NAH INI DIA...Sejarah Lahirnya Legenda Sun Go Kong

Kamis, 01 Oktober 2015 – 16:16 WIB
Cuplikan adegan film Sun Go Kong. Foto: Istimewa.

jpnn.com - TEMPO hari nemu buku Sun Go Kong Si Kera Sakti di pasar loak. Ceritanya sarat dengan falsafah hidup, bijak dan tetap relevan sampai masa kini.

-------
Wenri Wanhar – Jawa Pos National Network
-------

BACA JUGA: Lho...Aidit yang Mengusulkan Bung Karno Jadi Presiden Indonesia Pertama?

Menurut pendapatku, barang siapa yang kemaruk pada kemewahan, akhirnya justru akan binasa akibat kemewahan. Sedangkan seorang pejabat tinggi negara, oh, sungguh malang nasibnya, karena menurutku ia bak setiap malam tidur sambil memeluk seekor macan. 

Apalagi kalau ia temaha menerima uang suap, maka itu sama saja seperti berjalan sambil mengantongi seekor ular berbisa di dalam sakunya yang setiap saat bisa memagutnya. 

BACA JUGA: PKI, Aktor Di Balik Layar Pemberontakan PETA Blitar?

O’oh, kalau direnung-renung, hidup mereka tidaklah senikmat hidup kita yang merdeka di alam permai sungai nan jernih, bersahaja namun bebas sekehendak hati.

Narasi di atas cuplikan dari halaman 205-206 buku Sun Go Kong Legenda Kera Sakti (bagian 1), gubahan Yan Widjaya, terbitan Gramedia Pustaka Utama, cetakan pertama Desember 2013.

BACA JUGA: Baca Ini! Gerakan Bawah Tanah PKI

Buku yang digubah Yan Widjaya ini sarat dengan falsafah hidup, ilmu pengetahuan, budaya, serta kaya akan pesan kehidupan yang bijak dan tetap relevan sampai masa kini.

Di samping isi ceritanya yang penuh daya kejut, yang tak kalah menarik Yan Widjaya juga menuturkan sejarah lahirnya kisah yang paling legendaris dari negeri Tiongkok ini. Jadi, cerita di balik cerita. Begini kisahnya... 

Pengembara 

Mencuplik Yan, pada zaman Dinasti Tong (Tang?--red), Tan Hian Cong, seorang padri muda berusia dua puluh tahun, mengajukan permohonan kepada kaisar Tong-thay-cong Lie Si-Bin di kotaraja Tiang-an, Tiongkok, untuk melakukan perjalanan ziarah ke India. 

Misinya ingin memperluas pengetahuan mengenai ajaran Budha yang memang berasal dari India, yang saat itu sedang bertumbuh kembang di bumi Tiongkok. 

Kaisar menolak. Perjalanan itu dianggap terlalu jauh dan sangat berbahaya. 

Sementara kerajaan sendiri tengah meluaskan wilayah dengan melakukan ekspansi ke Timur, yakni ke negeri Ko-le-kok, sekarang Korea.

“Meski tak direstui kaisar, si padri tetap berangkat seorang diri,” tulis Yan. “Tujuh belas tahun kemudian (629-646), Hian-cong kembali ke tanah airnya membawa banyak kitab.” 

Yan melanjutkan, Hian-cong kemudian menerjemahkan kitab-kitab berbahasa Sansekerta tersebut ke bahasa Mandarin. 

Dan cerita perjalanannya, “didokumentasikannya jadi sebuah buku berjudul See Yu Ki, Kisah Ziarah ke Barat,” ungkap Yan. 

Sun Go Kong

Jauh di kemudian hari, pada zaman Dinasti Ming, seorang penulis bernama Wu Cheng-in (1500-1582), menulis novel fiksi berdasarkan See Yu Ki

Menurut Yan, novel ini pertama terbit pada 1592, sepuluh tahun setelah Wu Cheng-in berpulang. 

Dalam novel karangan Wu, kisah perjalanan padri Tong Sam Cong direstui Kaisar Lie Si-Bin. Ia dikawal empat muridnya, siluman kera sakti Sun Go Kong, siluman babi Tie Pat-kay, siluman lumpur rawa See Ceng dan siluman naga yang berubah rupa menjadi kuda putih tunggangannya. 

Yan menjelaskan, karena menarik, kisah ini telah dialihbahasakan ke hampir semua bahasa. Termasuk Indonesia. Hanya saja, terjemahan lengkapnya sudah langka sejak lebih dari lima puluh tahun silam. 

Maskot utama dalam novel ini Sun Go Kong si kera sakti. Inilah tokoh legenda paling populer dalam khazanah pustaka Tiongkok. 

“Banyak sekali buku, teater, sandiwara, opera, wayang potehi, film serial televisi mengenai dirinya. Banyak sekali film, bahkan serial televisi buatan Hongkong, Taiwan, China, Jepang dan lain sebagainya yang mencapai ratusan episode dengan berbagai versi,” papar Yan. 

Hanya saja ia menyesalkan, kisah-kisah yang bereredar belakangan hanyalah kisah-kisah sempalan atau ringkasannya belaka yang memangkas banyak bagian penting. 

Maka dari itu, dia menggubah ulang cerita Sun Go Kong. Diangkat berdasarkan See Yu Ki  karangan Wu Cheng-in.

Karena diangkat dari novel aslinya, gubahan Yan mencakup kisah lengkap secara terperinci, yang terdiri dari seratus bab. Karena panjang sekali dan terlalu tebal bila disajikan sebuah buku, maka bukunya dibagi menjadi tiga jilid. 

Kemana mencari bukunya? Selamat berpetualang ke pasar loak... (wow/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Ini Lho Cita-cita PKI...


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler