Muktamar ke-34 NU, Bang Uchok Usulkan Cara Ini Demi Cegah PBNU Terbelah Tiga

Kamis, 23 Desember 2021 – 09:17 WIB
Uchok Sky Khadaffi. Foto: dok jpnn

jpnn.com, JAKARTA - Potensi kemenangan Gus Yahya alias Yahya Staquf untuk merebut ketua Umum PBNU di muktamar NU Lampung sangat besar sekali.

Salah satu faktor kemenangan Gus Yahya adalah dukungan wakil ketua DPR, Muhaimin Iskandar atau cak Imin kepada Gus Yahya.

BACA JUGA: Kiai Maman Siap Memenuhi Tantangan Jokowi di Muktamar NU

“Jika dalam pemilihan ketua umum PBNU, metode pemilihan dengan cara menggiring suara cabang-cabang NU ke arah aklamasi atau voting, satu suara satu cabang, tetap saja yang akan menang adalah Gus Yahya,” kata Pengamat Politik Anggaran Uchok Sky Khadafi, Kamis (23/12).

Namun demikian, menurut Bang Uchok, andai Gus Yahya menang sebagai ketua umum PBNU, maka tidak akan diterima atau ditolak oleh kubu Kiai Said Aqil Siradj.

BACA JUGA: Jokowi Berikan Barang Ini Kepada Warga Usai Membuka Muktamar ke-34 NU

“Mungkin saja dengan alasan adanya kecurangan dalam pemilihan dan adanya intervensi pemerintah melalui Kementerian Agama kepada cabang-cabang NU agar tidak memilih kembali KH Said Aqil Siradj sebagai ketua umum PBNU,” ujar Bang Uchok.

Dengan adanya penolakan terhadap Gus Yahya sebagai Ketua umum PBNU oleh kubu KH Said Aqil Siradj, kata dia, maka muktamar NU akan melahirkan dua atau tiga PBNU.

BACA JUGA: Peringati Hari Ibu, Komandan Kodiklat TNI AL Laksdya TNI Nurhidayat Lakukan Ini, Keren

“PBNU pertama versi Gus Yahya. PBNU kedua, versi kubu KH Said Aqil Siradj, dan PBNU ketiga, versi Indonesia Timur,” ujar Uchok.

Menurut Uchok, untuk menghindari PBNU terbelah menjadi tiga (pascamuktamar NU Lampung), maka persoalan pemilihan ketua Umum jangan diserahkan kepada PCNU dan PWNU secara langsung atau voting.

“Lebih baik dan lebih maslahat memilih metode pemilihan dengan cara AHWA atau PCNU dan PWNU memilih para kiai sepuh untuk menjadi anggota ahlul halli wal aqdi (AHWA),” ujar Uchok.

Dia mengatakan para kiai sepuh inilah yang akan memilih ketua umum PBNU. Hal ini bisa menghindari politik uang, pengaruh politisi busuk, dan mengindari PBNU terbelah berkeping-keping menjadi tiga PBNU.

Kemudian, yang harus ingat, kata Uchok, komposisi anggota AHWA tidak boleh memasukkan Kiai Ma'ruf Amin sebagai apapun dalam AHWA. Kalau Kiai Ma'ruf Amin ikut sebagai AHWA, ini sama saja, pemerintah ikut campur dalam urusan internal NU.

Terakhir, kata Uchok, para kiai sepuh akan rapat dan milih ketua umum PBNU dengan kriteria calon sebagai berikut: Pertama, tokoh nasional. Kedua, punya jaringan luas baik secara nasional dan internasional. Ketiga, dihormati dan disegani oleh para kiai dan tokoh-tokoh NU.

“Bila mengacu kepada kriteria AHWA seperti di atas, maka tokoh yang sedang muncul saat ini, salah satunya adalah kiai As'ad Said Ali,” ujar Uchok.

Menurut Uchok, kemunculan kiai As'ad Said Ali bisa menyatukan kembali NU, yang saat ini berpotensi terjadi perpecahan.

“Bukan perpecahaan karena perbedaan wacana, tetapi perpecahaan konflik fisik yang sangat membahayakan pemerintahan Jokowi,” ujar Uchok.(fri/jpnn)

Jangan Lewatkan Video Terbaru:


Redaktur & Reporter : Friederich

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler