatih Argentina Alejandro Sabella menilai bahwa tidak akan mudah menjaga hegemoni Latin atas Eropa. Dalam pernyataannya kepada AFP, Sabella bahkan menyebut gaya permainan Jerman yang menekankan penguasaan bola sudah hampir mendekati tim-tim dari Amerika Latin.

’’Sepanjang sejarah, Jerman selalu bermain dengan menunjukkan kekuatan fisik, taktik, dan mental. Tapi, ada satu hal yang menjadi nilai tambah, mereka selalu memiliki pemain yang mempunyai sentuhan gaya sepak bola Amerika Latin,’’ ujar pelatih yang berusia 59 tahun itu.

Namun, para penggawa Tango tidak gentar dengan kekuatan Jerman. Penegasan tersebut disampaikan bek Pablo Zabaleta. Pemain Manchester City itu sudah mempelajari kesalahan yang dilakukan para pemain Brasil ketika dibantai Jerman 1-7.

’’Yang kami lakukan hanyalah bagaimana mereduksi ruang tembak pemain Jerman di pertahanan. Jika itu berhasil, sedikit lagi kami menuju kemenangan,’’ bebernya.

Ambisi Jerman pun tidak kalah tinggi. Beberapa penggawa Die Mannschaft –julukan timnas Jerman– bahkan sudah mengincar rekor pribadi. Thomas Mueller, misalnya. Dia ingin menambah lagi pundi-pundi golnya demi mendapat gelar pencetak gol terbanyak Piala Dunia 2014. Begitu juga, Miroslav Klose bakal tetap ganas meski masuk di Club 16.

Kapten Jerman Philipp Lahm mengakui, kemenangan atas Brasil telah membangkitkan motivasi rekan-rekannya. Tapi, yang lebih krusial adalah Jerman sudah menyerap banyak pengalaman dari laga melawan tim-tim Amerika Latin. Lahm juga menyatakan sudah mengetahui permainan bertahan Argentina saat melawan Belanda lalu.

’’Setelah menonton (laga Argentina versus Belanda), kami berpikir tidak ada masalah melawan Argentina di laga final. Kami di sini untuk memenangi Piala Dunia,’’ koarnya.

Di sisi lain, pelatih Joachim Loew menganggap Argentina adalah ancaman yang lebih serius ketimbang Brasil.

’’Argentina akan berupaya keras memperkuat pertahanan. Mereka tentu ingin menyamakan kekuatan dengan pemain-pemain depan kelas dunianya, antara lain (Lionel) Messi dan (Gonzalo) Higuain. Bagi kami, Argentina bukan tim yang mudah ditaklukkan,’’ tandas Loew. (ren/c4/bas)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Prancis Hapus Dominasi Jerman


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler