jpnn.com, LOSAIL - Tahun lalu boleh disebut sebagai musim kebangkitan Italia di ajang grand prix. Di kelas MotoGP, rider yang bertahun-tahun berkutat dengan status kuda hitam, Andrea Dovizioso mengejutkan banyak pihak. Nah, jelang MotoGP Qatar Minggu (18/3) Dovi juga menebar ancaman.
Ya, Italia boleh berharap banyak. Dovizioso menjadi penantang kuat sang juara dunia Marc Marquez musim lalu. Sinyal kebangkitan Negeri Pizza itu digenapi munculnya Franco Morbidelli yang keluar sebagai kampiun Moto2.
BACA JUGA: Johann Zarco jadi Topik Terpanas Jelang MotoGP Qatar
Sejak Valentino Rossi merengkuh gelar terakhirnya di MotoGP pada 2009 lalu, belum ada rider Italia baru yang datang menggebrak. Dari delapan musim yang berjalan setelah itu, tujuh di antaranya dimenangi rider Spanyol. Satu-satunya yang berhasil mencuri gelar di tengah dominasi pasukan matador itu hanyalah Casey Stoner pada 2011.
Pamor dunia balap Italia di ajang MotoGP seperti amblas selepas masa keemasan Rossi. Sementara pasukan matador Spanyol, perlahan tapi pasti, menginvasi grand prix dunia.
BACA JUGA: On Fire! Dovizioso Sapu Bersih 2 Latihan Bebas MotoGP Qatar
Berawal dari medio 1970-an dengan munculnya Angel Nieto. Pembalap yang meninggal dunia tahun lalu tersebut ditabalkan sebagi pendiri fondasi dunia motorsport di Spanyol. Sampai masa pensiunnya di akhir musim 1984, Nieto mengoleksi 13 gelar juara dunia. Meskipun tak satupun diraihnya di kelas tertinggi (500cc/MotoGP).
Sebelum dan di saat Nieto masih aktif, Italia begitu kuat di ajang grand prix dunia. Nama Giacomo Agostini menguasai hampir di semua kelas. Sampai saat ini rekor 15 gelar juara dunia belum ada yang bisa melewatinya. Bahkan diperkirakan tidak akan ada yang sanggup melampauinya.
BACA JUGA: Helm Terbaru Valentino Rossi Tampak Sederhana, Tapi..
Tampil impresifnya Andrea Dovizioso musim lalu seperti menghidupkan kembali daya tempur geng pembalap-pembalap Italia. Dovi adalah tangga menuju sebuah mimpi besar yang semua pembalap Italia ingin mewujudkannya. Menjadi juara dunia di atas motor Italia.
Sebuah ambisi besar yang tidak pernah lagi terwujud setelah era Agostini. Apalagi, hanya Ducati yang saat ini punya kapasitas menumbangkan dominasi raksasa-raksasa pabrikan Jepang.
Perang Italia kontra Spanyol di MotoGP tak selalu tentang saling serang di atas lintasan. Tapi juga pernah melebar sampai keluar. Itu terjadi pada 2015 lalu ketika konflik segitiga terjadi antara Rossi, Jorge Lorenzo, dan Marquez. Rossi menuduh Marquez membantu mantan rekan satu timnya di Yamaha, Lorenzo menjuarai MotoGP 2015.
Puncaknya, di GP Malaysia Rossi dan Marquez yang sedang terlibat perang dingin bersenggolan di Tikungan 14. Akibatnya kakak Alex Marquez tersebut terjatuh. Sebagai konsekuensi, Rossi dijatuhi hukuman start dari posisi buncit di seri terakhir GP Valencia. Akibatnya, peluang Rossi untuk bertarung berebut gelar juara dengan Lorenzo musnah.
Konflik kemudian melebar kemana-mana. Sampai “perang” antarpendukung Rossi dan Marquez sempat terjadi. Kedua kubu saling ancam untuk menyerang jika mereka bertandang ke balapan yang digelar di sirkuit Italia atau Spanyol.
Dorna, sebagai penyelenggara MotoGP, juga menjadi sasaran kritik karena dinilai terlalu membela pembalap-pembalap Spanyol. Dorna sendiri memang bermarkas di Spanyol. Buntut dari konflik tersebut akhirnya Dorna sampai harus mengubah aturan mengenai penalti kepada pembalap yang dianggap melanggar aturan dalam balapan. Sistem poin penalti dihapus.
Musim ini kekuatan Italia bertambah. Ada lima pembalap yang punya skill mumpuni. Salah satunya adalah Morbidelli yang tak lain adalah anak asuh Rossi di akademi balap VR46. Mereka, rider-rider Italia itu, sangat kompak di lintasan hingga nyaris mustahil penonton MotoGP akan melihat konflik seperti yang pernah terjadi antara Rossi dan Max Biaggi.
Konflik dan perseteruan di lintasan kemungkinan besar hanya akan terjadi antara pembalap Italia dan Spanyol. Rider Spanyol tetap menguasai grid MotoGP 2018. Dari 24 pembalap sembilan di antaranya berpaspor negeri matador. Mereka siap kembali menguasai gelar juara dunia bertarung dengan pembalap-pembalap Italia. Setelah musim lalu Marquez dikagetkan dengan performa Dovi, tahun ini diprediksi perlawanan bakal semakin sengit. Bahkan sejak seri-seri awal, seperti akhir pekan ini di Qatar.
''Tahun ini saya rasa kami berada pada situasi yang pas,'' ujar Dovizioso. ''Kami memiliki semuanya dari diriku sendiri dan dari motorku. Akan ada minimal 5-6 pembalap yangberpeluang berebut gelar juara dunia. Semuanya bisa terjadi,'' imbuh Dovi dilansir Supersport.
Dia menganggap Marquez masih menjadi rival terkuat, meski tahun ini peluang akan lebih terbuka. Marquez sendiri, begitu menginjakkan kaki di Qatar dan menghadapi media, langsung menyatakan kesiapannya mempertahankan gelar musim ini. ''Mustahil untuk menyebut siapa yang akan menang. Tapi saya percaya pada diri saya sendiri,'' katanya seperti dikutip dari Peninsula Qatar.
Rangkaian GP Qatar sudah dimulai tadi malam. Sesi latihan hari pertama sudah digelar. Ini kesempatan terakhir bagi tim dan pembalap untuk menemukan setingan terbaik motor sebelum sesi kualifikasi nanti malam dan balapan seri pertama besok. (cak)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Dovizioso Paling Hot di FP 1 MotoGP Qatar, Rossi Kedua
Redaktur & Reporter : Adek