JPNN.com

Monster Itu Bernama Gadget

Oleh: Amilan Hatta - Anggota Persatuan Alumni Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (PA GMNI)

Sabtu, 01 Februari 2025 – 17:30 WIB
Monster Itu Bernama Gadget - JPNN.com
Anggota Persatuan Alumni Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (PA GMNI) Amilan Hatta. Foto: Dokumentasi pribadi

jpnn.com - Pada awal tahun 2021 lalu, jagad media sosial dan media mainstream dikejutkan oleh kasus adiksi atau kecanduan gawai kalangan anak-anak di Jawa Barat.

Siswa SMP kelas 1 di Subang meninggal diduga penyebabnya karena kecanduan game.

BACA JUGA: Demi Game Online, Pria Asal Kalidoni Palembang Nekat Curi Entok

Tak hanya itu, jumlah pasien anak yang kecanduan gawai di RS Jiwa Cisarua, Bandung Barat meningkat.

Raden Tri Sakti (12 tahun), siswa SMP kelas 1 asal Desa Salam Jaya, Pabuaran, Subang meninggal dunia dengan diagnosa mengalami gangguan syaraf.

BACA JUGA: HONOR Resmi Mengumumkan Kembali ke Pasar Gadget Indonesia

Pihak keluarga menyebut penyakit yang dideritanya dikabarkan karena kecanduan bermain game online di telepon seluler. Raden meninggal 23 Februari 2021.

Endang, paman Raden, menceritakan keponakannya sejak awal tahun mengeluhkan sakit kepala, bahkan tangan dan kakinya susah digerakkan.

BACA JUGA: Festival Belanja Erafone, Promo Gadget Terbesar Manjakan Konsumen

Sempat dirawat di RS Siloam, Endang mengatakan dokter yang merawatnya mengatakan gangguan saraf yang diderita keponakannya itu karena radiasi telepon seluler.

Endang menuturkan keponakannya selama ini selalu bermain game online seharian, ditambah dengan sekolah jarak jauh yang otomatis selalu memegang handphone.

“Jadi, anak itu tadinya sering main HP game online siang malam, tidur subuh pukul 03.00 WIB. Trus kerap mengigau kaya lagi bermain game," ujar Endang.

Meski penyebab gangguan saraf ini dibantah oleh Ketua IDI Cabang Kabupaten Purwakarta dr Susilo Atmojo.

Menurutnya, gangguan syaraf tidak ada hubungannya dengan radiasi handphone. Kecanduan gawai atau kecanduan bermain game berakibat kepada perubahan perilaku anak.

Sementara itu, di Surabaya sebanyak 3.000 anak dan remaja menjalani perawatan di Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Menur sejak priode Januari hingga Juli 2024.

Sebagian besar mereka mengalami gangguan jiwa, lantaran kecanduan gadget atau handphone.

Kecanduan gadget bukanlah hal baru di tengah masyarakat modern saat ini.

Namun, maraknya kasus kecanduan gadget yang dialami oleh anak-anak dan remaja patut menjadi perhatian serius bagi orang tua maupun pemerintah.

Mendorong anak untuk melakukan aktivitas fisik adalah salah satu cara yang terbaik untuk mengurangi kecanduan gadget pada anak.

Orang tua harus berusaha untuk melibatkan anak-anak dalam berbagai kegiatan di luar ruangan seperti olahraga atau juga jalan-jalan.

Selain aktivitas di luar ruangan, orang tua juga dapat mendorong anak untuk melakukan berbagai aktivitas dalam ruangan seperti latihan menari, bela diri atau latihan teater.

Mempromosikan berbagai macam hobi dan kegiatan untuk anak adalah cara lain untuk mengatasi kecanduan gadget pada anak.

Orang tua dapat mendorong anak-anak mereka untuk terlibat dalam kegiatan lain seperti membaca, menulis, menggambar, atau memainkan alat musik.

Hobi tersebut dapat membantu anak mempelajari ilmu dan keahlian yang baru, mengembangkan minat lain dan juga sekaligus mengurangi ketergantungannya pada gadget.

Pemerintah pun secara serius telah menyikapi persoalan ini. mengingat hal ini sangat mengancam kesehatan mental dan fisik anak-anak kita.

Salah satu kebijakan serius yang dilakukan oleh pemerintah dalam mengatasi fenomena ini dalah dengan memberikan panduan pola kebiasaan hidup positif yang harus dilakukan oleh anak-anak kita baik di rumah mapun di sekolah.

Melansir Siaran Pers Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) tanggal 27 Desember 2024, Kementerian tersebut secara resmi telah meluncurkan Gerakan 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat, sebuah inisiatif strategis untuk mewujudkan pembangunan sumber daya manusia (SDM) unggul, yang merupakan bagian dari Asta Cita ke-4 dalam visi pemerintahan Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka.

Gerakan ini bertujuan untuk menanamkan kebiasaan positif yang dapat membentuk karakter anak-anak Indonesia agar menjadi generasi yang sehat, cerdas, dan berkarakter unggul.

Peluncuran Gerakan 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat menjadi tonggak penting dalam upaya menciptakan generasi emas Indonesia menuju tahun 2045.

Gerakan ini berfokus pada tujuh kebiasaan utama yang diharapkan dapat diinternalisasi oleh anak-anak sejak dini, yaitu Bangun Pagi, Beribadah, Berolahraga, Makan Sehat dan Bergizi, Gemar Belajar, Bermasyarakat, dan Tidur Cepat.

Melalui implementasi kebiasaan-kebiasaan ini, Kemendikdasmen ingin memastikan anak-anak Indonesia tidak hanya unggul dalam aspek akademis, tetapi juga memiliki kepribadian yang kuat, kepedulian sosial, serta tanggung jawab terhadap lingkungan sekitarnya.

Gerakan 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat merupakan wujud nyata dari komitmen Kemendikdasmen dalam mengembangkan sistem pendidikan nasional yang berorientasi pada penguatan karakter bangsa.

Dengan menanamkan delapan karakter utama bangsa—religius, bermoral, sehat, cerdas, kreatif, kerja keras, disiplin, mandiri, dan bermanfaat—Kemendikdasmen percaya bahwa pembangunan SDM berkualitas harus dimulai dari penanaman nilai-nilai luhur pada anak-anak sejak dini.

Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen), Abdul Mu’ti, dalam sambutannya menyampaikan bahwa pendidikan tidak hanya tentang memberikan pengetahuan, tetapi juga membangun karakter.

“Dengan menanamkan tujuh kebiasaan ini, kami berharap dapat membentuk anak-anak Indonesia menjadi pribadi yang cerdas secara intelektual, sosial, dan spiritual,” ujarnya.

Dengan masifnya sosialisasi program ini ke para orang tua, sekolah dan lembaga-lembaga pendidikan formal dan informal lainnya kita berharap akan membangun kesadaran kolektif anak bangsa untuk lebih bijak menggunakan gadget.

Kemajuan inovasi teknologi harus dapat digunakan untuk membangun bangsa yang cerdas dan maju.

Dunia usaha, pendidikan, dan penelitian mendapatkan semua manfaat besar dari internet.

Anak-anak dan remaja harus didorong untuk menggunakan gadget dan internet sebagai alat penting untuk meningkatkan pendidikan, pengetahuan, peluang, dan pemberdayaan dalam rangka meningkatkan kualitas hidup.

Bukan malah sebaliknya menjadi monster menakutkan yang akan menghancurkan dan membunuh masa depan mereka sebagai generasi emas 2045.(***)


Redaktur & Reporter : Friederich Batari

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler