Muhammadiyah tak Akan Ikut Sidang Isbat

Rabu, 27 Juni 2012 – 20:09 WIB

JAKARTA--Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Din Syamsuddin menyatakan, organisasi yang dipimpinnya tidak akan mengikuti sidang isbat untuk penentuan awal Ramadhan 1433 Hijriah. Menurutnya, sidang isbat tidak memberikan solusi terbaik pada perbedaan penanggalan yang terjadi selama ini.  Dikatakan, sejak tahun lalu Muhammadiyah telah memutuskan untuk tidak mengikuti sidang tersebut.

"Sidang isbat itu pada pikiran  Muhammadiyah tidak perlu karena itu hanya pikiran subyektif pemerintah dan biasanya tidak ada musyawarah, tidak ada diskusi, dan pemerintah cenderung tidak mengayomi seluruh umat. Seharusnya pemerintah mengayomi seluruh umat yang berbeda pendapat," kata Din di Gedung Mahkamah Konstitusi (MK), Jakarta, Rabu (27/6).

Oleh karena itu, kata Din, pihaknya telah memutuskan awal Ramadhan 1433 Hijriah akan jatuh pada 20 Juli 2012 nanti. Sementara itu, awal shalat tarawih jelang puasa akan jatuh pada 19 Juli 2012.

"Muhammadiyah tidak bisa menetapkan kapan satu Ramadhan, kapan satu Syawal, bahkan untuk 100 tahun yang akan datang karena ilmu untuk menentukan itu, ilmu falakh, astronomi itu ilmu exact. Al Quran menyuruh kita untuk pandai berhitung. Oleh karena itu, kita sudah memutuskan, Insya Allah 20 Juli nanti puasanya,"  jelas Din.

Sebelumnya, keputusan tersebut telah diungkapkan oleh salah satu anggota Muhammadiyah Abd. Fattah Wibisono. Ia menyatakan maklumat tentang penetapan 1 Ramadhan dikeluarkan pada penutupan Tanwir Muhammadiyah di Bandung. Maklumat ini sudah disebar ke seluruh daerah.

Dalam maklumat tersebut dinyatakan jika 1 Ramadhan 1433 H/2012 M jatuh pada 20 Juli. Artinya pada 19 Juli warga Muhammadiyah sudah mulai shalat tarawih. Sementara itu untuk penetapan 1 Syawal, PP Muhammdiyah akan mengeluarkan maklumat lagi.

Keputusan Muhammadiyah yang memulai 1 Ramadhan pada 20 Juli berpotensi menimbulkan perbedaan dengan ketetapan pemerintah dan NU. Pemerintah menggunakan ketentuan awal bulan posisi hilal harus lebih dari 2 derajat. Padahal pada 19 Juli posisi hilal belum diatas 2 derajat, maka jumlah hari pada bulan Syakban digenapkan menjadi 30 hari.

Dengan penggenapan ini, maka kemungkinan besar pemerintah menetapkan 1 Ramadhan 1433 H/2012 M jatuh pada 21 Juli. Sementara salah tarawih dimulai pada 20 Juli.
 
Terkait perbedaan ini, Fattah mengatakan tidak boleh dipaksakan. Penetapan ini, kata dia, sudah sesuai dengan syariah. Dia mengatakan, Nabi Muhammad sudah bisa menetapkan awal Ramadhan ketika ada salah satu pemantau hilal yang mau disumpah sudah melihat hilal. (Flo/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Anas Bantah Perintah Mulyono


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler