Modal Sejuta, Mesin Hemat BBM Karya Siswa SMK Tercipta

Rabu, 19 November 2014 – 09:27 WIB
Kepala Dinas Pendidikan Fathor Rakhman mencoba alat-alat berbahan bakar gas yang dikreasi tim TSM SMKN 1 Kendit. Foto: Fredy Rizki/Radar Banyuwangi/JPNN

jpnn.com - SITUBONDO – Kurang dari 12 jam semenjak pengumuman kenaikan BBM (bahan bakar minyak) oleh pemerintah, SMKN 1 Kendit, Situbondo, turut mengumumkan sebuah teknologi konversi bahan bakar sebagai solusi naiknya harga BBM.

Di hadapan Kepala Dinas Pendidikan Situbondo Fathor Rakhman serta Kabid ESDM Disperindag Imam Santoso, Selasa (18/11), para guru dan siswa memamerkan alat-alat yang bahan bakarnya berhasil mereka konversi.

BACA JUGA: Microsoft dan Real Madrid Jalin Kerja Sama Senilai Rp 364 Miliar

Ada empat alat yang dipamerkan tim SMKN 1 Kendit dalam efisiensinya menggunakan BBG (bahan bakar gas). Yakni, mesin pompa air, mesin selip, mesin penyemprot cat, dan sepeda motor empat tak. Tim tersebut menunjukkan bahwa performa mesin-mesin itu tidak kalah dengan mesin yang menggunakan BBM.

Mesin pertama yang diperlihatkan langsung di hadapan Kadispendik dan Kabid ESDM adalah mesin pompa air. Awalnya, mesin ditunjukkan dalam kondisi mati, tetapi telah dipasang dengan instalasi gas.

BACA JUGA: Apple Dikabarkan Segera Luncurkan iPhone7

Setelah aliran gas dibuka dari regulator, salah seorang murid menghidupkan tuas mesin tersebut. Tidak lama, mesin itu pun hidup dan menyemburkan air yang cukup deras dari pipa berukuran 3 dim.

Teguh Asmaji, salah seorang guru yang termasuk tim konversi itu, menjelaskan, daya sedot dari pompa tersebut tidak kalah dengan pompa berbahan bakar solar atau premium. Pompa itu, kata guru yang memiliki latar belakang pendidikan matematika tersebut, dapat menyedot air dari kedalaman 20 meter. Tidak hanya itu, menghidupkan mesin tersebut pun tidak sesulit mesin lain yang sudah dikonversi terhadap BBG.

BACA JUGA: 7 Meme Lucu BBM Naik

Jika mesin lain masih memerlukan BBM untuk hidup, teknologi yang dibuat SMKN 1 Kendit itu berbeda. Murni hanya menggunakan gas, mesin pompa tersebut sudah bisa hidup.

"Yang penting, ada air yang masuk ke pompa supaya tekanannya tidak hilang. Maka, tidak ada kendala. Mesin ini dipakai petani sejak lebih dari enam bulan lalu dan tidak ada kendala," tutur Teguh.

Setelah menunjukkan mesin pompa, giliran sepeda motor empat tak yang dipamerkan. Kadispendik Fathor Rakhman langsung mencoba kendaraan itu. Meski bentuknya terlihat sedikit ganjil karena tabung gas elpiji diletakkan di depan pengemudi, motor tersebut berjalan lancar. Tidak ada perbedaan yang ditunjukkan kendaraan itu meski berbahan bakar gas.

Sembari mendampingi pengujian sepeda motor berbahan bakar gas tersebut, Kepala SMKN 1 Kendit Asim menyatakan, kendaraan itu dapat mengirit biaya pengeluaran sampai 80 persen. Perbandingannya, kebutuhan bensin pergi pulang (pp) Surabaya–Situbondo sekitar 8 liter. Maka, dengan BBG, pengendara hanya membutuhkan satu tabung gas elpiji dengan berat 3 kilogram.

Perbandingan itu, kata Asim, tentu menjadi pertimbangan untuk menyikapi harga BBM yang cukup tinggi seperti saat ini.

"Sepeda ini dapat menempuh kecepatan sampai 100 kilometer per jam. Tidak kalah dengan yang menggunakan bahan bakar minyak,’’ ujarnya.

Asim menambahkan, untuk penelitian tersebut, tim konversi SMKN 1 Kendit hanya berbekal modal Rp 1 juta. Hasil dari mesin yang menggunakan teknologi itu juga telah dirasakan petani dan warga sekitar. Hanya dengan biaya Rp 200 ribu, para warga sudah dapat menggunakan teknologi berbahan bakar gas untuk mesin pompa air dan selipnya.

Meski teknologi konversi ke gas bukan barang baru, Asim berani menjamin teknologi yang dihasilkan timnya jauh lebih unggul. Selain dari tingkat keiritan, tingkat performa menjadi perbandingan. Ketika ditanya soal kunci teknologi itu, Asim menjawab bahwa keistimewaannya terdapat pada regulator dan karburator yang menjadi penyambung gas dengan mesin.

Teknologi itulah yang membedakan teknologi konversi gas lain dengan temuan timnya.

"Banyak warga di sini yang terkadang meminta tim kami, entah siswa atau guru, untuk melihat mesin pompa air mereka yang rusak. Tapi, yang rusak itu, bukan kami yang memasang. Setelah melihat perbedaannya, mereka memasang teknologi kami," jelas Asim.

Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan Situbondo Fathor Rakhman menyatakan sangat mendukung program inovasi SMKN 1 Kendit. Bahkan, Kadispendik siap memberikan bantuan, baik sarana maupun dana. Asalkan, pihak sekolah bisa serius mengembangkan teknologi konversi energi tersebut.

Namun, yang perlu ditekankan, menurut Fathor, adalah tingkat keamanan dari penggunaan gas.

"Sekolah harus melakukan perbaikan, baik desain maupun keamanan, dari slang-slang yang digunakan. Sebab, dalam perkembangannya nanti, teknologi ini digunakan pada bidang-bidang yang lebih luas. Sekolah bisa bekerja sama dengan industri atau SMK lain untuk pengembangan teknologi ini,’’ katanya.

Kabid ESDM Disperindag Imam Santoso menambahkan, pihaknya juga berencana membantu dengan mendirikan reaktor biogas di SMKN 1 Kendit.

"Harapannya, nanti jika ada biogas, program ini jadi lebih bermanfaat. Sebab, tidak usah membeli gas lagi. Kita juga siap membantu pemasaran dan melindungi hak cipta teknologi ini,’’ tuturnya. (fre/JPNN)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Notebook dengan Gorilla Glass 3


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler