jpnn.com, JAKARTA - Kedermawanan dan solidaritas pada orang lain mampu menjadi modal sosial bagi bangsa Indonesia untuk mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat.
"Solidaritas dan kedermawanan itu merupakan hasil dari pengamalan nilai-nilai keagamaan yang dipadu dengan tatanan berbangsa dan bernegara yang diamanatkan sila ketiga dan keempat dari Pancasila, demi terwujudnya sila kelima,” ungkap Wakil Ketua MPR RI Lestari Moerdijat saat menjadi narasumber dalam Sarasehan Kebangsaan bertema Amplifikasi nilai-nilai Pancasila sebagai tameng bangsa menghadapi tantangan dan dampak Covid-19 yang digelar United in Diversity (UID) bersama Lemhannas, Selasa (2/5).
BACA JUGA: Lestari MPR: Jadikan Harkitnas Momentum Membangkitkan Kesadaran Bersama Melawan Covid-19
Dalam sarasehan online yang diikuti 400 peserta dari berbagai latar belakang organisasi itu selain Lestari, juga menghadirkan Gubernur Lemhannas RI, Letjen TNI Agus Widjojo sebagai narasumber.
Mengutip survey Charities Aid Foundation, Rerie sapaan akrab Lestari mengungkapkan, Indonesia merupakan satu-satunya negara yang giving indeks-nya terus bertumbuh dalam 10 tahun terakhir. "Dan solidaritas sudah menjadi jati diri bangsa Indonesia," ujarnya.
BACA JUGA: Komentar Lestari MPR Terkait Pelonggaran Kegiatan Sektor Ekonomi di Masa Pandemi Covid-19
Lebih dari itu, jelas Rerie, konsensus Kebangsaan (Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika) juga menjadi perekat bangsa dan telah teruji dalam menghadapi berbagai krisis sejak NKRI berdiri tahun 1945.
Wabah Covid-19 di Tanah Air, jelasnya, menghantam sisi keadilan sosial kita, dimana kemiskinan dan kesenjangan sosial berpotensi bertambah.
BACA JUGA: Bamsoet: Taat Pembatasan Sosial, Modal Awal Pemulihan Ekonomi
"Di masa pandemi ini, seyogyanya menjadi momentum kembali memperkuat nilai-nilai kebangsaan karena dengan bersatu, kita bisa menghadapi tantangan ini," ujar Legislator Partai NasDem itu.
Bagaimana kita membangun transformasi nilai-nilai Pancasila di masa pandemi Covid-19, menurut Rerie, metode manajemen perubahan karya Otto Scharmer yang dikenal Teori U bisa menjelaskan tahapannya. "Proses inti dalam teori U adalah observe, retreat-reflect and act."
Oleh karena itu, jelas Rerie, langkah pertama penerapan nilai-nilai Pancasila adalah lewat pengoptimalan ruang mendengarkan setiap persepsi dalam perumusan kebijakan.
Mengamati dinamika sosial dampak dari tantangan, membentuk pola pikir positif untuk membangun kesadaran sosial.
"Perwujudan kebijakan pun bersumber dari hasil musyawarah, sehingga pembentukan sistem atau model aksi bisa diimplementasikan," ujarnya.
Di akhir pemaparannya, Rerie mengajak agar pemerintah menjalin kolaborasi yang baik dengan masyarakat dalam penanggulangan pandemi Covid-19 di tanah air.
"Kita tak hanya berhadapan dengan wabah, tetapi juga ujian terhadap kemanusiaan. Kita bisa memilih, memberi yang terbaik bagi generasi berikut atau mengulang siklus kelalaian yang sama. Keputusan kini tentukan masa depan. Biarkan mereka mengingat, kita pernah dan telah bekerja keras melawan pandemi," pungkasnya.
Sementara itu, Rosihan Arsyad, anggota Board Of Trustee United in Diversity berpendapat, setiap zaman memiliki tantangannya masing-masing dan dia percaya Pancasila memiliki semua jawaban atas tantangan itu.
"Tetapi semua itu tergantung manusia yang melaksanakannya. Perubahan di dunia berawal dari perubahan perilaku manusianya," ujar Rosihan sambil mengingatkan perlunya menanamkan pola sikap berdasarkan ideologi bangsa bagi generasi penerus untuk mempertahankan pelaksanaan nilai-nilai Pancasila.
Gubernur Lemhannas Agus Widjojo mengingatkan saat ini banyak ideologi-ideologi dari luar yang ditawarkan di tengah informasi dunia yang semakin terbuka.
“Penguatan nilai-nilai Pancasila sebagai ideologi negara harus terus dilakukan."(jpnn)
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi