Nadiem Makarim: Dari Semua Kebijakan, Ini Adalah yang Paling Penting

Senin, 27 Januari 2020 – 11:33 WIB
Mendikbud Nadiem Makarim menjelaskan tentang kebijakan Kampus Merdeka. Foto: Humas Kemendikbud

jpnn.com, JAKARTA - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Anwar Makarim mengatakan, kebijakan Kampus Merdeka memberikan kebebasan kepada mahasiswa untuk mengambil kegiatan di luar program studi (prodi) hingga tiga semester.

Mahasiswa memiliki kebebasan menentukan rangkaian pembelajaran mereka. Dengan demikian, diharapkan tercipta budaya belajar yang mandiri, lintas disiplin, dan mendapatkan pengetahuan serta pengalaman yang berharga untuk diterapkan.

BACA JUGA: Mas Nadiem Minta Perguruan Tinggi Lincah Menyesuaikan Kebutuhan Dunia Kerja

"Menurut saya, dari semua kebijakan, ini adalah yang paling penting. Karena dampaknya untuk negara kita, saya rasa bisa dirasakan secara cepat, secara riil, dan secara masif," kata Nadiem di depan peserta Rapat Koordinasi Pendidikan Tinggi, di Kantor Kemendikbud, Jakarta, Jumat (24/1).

Beragam kegiatan yang bisa dilakukan mahasiswa di luar prodinya di antaranya magang atau praktik kerja di industri atau organisasi nonprofit, pertukaran pelajar, pengabdian masyarakat, terlibat dalam proyek desa, wirausaha, riset, studi independen, maupun kegiatan mengajar di daerah terpencil, dan kegiatan lainnya yang disepakati dengan program studi.

BACA JUGA: Mendikbud Nadiem Makarim Meluncurkan Kebijakan Kampus Merdeka

"Ini bukan pemaksaan. Kalau mahasiswa itu ingin seratus persen di dalam prodi itu, itu adalah hak mereka. Ini hanya opsinya untuk mahasiswa, tetapi ini adalah suatu kewajiban bagi perguruan tinggi untuk memilih," pesannya.

Setiap kegiatan yang dipilih mahasiswa harus dibimbing oleh seorang dosen yang ditentukan kampusnya.

BACA JUGA: UGM Siap Menjalankan Kebijakan Kampus Merdeka

"Daftar kegiatan yang dapat diambil oleh mahasiswa dapat dipilih dari program yang ditentukan pemerintah dan/atau program yang disetujui oleh rektornya," jelasnya.

Kebijakan Kampus Merdeka ini, kata Nadiem, bertujuan untuk mengubah program S-1 agar mendorong mahasiswa dapat belajar menghadapi tantangan masa depan yang penuh ketidakpastian.

Program ini untuk mengubah sistem S-1 yang bisa benar-benar mempersiapkan mahasiswa kita berenang di laut terbuka yaitu dunia nyata.

Lebih lanjut, dikatakan, upaya ini telah jamak dilakukan oleh perguruan tinggi, baik di dalam maupun luar negeri. Hal ini sangat erat dengan penguatan karakter generasi muda.

"Inilah pendidikan yang problem focused, yang secara langsung menguatkan karakter," ungkapnya. (esy/jpnn)

Jokowi Minta Yasonna Laoly Hati-Hati


Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler