MPR RI Gelar Pentas Seni Budaya Sunda dan Kuliner Lokal di Kota Hujan

Senin, 06 Juli 2020 – 11:16 WIB
Neng Eem Marhamah Zulfa Hiz. Foto: Humas MPR RI

jpnn.com, BOGOR - MPR RI menyelenggarakan Pagelaran Seni Budaya Nasional di Aula Pusat Pengembangan Islam Bogor (PPIB) di Jalan Padjadjaran, Kota Bogor, Minggu (5/7) siang.

Acara ini sebagai salah satu metode Sosialisasi Empat Pilar MPR RI.

BACA JUGA: Syarief Hasan: MPR RI dan PBNU Satu Pandangan Untuk Hentikan Pembahasan RUU HIP

Dengan menerapkan protokol kesehatan yang cukup ketat, pagelaran ini diikuti warga masyarakat Kota Bogor yang jumlahnya dibatasi.

“Sayang, sekarang masih dalam suasana pandemi corona sehingga harus membatasi jumlah peserta. Namun, untuk mereka yang tidak hadir bisa mengikuti acara ini lewat siaran live streaming di YouTube dan media sosial lainnya,” ujar Kepala Biro Humas Setjen MPR RI Siti Fauziah, selaku penyelenggara kegiatan Sosialisasi Empat Pilar MPR ini.

BACA JUGA: Sosialisasi Empat Pilar MPR RI di Kalangan Pemulung, Bamsoet Salurkan Sembako dan Sepeda

MPR yang diberi amanat oleh Undang-Undang untuk menyelenggarakan Sosialisasi Empat Pilar MPR, menurut Siti Fauziah, memang punya komitmen untuk terus mengangkat dan ikut melestarikan seni budaya daerah yang ada di Indonesia ini.

“Tekad itu ditunjukkan oleh MPR dengan memasukkan pagelaran seni budaya sebagai salah satu metode Sosialisasi Empat Pilar,” ungkap Bu Titi, sapaan akrab Siti Fauziah.

BACA JUGA: Neng Eem: Tragedi Rohingya Bukan Konflik Agama

Nah, untuk penyelenggaraan Pagelaran Seni Budaya di Kota Hujan Bogor ini, MPR bekerja sama dengan Komunitas Iket Tatar Pakuan (Kitapak), sebuah komunitas seni Sunda yang hidup dan berkembang di Kota Bogor.

Kesenian yang ditampikan adalah Karinding dan Celempung merupakan jenis kesenian Sunda, yang oleh Siti Fauziah dikatakan, kalau tak boleh dikatakan hampir punah, paling tidak sudah jarang diperlihatkan atau diperdengarkan.

“Alhamdulillah atas inisiasi anggota MPR RI Neng Eem Marhamah Zulfa Hiz, kesenian Sunda ini bisa ditampilkan di Kota Bogor ini. Neng Eem memang sangat konsen terhadap pelestarian seni budaya daerah,” puji Siti Fauziah.

Bahkan, bukan hanya seni budaya, dalam kesempatan ini, Neng Eem juga memperkenalkan kuliner lokal Kota Bogor yang punya historis, antara lain: laksa, toge goreng, tutut tumis (keong sawah), talas kukus, es bir kotjok, dan es pala.

Acara yang didahului pembacaan ayat-ayat suci alquran ini dibuka secara resmi oleh Sekretaris Fraksi PKB MPR RI, Neng Eem Marhamah Zulfa Hiz.

Pembukaan ini ditandai dengan membunyikan alat-alat musik oleh Neng Eeem, Siti Fauziah, Budi Muliawan (Kepala Bagian Pemberitaan, Hubungan Antar Lembaga dan Layanan Informasi Biro Humas MPR), Lusiana (anggota DPRD Kota Bogor), Abah Ukar Sukandi (Ketua Kitapak) dan tamu udangan lainnya.

Selaku narasumber materi Empat Pilar MPR, Neng Eem menguraikan pentingnya seni budaya daerah dan kuliner lokal dalam memperkuat identitas bangsa.

Sebagai salah satu kota penyangga ibu kota Jakarta yang dikenal sebagai kota metropolitan maka secara otomatis kota-kota pengangga juga ikut menjadi metropolis, dan akibatnya budaya pun semakin heterogen.

Oleh karena itu, lanjut Neng Eem, kalau budaya lokal dan makanan lokal tidak dirawat maka akan punah.

“Untuk merawat dan menjaga agar budaya dan kuliner lokal ini tidak punah adalah menjadi tugas semua, termasuk saya sebagai anggota MPR,” ujarnya.

Salah bentuk kegiatan untuk merawat budaya dan makanan lokal adalah melalui kegiatan pagelaran seni budaya dan kuliner lokal Kota Bogor ini.

Tujuan kegiatan ini, jelas Neng Eem, agar tetap mencintai seni budaya lokal dan kuliner lokal, khusus untuk Kota Bogor adalah seni budaya Sunda dan kuliner lokal Kota Bogor.

Lebih lanjut Neng Eem menyatakan, mencintai budaya Sunda, mencintai makanan Sunda, merupakan bentuk upaya mempertahankan identitas sebagai warga negara Indonesia.

Sebagai bangsa Indonesia yang memiliki banyak sekali budaya bangsa, tentu saja budaya Sunda yang ada di Kota Bogor ini menunjukkan bagian dari kebhinnekaan itu sendiri.

“Jadi, kalau mencintai budaya lokal dan mencintai makanan lokal maka tak akan tercerabut dari akar budaya kita, dari identitas kita, dan tentu akan memperkuat identitas bangsa kita, Negara Kesatuan Republik Indonesia,” ucap Neng Eem. (*/jpnn)

Jangan Lewatkan Video Terbaru:


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler