Muak dengan Penanganan Corona, Warga Israel Satroni Rumah Netanyahu

Minggu, 09 Agustus 2020 – 15:31 WIB
Ribuan warga Israel berdemonstrasi di Yerusalem, Sabtu (1/8/2020), menuntut Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mundur atas kasus korupsi dan lambatnya penangangan COVID-19. Foto: ANTARA FOTO/REUTERS/Ronen Zvulun/pras

jpnn.com, YERUSALEM - Ribuan warga Israel berunjuk rasa di luar kediaman Perdana Menteri Benjamin Netanyahu di Yerusalem, Sabtu (8/8). Mereka menuntut politikus senior itu mundur dari jabatannya lantaran telah melakukan korupsi dan tidak becus menangani krisis virus corona.

"Waktumu habis", demikian bunyi kalimat di spanduk yang dipasang di sebuah gedung dekat lokasi protes. Para demonstran mengibarkan bendera Israel dan meminta Netanyahu untuk mengundurkan diri.

BACA JUGA: Demi Libas Iran, Netanyahu Tambah Anggaran Militer Israel

Gerakan protes telah meningkat dalam beberapa pekan terakhir. Para kritikus menilai kinerja Netanyahu terganggu oleh kasus korupsi yang menjeratnya.

Netanyahu, yang dilantik untuk masa jabatan kelima pada Mei, menuduh para pengunjuk rasa menginjak-injak demokrasi dan media Israel mendorong perselisihan.

BACA JUGA: Benjamin Netanyahu Makin Dibenci Rakyat Israel, Ini Penyebanya

Partai Likud pimpinan Netanyahu menyebut protes itu sebagai kerusuhan sayap kiri. Partai berhaluan kanan itu juga menuduh Channel 12, saluran televisi populer Israel, melakukan segala cara untuk mendorong terjadinya aksi tersebut.

"Netanyahu berjuang untuk mengembalikan ekonomi Israel ke kondisi normal. Ia juga berusaha untuk mentransfer dana dan hibah kepada warga Israel," kata Likud dalam pernyataan yang diunggah ke halaman Twitter Netanyahu.

BACA JUGA: Netanyahu: Israel Siap Berunding dengan Palestina

Protes telah meluas di luar kediaman resmi Netanyahu di Yerusalem. Banyak warga Israel berkumpul di jembatan dan persimpangan jalan raya di seluruh negeri.

Di jalan raya yang sibuk di utara pusat niaga Israel di Tel Aviv, para demonstran mengibarkan bendera hitam dan meneriakkan slogan-slogan sementara mereka yang berada di mobil membunyikan klakson mereka.

Seorang pengunjuk rasa, Yael, mengatakan dia telah kehilangan pekerjaannya di sebuah restoran Tel Aviv.

Dia menyebut pemerintah telat dalam menyalurkan bantuan. "Anda akan berpikir bahwa krisis sekali seumur hidup seperti ini akan mendorong Netanyahu untuk bertindak, dan ternyata tidak. Cukup sudah," katanya. Ia menolak menyebutkan nama belakangnya.

Israel pada Mei mencabut sebagian aturan karantina wilayah, yang telah meratakan kurva infeksi. Tetapi, lonjakan kedua kasus COVID-19 dan pembatasan berikutnya telah membuat peringkat persetujuan Netanyahu anjlok hingga di bawah 30 persen.

Banyak pembatasan telah dicabut untuk menghidupkan kembali aktivitas bisnis, tetapi pengangguran berada pada angka 21,5 persen dan ekonomi diperkirakan akan menyusut enam persen pada 2020. (ant/dil/jpnn)


Redaktur & Reporter : Adil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler