jpnn.com - Setelah dua tahun menahan diri tidak tidak mudik, tahun ini para pemudik menggelombang menciptakan kemacetan yang bisa disebut sebagai horor.
Terjebak kamacetan dan tidak bisa bergerak sama sekali sampai hampir semalam suntuk menjadi bagian tidak terpisahkan dari mudik tahun ini.
BACA JUGA: Buat Warga Tangerang yang Sedang Mudik, Ada Kabar Baik soal Penundaan Masuk Sekolah
Antrean yang mengular puluhan kilometer di pintu tol dan pintu pelabuhan menjadi pemandangan yang mencengangkan.
Tahun ini diperkirakan tidak kurang dari 45 juta orang melakukan perjalanan mudik meninggalkan kota-kota besar menuju daerah masing-masing.
BACA JUGA: Komentar Senator Bustami Perihal Pelaksanaan Mudik dan Arus Balik, Simak
Fenomena ini hanya terjadi di Indonesia.
Tidak ada satu pun negara di dunia yang punya tradisi mudik masal dan masif seperti di Indonedia.
BACA JUGA: H+5 Lebaran 2022, Sebegini Jumlah Penumpang Mudik yang PELNI Angkut
Media-media asing menyebut fenomena mudik sebagai migrasi manusia terbesar di dunia.
Amerika punya tradisi Thanksgiving Day yang diperingati setiap Kamis terakhir bulan November.
Jutaan orang pulang kampung ke daerahnya masing-masing untuk berkumpul dengan keluarga dan menyantap masakan ayam kalkun yang khas.
Kepadatan terjadi di jalan-jalan utama menuju luar kota dan antrean panjang terjadi di pintu keluar jalan tol.
Mudik ala Amerika tidak banyak beda dengan mudik ala Indonesia.
Setelah setahun penuh bergelut dengan kehidupan kota yang keras dan kompetitif ada kerinduan untuk kembali ke kampung halaman.
Ada kerinduan untuk merasakan saat-saat ketika semua terasa tenang dan tenteram.
Ada kerinduan untuk merasakan kembali saat-saat berkumpul dan bercengkerama dengan keluarga.
Ada kerinduan untuk bertemu kembali dengan orang tua dan merasakan makanan khas masakan ibu kita.
Kerinduan akan suasana kampung halaman ini mengalahkan semua jerih payah yang harus dihadapi selama di perjalanan.
Pemerintah sudah mengimbau agar pemudik tidak memakai kendaraan roda dua untuk perjalanan jauh.
Akan tetapi, jutaan orang mengendarai sepeda motor menempuh ratusan kilometer untuk mencapai kampung halaman.
Kerinduan akan kampung halaman mengalahkan semua bayangan horor yang mungkin terjadi.
Pemerintah mengimbau pemudik a melakukan perjalanan awal supaya tidak terjadi kemacetan.
Pemudik juga diimbau untuk balik lebih awal untuk menghindari penumpukan dan pemadatan arus balik.
Akan tetapi, imbauan itu tidak mempan. Procrastination, menunggu sampai detik terakhir, memberi keasyikan dan tantangan tersendiri.
Ada tantangan yang membuat adrenalin meningkat ketika harus berdesak-desakan dan berhimpitan di jalanan.
Ada adrenalin yang menantang ketika harus menunggu berjam-jam tanpa bergeming ketika arus benar-benar macet.
Bentang jalan raya nasional tidak mampu lagi menampung gairah pemudik dengan segala macam moda transpoprtasi yang dipakai.
Jalan tol yang seharusnya bebas hambatan menjadi jalan untuk menguji kesabaran karena macet.
Jalan tol yang biasanya satu arah harus rela dibagi menjadi dua arah.
Jalan tol yang setiap hari bebas dilalui kendaraan harus dibagi untuk kendaraan dengan nomor ganjil dan genap.
Berbagai rekayasa pengaturan jalan raya dilakukan, tetapi tetap tidak bisa menyelesaikan persoalan.
Kemacetan tetap mengular di mana-mana.
Traffic management tercanggih di dunia pun tidak akan bisa menyelesaikan persoalan macet selama mudik.
Sebagai negara berkembang Indonesia terbiasa mengandalkan produk teknologi canggih dari negara-negara maju untuk menyelesaikan berbagai persoalan di dalam negeri.
Akan tetapi, produk teknologi tercanggih dari dunia mana pun tidak akan mampu menolong problem kemacetan lalulintas saat mudik, karena di seluruh dunia tidak ada negara yang punya problem macet mudik seperti Indonesia.
Teknologi traffic management tercanggih di dunia tidak akan bisa menyelesaikan masalah macet mudik di Indonesia.
Mudik dan macet menjadi bagian yang tidak terpisahkan.
Mudik tidak asyik tanpa macet.
Karena itu, sejak awal harus disiapkan mental supaya bisa menikmati kemacetan sebagai bagian dari kebahagiaan saat mudik.
Dengan sikap sumeleh dan menerima keadaan, emosi akan bisa ditekan dan kemacetan akan bisa dinikmati sebagai bagian dari ritual mudik.
Akan tetapi, tentu tidak semua orang bisa menerima kenyataan itu.
Beberapa insiden terjadi di tengah kemacetan.
Seorang lelaki tidak sabar karena ada pengaturan arus yang memaksanya harus berputar arah.
Laki-laki pengendara mobil mewah itu meletup emosinya dan memaki-maki petugas polisi yang sudah berhari-hari berkeringat mengatur lalu lintas.
Laki-laki dalam Alphard itu tertangkap kamera ketika sedang marah dan memaki-maki.
Seorang netizen merekam kemarahannya dan mengunggahnya di media sosial lalu menjadi viral.
Laki-laki dalam Alphard itu malu sendiri dan akhirnya meminta maaf.
Di sebuah pintu tol di Jawa Barat, ribuan orang terkunci tidak bisa bergerak hampir semalaman.
Ibu-ibu gelisah, bapak-bapak meradang, dan bayi-bayi menangis.
Arus ke arah Jakarta ditutup sementara karena tingginya jumlah kendaraan.
Pada sisi jalan yang lain arus menuju Bandung dibuka dan berjalan lancar.
Beberapa orang yang marah mulai keluar dari kendaraan.
Ratusan orang memprotes polisi yang kemudian memilih menghindar karena melihat emosi massa yang mulai meluap.
Ratusan massa marah karena melihat ketidakadilan karena jalur lain dibiarkan terbuka.
Akhirnya, ratusan orang melakukan ‘’street justice’’ dengan menutup jalur lain.
Dua jalur itu pun sama-sama macet dan atrean pun mengular dalam waktu singkat.
Setelah petugas datang dan negosiasi dilakukan akhirnya jalur bisa kembali dibuka.
Para pemudik yang marah menyadari bahwa dengan menuruti emosi tidak mungkin persoalan kemacetan bisa diselesaikan.
Moda transportasi umum sudah dipersiapkan dengan saksama.
Akan tetapi, tidak semua pemudik memilih moda transportasi umum.
PT KAI yang mengelola kereta api nasional sudah bersiap sejak awal untuk mengantisipasi membludaknya penumpang.
Sejak sepuluh tahun terakhir setelah Ignatius Jonan melakukan revolusi pengelolaan kereta api Indonesia, moda transportasi kereta besi itu menjadi alternatif yang menyenangkan.
Jonan menjadi direktur utama PT KAI pada 2009 dan memulai revolusi fisik dan mental secara keseluruhan.
Pembenahan total dia lakukan untuk memperbaiki manajemen dan fasilitas jalur dan stasiun.
Tangan dingin Jonan berhasil menyulap kereta api dari angkutan yang dianggap kampungan menjadi angkutan elite yang bergengsi.
Iwan Fals harus menciptakan versi baru lagu ‘’Kereta Api Tiba Pukul Berapa’’, atau setidaknya merevisi liriknya.
Di salah satu baitnya Iwan bernyanyi ‘’Sampai stasiun kereta pukul setengah dua, duduk aku menunggu tanya loket dan penjaga, kereta tiba pukul berapa, biasanya kereta terlambat dua jam sudah biasa..’’
Tidak ada lagi kereta terlambat dua jam. Seperti syair lagu itu, terlambat dua jam adalah cerita lama.
Akan tetapi, sekarang kereta terlambat adalah cerita lama yang tidak pernah lagi terjadi.
Jadwal kereta tertata dengan rapi.
Stasiun bersih sampai ke toilet-toiletnya.
Tidak ada calo di stasiun yang biasanya bikin calon penumpang ketakutan.
Salah satu seni lama menumpang kereta api adalah berseliwerannya para pedagang asongan memasuki kereta di setiap stasiun pemberhentian.
Memang ada keasyikan bisa membeli aneka macam makanan dan minuman.
Akan tetapi, risikonya penumpang menjadi tidak nyaman dan tidak aman.
Kehilangan barang bawaan menjadi persoalan yang terus-menerus muncul.
Sekarang tidak ada lagi pengasong yang berseliweran.
Kereta api dulu identik dengan pencopet yang beroperasi di sepanjang perjalanan, mencuri dompet sampai tas bawaan penumpang.
Sekarang tidak ada lagi. Polisi keamanan di dalam kereta bersiap sedia selama perjalanan.
Kereta api menjadi moda transportasi yang paling setia dan tidak pernah ingkar janji selama mudik.
Memang akhirnya tiket habis ketika arus mudik dan arus balik mencapai puncak.
Kalau jadwal mudik dan balik diatur dengan tertib dan pemesanan tiket dilakukan sejak awal, moda transportasi kereta api menjadi pilihan yang menyenangkan.
Angkutan udara tentu menjadi pilihan yang lebih praktis dan cepat meskipun biaya lebih tinggi.
Akan tetapi, di tengah arus penumpang yang sangat tinggi beberapa maskapai kedodoran dalam melayani penumpang.
Jadwal yang padat dan demand yang tinggi membuat banyak penumpang yang kecewa.
Jadwal diubah dan diundur beberapa jam.
Ada juga maskapai yang menerapkan manajemen ala angkot, mengubah rute direct menjadi rute transit tanpa memberi tahu penumpang terlebih dahulu.
Akibatnya keributan terjadi di atas pesawat antara penumpang dan kru.
Itulah cerita mudik yang hanya ada di Indonesia.
Tidak ada cerita seheboh itu di mana pun di seluruh dunia.
Mudik adalah fenomena khas Indonesia.
Kemacetan parah akan tetap terjadi sampai kapan pun setiap kali terjadi ritual mudik.
Horor karena kemacetan harus diterima sebagai bagian tak terpisahkan dari ritual tahunan mudik. (*)
Jangan Sampai Ketinggalan Video Pilihan Redaksi ini:
Redaktur : M. Kusdharmadi
Reporter : Cak Abror