Muhaimin: PKB Terdepan Membela Kepentingan Nahdliyin

Kamis, 21 Juli 2016 – 19:15 WIB
Ketua Umum (Ketum) Dewan Pengurus Pusat (DPP) PKB, H Abdul Muhaimin Iskandar. FOTO: DOK.JPNN.com

jpnn.com - JAKARTA - Momentum hari lahir (harlah) Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) ke-18 pada 23 Juli 2016, digunakan Ketua Umum (Ketum) Dewan Pengurus Pusat (DPP) PKB, H Abdul Muhaimin Iskandar untuk menegaskan kembali komitmen PKB dalam membela rakyat. PKB berada di garda terdepan membela kepentingan kaum nahdliyin dan kaum mustad'afin.

"Spirit kehadiran PKB dalam sistem politik Indonesia adalah membela rakyat. Itu menjadi alasan bagi kader PKB yang duduk di lembaga eksekutif, legislatif maupun yudikatif untuk terus membela kepentingan rakyat," katanya di Jakarta, Rabu (21/7/2016).

BACA JUGA: Simak Nih, Terobosan Menteri Marwan untuk Desa Adat

Cak Imin -sapaan H Abdul Muhaimin Iskandar - mengajak seluruh kader dan simpatisan PKB untuk kembali menyatukan tekad guna menjadikan partai ini lebih mengakar di bumi dan menjulang di angkasa.

Salah satu caranya, kata Cak Imin, adalah selalu berupaya berada di barisan terdepan membela kepentingan rakyat.

BACA JUGA: Ibas: Efisiensi Pemilu Jangan Mengorbankan Kedaulatan Rakyat

"Tidak boleh ada ataupun terdengar kabar, kader PKB mundur saat membela kepentingan rakyat. Kader PKB harus selalu berada di depan, tidak boleh mundur selangkah pun untuk membela kepentingan rakyat," katanya.

Cak Imin mencontohkan, saat ini F-PKB DPR RI tengah memperjuangkan lahirnya Undang-undang (UU) Pendidikan Madrasah dan Pondok Pesantren yang selama ratusan tahun belum pernah mendapat perhatian berarti dari pemerintah.

BACA JUGA: Dede Yusuf Anggap Tulis Nama Obat di Resep Tendensius

"PKB mendorong kehadiran negara dalam pendidikan madrasah dan pondok pesanteren. Sebab, 94 persen pendidikan madrasah dikelola oleh masyarakat. Itu artinya upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan negara masih diambil-alih oleh masyarakat," katanya.

Faktanya, ujar Cak Imin, kondisi madrasah dan pondok pesanteren di Indonesia kian memperihatinkan. Kondisinya tidak hidup, tapi tidak juga mati.

"Pokoknya memprihatinkan, wajib hukumnya negara hadir di sana. Negara tidak bisa lagi berharap banyak pada masyarakat untuk turut mencerdaskan masyarakat, karena itu menjadi tanggung jawab pemerintah. Dengan begitu kaum nahdliyin bisa maju," katanya.(fri/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... IDAI Siap Kembalikan Kepercayaan Masyarakat terhadap Dokter


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler