Motif Pembunuhan terhadap Janda Kaya Terungkap, Oh Ternyata

Jumat, 29 Desember 2017 – 06:55 WIB
Bima dan Imah, dua pelaku pembunuhan Sulasi, si janda kaya. Foto: Loditya Fernandez/Radar Ngawi/JPNN.com

jpnn.com, NGAWI - Polisi berhasil mengungkap motif pembunuhan terhadap Sulasi, janda kaya yang tinggal di Perumahan Griya Lawu Indah, Ngawi, Jatim.

Bima Ramadhani, 20, dan Niharul Imah, 28, dua tersangka pelaku pembunuhan, tega menghabisi nyawa perempuan 53 tahun itu karena merasa sakit hati.

BACA JUGA: Edan, Perempuan Muda Ini Dalangi Pembunuhan Seorang Rentenir

Sulasi yang semasa hidup menjalankan bisnis rentenir itu kerap mengeluarkan kata-kata kasar kepada keduanya.

’’Pelaku sakit hati terhadap kata-kata korban,’’ ucap Kapolres Ngawi AKBP Pranatal Hutajulu saat rilis perkara di Mapolres, Kamis (28/12).

Pranatal menambahkan, awalnya hubungan Sulasi dan kedua pelaku berjalan normal. Imah –sapaan akrab Niharul Imah- merupakan salah satu nasabah. Sedangkan Bima merupakan orang kepercayaan Sulasi.

Selain sopir, Bima juga mencari nasabah sekaligus juru tagih. Imah juga mengenal Bima karena sama-sama dari Desa/Kecamatan Paron.

Imah akhirnya meminjam duit Rp 7 juta dari Sulasi juga karena bantuan, dari Bima untuk keperluan usaha warung rujak dan kebutuhan lainnya.

’’Tersangka IM (Imah, Red) pinjam uang Rp 7 juta sekitar enam bulan lalu melalui tersangka BM (Bima, Red),’’ ujar kapolres.

Semula Imah tidak kesulitan untuk membayar angsuran kepada Sulasi. Hingga akhirnya, usaha warung yang dijalankan mulai sepi. Bahkan sekitar sebulan terakhir tutup.

Kondisi tersebut membuatnya mulai kesulitan untuk membayar angsuran. Bima yang datang menagih kerap pulang dengan tangan kosong.

Kondisi tersebut membuat Sulasi naik pitam. ’’Akhirnya korban datang sendiri untuk menagih utang kepada tersangka,’’ beber Pranatal.

Oleh Sulasi, kata dia, Imah yang tidak mampu membayar sisa utangnya sebesar Rp 3 juta dimaki habis-habisan. Tidak terkecuali Bima yang gagal menagih utang.

Amarah tersebut membuat keduanya sakit hati. Imah dan Bima pun mulai merencanakan untuk menghabisi nyawa Sulasi.

Aksi pertama dilakukan sekitar pertengahan bulan lalu. Imah dan Bima yang kenal baik setelah sebelumnya sama-sama bekerja di kios Pasar Paron yang bersebelahan itu memberikan racun tikus kepada Sulasi. ’’Racun tikus itu dicampur di makanan korban,’’ tuturnya.

Makanan beracun tersebut disuguhkan oleh Bima. Namun racun tersebut tidak membuat Sulasi meregang nyawa.

Padahal aksi tersebut dilakukan hingga dua kali, berselang hitungan hari. Sedangkan, Sulasi tidak curiga. Maklum, Bima kerap berkunjung ke rumahnya.

Tidak hanya mencari nasabah, terkadang menyopirinya. ’’Tersangka BM salah satu orang kepercayaan korban,’’ tambahnya.

Keduanya yang kesetanan akibat terus ditagih korban justru berbuat nekat. Imah dan Bima menyewa mobil jenis Toyota Avanza Nopol AE 1052 K untuk mendatangi rumah Sulasi sekitar pukul 12.30, Rabu laly (20/12).

Usai memarkir mobil, secara bergiliran keduanya masuk. Saat lengah, keduanya kompak menghabisi Sulasi.

Imah menyekap dan mencekik leher Sulasi. Sedangkan Bima memeganginya tubuh korban. ’’Setelah dicekik, leher korban juga dipatahkan hingga tewas,’’ jelasnya.

Selanjutnya Sulasi yang tewas di lokasi tersebut diikat menggunakan tali kor pramuka dan lakban. Korban dimasukkan dalam bagasi yang diparkir dalam garasi rumah.

Jasad Sulasi selanjutnya dibuang ke saluran air tanah di Dusun Blawong Desa Gading, Kecamatan Balerejo Kabupaten Madiun. Jasad ditemukan sekitar pukul 09.00, pada Jumat lalu (22/12).

Di hari yang sama, identitas Sulasi langsung diketahui. Petugas pun mulai melakukan penyelidikan. Akhirnya identitas korban terungkap.

Bima memilih lebih dulu menyerahkan diri pada Selasa (26/12). Sedangkan Imah diringkus berkat keterangan Bima.

Imah ditangkap dalam usaha melarikan diri Kampung Rawa Aren, Kelurahan Aren Jaya, Kecamatan Bekasi Timur, Bekasi, sekitar pukul 11.30, kemarin (27/12). ’’Ini baru tertangkap kemarin langsung kami rilis,’’ imbuh kapolres.

Sementara, Imah kepada Jawa Pos Radar Ngawi mengaku merasa jengkel dengan korban. Sebab, saat menagih, perempuan yang tinggal di Perumahan Griya Lawu Indah itu kerap memaki dan merendahkannya.

Kebiasan tersebut membuatnya tidak bisa memaafkan perilaku Sulasi. Tekanan tersebut membuatnya berpikiran untuk menghabisi nyawa Sulasi.

’’Karena sakit hati. Kalau menagih memarahi dan menjelek-jelekan bermacam-macam. Padahal saya sudah berusaha membayar,’’ bebernya. (odi/ota)


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler