jpnn.com, JAKARTA - Koalisi pendukung pasangan capres – cawapres Prabowo Subianto - Sandiaga Uno diketahui tetap menerima Partai Demokrat dalam koalisi.
Padahal, sebelumnya Wakil Sekjen Partai Demokrat Andi Arief menciutkan dugaan mahar masing-masing Rp 500 miliar ke PAN dan PKS di balik langkah Prabowo menggandeng Sandi sebagai cawapres.
BACA JUGA: Pilpres 2019: Tiga Keuntungan Gerindra dari Sandiaga
Menurut pengamat politik Ujang Komarudin, wajar jika masyarakat bertanya-tanya. Namun, secara pribadi Ujang menilai, sikap itu tidak terlalu aneh. Karena dalam politik nyaris tak ada yang tak mungkin.
Alasan lain, kemungkinan karena faktor kedekatan PD dengan PAN dan PKS. Menurut pengajar di Universitas Al Azhar Indonesia ini, selama sepuluh tahun memegang pemerintahan (2004-2014), kedua partai tersebut merupakan koalisi setia PD.
BACA JUGA: Fadli Zon Umumkan Hasil Polling Pilpres 2019, Mengejutkan!
"Kan waktu SBY (Ketua Umum PD Susilo Bambang Yudhoyono) jadi presiden, itu menaungi PAN dan PKS dalam koalisinya," ujar Ujang kepada JPNN, Kamis (23/8).
Direktur Eksekutif Indonesia Political Review ini juga menyatakan, Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan dan sejumlah petinggi PKS diketahui duduk sebagai menteri di kabinet pemerintahan SBY ketika itu.
BACA JUGA: Taufik Akui Didesak untuk Teken Nama Wagub Pengganti Sandi
"Jadi, kenapa PAN dan PKS menerima, kemungkinan karena kedekatan Demokrat dengan kedua partai tersebut," ucapnya.
BACA JUGA: Pilpres 2019: Tiga Keuntungan Gerindra dari Sandiaga
Saat ditanya alasan Demokrat tetap mendukung Prabowo-Sandi, meski Agus Harimurti Yudhoyono gagal menjadi cawapres, Ujang memiliki pandangan sendiri.
"Saya kira bagi Demokrat tidak ada pilihan lain. Bergabung dengan Prabowo-Sandi adalah pilihan terbaik. Jika bergabung ke Jokowi-Ma'ruf Amin justru tidak akan nyaman. Demokrat kan menginginkan ganti presiden, sangat pas dalam barisan Prabowo-Sandi," pungkas Ujang.(gir/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... PKS Jakarta Siap Kawal Aher Jadi Wagub DKI
Redaktur & Reporter : Ken Girsang