Naida Hosan, Tentara yang Dilecehkan karena Namanya Bernuansa Muslim

Ganti Christian pun Tetap Dikucilkan

Jumat, 10 Mei 2013 – 06:06 WIB
Naida Hosan alias Naida Christian Nova. Foto: Huffingtonpost
Bagi Naida Hosan, nama sangatlah berarti. Gara-gara kesan muslim pada namanya, personel militer berpangkat sersan satu tersebut mengalami pelecehan.

= = = = = = = = = = =

SAKING
beratnya beban psikologis yang ditanggung, Hosan bahkan sempat hendak bunuh diri. Tahun lalu dia mengubah namanya menjadi .

Menambahkan kata Christian pada nama barunya ternyata tidak langsung membuat Nova bebas dari pelecehan. Toleransi Nova yang tinggi kepada umat muslim, karena keluarga besar sang ayah adalah muslim, membuat rekan-rekannya di Divisi Penerbangan 82 Angkatan Darat (AD) Amerika Serikat (AS) tetap memandang dia sebelah mata.

"Semua komplain dan keluh kesah saya tidak pernah didengarkan," kata perempuan 41 tahun itu. Bukan hanya mengeluh secara lisan, Nova pun sempat beberapa kali melayangkan komplain tertulis.

Tapi, tidak pernah ada tanggapan serius dari Fort Bragg, kamp militer di Negara Bagian North Carolina, yang menjadi markasnya. "Setiap kali saya melaporkan tindak pelecehan yang saya alami, mereka menyebut saya ngelantur atau mengatakan saya idiot atau saya simpatisan muslim," paparnya dalam wawancara eksklusif dengan Associated Press belum lama ini.

Cap negatif atasan dan rekan-rekan Nova itu membuat perempuan keturunan India tersebut sempat putus asa. "Saya merasa dikucilkan," ungkap Nova.

Karena terus-menerus merasa tidak nyaman di lingkungan kerjanya, dia pun lantas mengalami depresi. Dia bahkan sempat berencana mengakhiri hidup dengan bunuh diri. Tapi, dia lantas berkonsultasi dengan pakar kesehatan di rumah sakit militer dan menjalani perawatan serta terapi mental sekitar sepekan.

Nova mengatakan bahwa pelecehan terkait dengan  namanya mulai muncul setelah Al Qaeda menabrakkan pesawat ke menara kembar World Trade Center pada 11 September 2001. Kebetulan, dua bulan setelah terjadinya aksi teror yang menggemparkan dunia tersebut, dia bergabung dengan militer.

Ketika itu dia mulai menjalani latihan dasar kemiliteran. Saat itulah nama lama Nova, Hosan, menjadi bahan olok-olokan rekan-rekannya sesama kadet.

"Sebelum 9/11, tidak pernah ada masalah dengan nama saya. Orang-orang yang mendengar saya menyebutkan nama lengkap saya pun menanggapinya dengan biasa-biasa saja," kata Nova.

Namun, semuanya berubah setelah tragedi yang merenggut hampir 3 ribu nyawa itu terjadi. "Pasca-9/11, saya seperti harus selalu mengumumkan kepada semua orang bahwa saya seorang Katolik dan membuktikan kepada mereka bahwa saya setia kepada Amerika," sambungnya.

Penugasan pertama Nova ke Iraq pada 2005 pun membuat putri Roy Hosein itu frustrasi. "Mereka memanggil saya Sersan Hussein seperti (nama presiden Iraq saat itu) Saddam Hussein," keluhnya.

Bahkan, atasan Nova pun memanggil dia dengan nama Hussein. Ketika itu dia masih memakai nama Hosan. Dia mengaku selalu membetulkan penyebutan namanya yang salah tersebut. Tapi, atasan dan rekan-rekannya justru semakin mengolok-oloknya.

"Mereka menanyakan keyakinan saya. Mereka bertanya, kepada Tuhan yang manakah saya berdoa. Mereka juga sering menggunakan kata haji untuk mencemooh saya," ungkap Nova.

Tidak mau terus-menerus menjadi subjek pelecehan, dia lantas berusaha menerangkan soal haji kepada rekan-rekannya. Dia paham istilah tersebut karena paman Nova dari pihak sang ayah adalah seorang haji. Namun, keterangan itu justru membuat rekan-rekannya semakin sering mencemooh.

Pada 2007, saat bertugas di Inggris, Nova sempat melaporkan seorang rekan yang selalu meledeknya dengan guyonan rasis tentang muslim. Karena laporan lisan kepada atasannya tidak ditanggapi, dia pun lantas membuat komplain tertulis.

Saat itu dia melaporkan ke Equal Opportunity Branch. Namun, keluhan resmi tersebut malah membuat Nova ditarik dari Inggris. "Mereka meminta saya memeriksakan kondisi kejiwaan saya karena dianggap terlalu memihak muslim," ujarnya.

Setelah komplain tertulis pada 2007 itu, Nova lantas dipindahtugaskan ke Fort Bragg. Dia pun tetap mengalami berbagai pelecehan. Puncak pelecehan terjadi pada 2009, pascainsiden penembakan di Fort Hood, pangkalan militer AS di Negara Bagian Texas. Pasalnya, pelaku penembakan yang menewaskan 13 orang itu memiliki nama yang mirip dengan nama Nova. Yakni, Mayor Nidal Hasan. Tekanan terhadap Nova yang saat itu masih bernama Hosan pun meningkat.

Berusaha melawan diskriminasi yang dialami di militer, Nova pun sempat terancam dipecat. Dia menerima beberapa sanksi berat.

Tapi, berkat bantuan pengacara Mark Waple, dia berhasil mempertahankan pekerjaannya. Bahkan, April lalu militer mencabut skors untuknya dan kembali menugasi Nova ke medan pertempuran. Militer menugasi dia ke Afghanistan. Tahun lalu, sebelum bertolak ke negara penghasil opium itu, dia mengubah namanya.

Membeberkan kisah getirnya di kemiliteran kepada media, Nova mengaku paham soal risikonya. Namun, dia tidak ingin aksi diskriminatif seperti yang dialaminya itu berlanjut.

"Saya tidak ingin ada orang lain yang mengalami pelecehan seperti saya. Sungguh mengerikan berada di dalam suatu tim yang semua anggotanya menentang Anda. Semoga kisah saya ini bisa membantu (menghentikan praktik diskriminasi dalam tubuh militer)," paparnya. (AP/hep/c10/dos)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Hanya Bisa Mengeluh dengan Menulis Lirik Lagu di Dinding

Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler