Mulai 2020, Ada Tim Khusus Awasi Dokter di Setiap RS

Minggu, 22 Desember 2019 – 17:16 WIB
Dokter. Ilustrasi: The Telegraph

jpnn.com, JAKARTA - Mulai tahun 2020 para dokter di Indonesia akan diawasi oleh tim khusus yang ada pada setiap rumah sakit.

Ketua Komite Pengendalian Resistensi Antimikroba (KPRA) dr Hari Paraton mengatakan, tim khusus itu untuk mencegah dokter melakukan kekeliruan dalam memberikan antibiotik.

BACA JUGA: Fahri Mendoakan Adian Napitupulu, Fadjroel Menyuruh Dokter Terawan

"Tahun depan mudah-mudahan bisa diterapkan karena pedomannya sudah disusun, beberapa rumah sakit sudah menjadi pilot project dan sedang berjalan," kata Hari Paraton di Jakarta, Kamis (19/12).

Hari mengatakan para dokter di Indonesia harus terus diberikan pembekalan karena masih banyak kurang tepat dalam memberikan antibiotik kepada pasien. "Jadi 80 persen itu harus dibetulin, bukan salah," katanya.

BACA JUGA: Detik-detik Adian Napitupulu Kolaps, Ditolong Penumpang Berprofesi Dokter

Kesalahan dalam pemberian antibiotik ini juga disebabkan ketidaktahuan para dokter. Tetapi faktor yang terbesar adalah tidak adanya sarana dianogstik laboratorium atau layanan mikrobiologi.

"Jadi misalnya kita infeksi paru-paru penyebabnya banyak, bisa bakteri A, B, atau C. Tiap bakteri punya antibiotik tersendiri pula," katanya.

BACA JUGA: Bupati Minta Putra Papua Tamatan Luar Negeri tak Ikut Tes CPNS

Namun, praktik yang sering terjadi selama ini yaitu para tenaga medis banyak salah atau keliru dalam memberikan antibiotik. Dengan kata lain tidak sesuai dengan bakteri yang ada dalam tubuh pasien sehingga resisten terhadap antibiotik.

Melihat kondisi tersebut, KPRA memiliki sejumlah rekomendasi di antaranya perlu meningkatkan pemahaman dan pengetahuan melalui penyuluhan ke masyarakat maupun dokter melalui penyuluhan.

Selanjutnya tahapan surveilans dengan tujuan agar masyarakat mengetahui statusnya. Jika sudah mengetahui bakteri mana yang tinggi maka tenaga medis bisa lebih spesifik mengatasinya.

Hal lain pencegahan infeksi melalui vaksin maupun cuci tangan. Kemudian penggunaan antibiotik yang lebih dimonitor menggunakan pedoman penatagunaan antibiotik. "Jadi ke depan dokter tidak boleh salah lagi lah," tegasnya.

Selain itu, menurut Hari ke depan para dokter juga perlu dibekali oleh masing-masing organisasi profesi untuk mendapatkan pengetahuan lebih terkait pemberian antibiotik.

“Hal penting pula termasuk pengajaran mata kuliah ilmu kedokteran di universitas,” kata Ketua Komite Pengendalian Resistensi Antimikroba dr Hari Paraton. (antara/jpnn)


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler