jpnn.com, DEMAK - MPR RI menggelar pergelaran wayang kulit dengan dalang Ki Sigid Ariyanto dalam lakon Manunggaling Mustikaning Jagad" (Wahyu Pancasila) saat Sosialisasi Empat Pilar di depan kantor bupati Demak, Rabu (15/11) malam.
Pergelaran seni budaya wayang kulit ini dihadiri anggota MPR RI Bowo Sigit Pangarso dari Fraksi Golkar, Bupati Demak HM Natsir, Wakil Bupati Demak H Joko Sutanto, dan Kepala Bagian Pemberitaan, Hubungan Antar Lembaga dan Layanan Informasi Muhamad Jaya.
BACA JUGA: Zulkifli Hasan: MPR Bersama KPK Dukung Pemberantasan Korupsi
Bowo mengatakan, wayang kulit ini merupakan bagian dari sosialisasi Pancasila, UUD Negara RI 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan Bhinneka Tunggal Ika.
"Selain forum diskusi grup, MPR juga menggelar wayang kulit agar masyarakat tahu dan mengerti dalam mengamalkan Pancasila," kata Bowo.
BACA JUGA: Pangeran Gelar Adat Lubuklinggau Untuk Zulkifli Hasan
Bowo mengatakan, Pancasila dilahirkan melalui pidato Presiden pertama Indonesia Soekarno pada 1 Juni 1945.
Dalam pidato tersebut, Soekarno menyebut nilai-nilai Pancasila digali dari budaya Indonesia.
BACA JUGA: 2.000 Santri di Riau Ikuti Apel Kebangsaan Empat Pilar MPR
"MPR RI memilih Demak yang dikenal sebagai kota wali untuk tempat pagelaran. Kebetulan saya berasal dari Demak. Mudah-mudahan setiap tahunnya Demak akan menjadi tempat pagelaran wayang kulit," kata Bowo.
Dia menambahkan, tema Wahyu Pancasila atau Manunggaling Mustikaning Jagat ini merupakan bentuk pelestarian wayang kulit dari Demak yang diciptakan oleh Bapak Dalang, yakni Sunan Kalijaga.
Selama ini, Sunan Kalijaga dikenal pandai mendalang. Dulu, Sunan Kalijaga menetap di Kadilangu, Demak. Dia menggunakan wayang sebagai media dalam syiar Islam.
"Semoga menambah wawasan untuk mencintai Pancasila dan mempertahankan NKRI. Bangsa ini bisa jaya bila Pancasila diamalkan,” imbuh Bowo.
Sementara itu, Muhamad Jaya mengatakan, wayang kulit ini diselenggarakan oleh MPR sebagai bentuk kepedulian dan menjadi bagian dari Sosialisasi Empat Pilar yang mencerminkan kebersamaan, kekeluargaan, persatuan, dan gotong royong.
Menurut Jaya, selaras dengan sosialisasi empat pilar sebagai perekat bangsa, sosialisasi bisa terwujud dengan efektif.
Lakon yang ditampilkan tentang Pandhawa yang kehilangan pusaka Jamus Kalimasada sehingga mereka tidak mempunyai kekuatan karena ditinggal perisainya.
Akibatnya, Pandhawa Lima dan Raden Setyaki berusaha mengejar Prabu Karna untuk mengambil kembali pusaka tersebut.
Karena kesaktian Jamus Kalimasada, siapa pun yang terkena pusaka akan berubah wujudnya.
Alhasil, Setyaki berubah menjadi rantai. Nakula dan Sadewa berubah menjadi padi dan kapas.
Bima berubah menjadi pohon beringin. Puntadewa berubah menjadi bintang.
Atas petunjuk Semar, Arjuna sebagai banteng dan semar berubah menjadi burung garuda berusaha merebut kembali Jamuskalimasada dari Basukarna.
Akhirnya, atas kekuatan Garuda, Jamus berubah menjadi perisai dan Pandhawa menyatu dalam perisai.
Kembalinya Jamus Kalimasada dan Pandhawa membuat negara Amarta menjadi aman kembali.
Bupati Demak HM Natsir mengatakan, masyarakatnya bangga bisa menjadi tempat pagelaran wayang kulit. Ini sebagai wujud kecintaan pada bangsa dan negara.
"Mudah-mudahan pagelaran wayang kulit ini meningkatkan pengetahuan dan wawasan pada pengamalan empat pilar,” kata Natsir. (jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... HNW: Perlu Kebersamaan Sosialisasikan Empat Pilar MPR
Redaktur : Tim Redaksi