Mobil Tidak Mogok, Muhaimin Bantah Tabrakan

Jumat, 13 Januari 2012 – 05:05 WIB

JAKARTA - Pemberitaan yang menyebut Mercedes Benz berpelat RI-28 memicu kecelakaan beruntun dalam iring-iringan rombongan Presiden SBY, membuat Menakertrans Muhaimin Iskandar perlu mengklarifikasi. Dia menegaskan, mobil yang dikendarai tidak termasuk yang mengalami kecelakaan di Malang. Apalagi, disebut-sebut mogok dan menjadi pemicu kecelakaan.
     
"Tidak ada mogok, lancar sampai tujuan," ujar Muhaimin Iskandar, saat dihubungi, di Jakarta, Kamis (12/1).
     
Sebelumnya, kecelakaan beruntun melibatkan delapan mobil dalam iring-iringan rombongan SBY dalam kunjungan di Malang, Jawa Timur. Pemicunya, Mercedes Benz yang tiba-tiba mogok saat konvoi kendaraan rombongan melaju cukup cepat. Tabrakan beruntun tak terhindarkan, meski tidak ada korban jiwa.

Muhaimin mengakui, mobil yang ditumpangi memang berpelat RI-28. Nopol tersebut memang untuk mobil dinasnya. Namun, dia membantah saat mengikuti rombongan SBY, mengendarai Mercedes Benz.

Menurut Muhaimin, mobil yang dikendarai saat itu adalah Nissan Teana berwarna hitam. "Dan, masih lumayan enak, juga kayaknya belum mogokan," tandas ketua umum DPP PKB itu, lagi.

Muhaimin juga mengatakan, dari laporan yang diterima staf, tidak ada mobil yang ditumpangi rombongan Kemenakertrans terlibat dalam tabrakan beruntun. "Kami lima atau enam kendaraan, sampai sekarang, saya tanya ke beberapa orang belum ada kabar ada yang mengalami kecelakaan," imbuhnya.

Sementara itu, insiden tak mengenakkan terjadi saat kunjungan SBY di Malang. Selain tabrakan beruntun pada Rabu (12/1) siang, malannya sekitar pukul 20.00, dua pengendara sepeda motor tersungkur karena menerobos zona steril di Jalan Tanimbar, sebelah Lanal (Pangkalan Angkatan Laut) Malang yang menjadi tempat menginap SBY. Mereka terseret di aspal setelah menerobos barikade petugas yang menjaga kawasan ring 2.

Kawasan Jalan Tanimbar dan sekitarnya malam itu dijaga ketat aparat kepolisian dan TNI. "Itu zona steril. Tidak boleh ada yang masuk," kata Kapenrem 083 Baladhika Jaya Mayor Arwan.

Ada dua versi penyebab pengendara sepeda motor Satria N 2275 AA itu mencium aspal. Versi korban, mereka tersungkur karena ada beberapa petugas yang mengayunkan rambu larangan masuk ke wajah pengemudi. "Saya dipukul rambu dilarang masuk. Setelah itu, saya jatuh dan pingsan," kata Sulung Hadi Sukmawan, warga Jodipan Wetan I RT 16 RW 7, Blimbing, ketika ditemui di ruang 17 kamar 2 Rumah Sakit Saiful Anwar (RSSA) Malang.

Sulung, 25, saat itu membonceng Slamet, 18, rekan kerjanya di bengkel mebeler kawasan Mergan, Malang. Menurut Slamet, saat itu dirinya dicegat petugas yang menggunakan stick light (sejenis lampu senter berwarna merah). Namun, Sulung terus melaju menerobos zona steril. Slamet hanya tahu ada yang mengayunkan rambu di depan sepeda motor dan dia langsung menunduk.

Setelah itu, dia jatuh terseret kendaraan bersama Sulung. "Teman saya pingsan dan dinaikkan pikap ke RKZ (Rumah Sakit Panti Waluya)," tutur Slamet.

Versi kedua adalah versi polisi dan TNI yang melakukan pengamanan. Menurut polisi, keduanya tersungkur karena ngebut dan tidak bisa mengendalikan kendaraan ketika dihalang-halangi petugas. Apalagi, mereka diindikasikan takut kepada petugas karena mengendarai sepeda motor tanpa surat-surat kendaraan. Petugas mengambil tindakan menghalangi karena Jalan Tanimbar termasuk zona steril.

Menurut Kasubag Humas Polres Malang Kota Abdul Hadi, kedua pengendara melaju dari Jalan Sulawesi. Mereka sudah dicegat di Jalan Tanimbar. Namun, kedua pengendara itu tetap menerobos dan ngebut. Mereka kembali dicegat polisi dan TNI di pertigaan Jalan Tanimbar-Jalan Yos Sudarso.

Saat itulah pengendara motor meliuk tajam  menghindari barikade. Keduanya jatuh dan menabrak barikade kursi dan sepeda motor di sebelah timur.

Keterangan Abdul Hadi itu dikuatkan Kanit Laka Polres Malang Kota Ipda I Gusti A. Ananta. Menurut Gusti, kejadian itu masuk kecelakaan tunggal. Sebab, olah TKP di lokasi menguatkan kejadian kecelakaan. "Kalau soal ada penganiayaan atau tidak, itu bukan ranah kami," ujar Gusti.

Hingga kemarin sore, Sulung dan kuasa hukumnya dari LBH Surabaya Pos Malang Ronny Dwi Sulistyawan belum melaporkan kasus dugaan penganiyaan secara resmi kepada polisi. (dyn/yos/yn/jpnn/agm)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Pengancam Rosa Masih Kerabat Dekat Nazaruddin


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler