jpnn.com, SURABAYA - Sebanyak 16 pemuda yang terdiri atas 14 laki-laki dan dua wanita terjaring Operasi Bina Kusuma Kamis dini hari (27/4).
Mereka tak bisa menunjukkan kartu identitas kepada tim gabungan Polrestabes Surabaya dan Polda Jatim.
BACA JUGA: Kelab Malam Blue Parrot Diserang, 5 Tewas, 15 Terluka
Razia dimulai pukul 00.00. Sebanyak 45 personel diterjunkan.
Yakni, 15 personel Polda Jatim, tujuh personel Satbinmas Polrestabes Surabaya, dan 23 personel yang piket di Polrestabes Surabaya.
''Yang piket gabungan dari semua satuan," ujar Kasatbinmas Polrestabes Surabaya AKBP Minarti.
Sasaran pertama adalah sebuah kelab malam di Jalan Pahlawan.
Polisi langsung menyebar ke seluruh ruangan di tempat hiburan tiga lantai tersebut.
Satu per satu pengunjung diminta mengeluarkan kartu identitas.
Total ada 16 pengunjung yang tak bisa menunjukkan kartu identitasnya.
Mereka terdiri atas dua perempuan dan 14 laki-laki. Bahkan, tiga di antaranya masih duduk di bangku sekolah dasar.
Namun, mereka berkelit sudah cukup umur untuk masuk ke tepat hiburan malam.
Dari Jalan Pahlawan, tim bergerak ke salah satu kafe di kawasan Kayoon.
Di tempat itu, korps seragam cokelat tersebut mendapati seorang anak perempuan di bawah umur.
Bukan hanya itu, kafe tersebut dikenai tindak pidana ringan (tipiring) karena menyediakan minuman beralkohol untuk remaja di bawah umur.
Minarti menyatakan, pihaknya bakal membina anak-anak yang terjaring razia.
''Dibina, tidak ditindak lho ya," katanya. Razia rampung setelah satu jam.
Minarti menjelaskan, operasi itu merupakan program tahunan yang dilakukan Satbinmas Polrestabes Surabaya.
''Kegiatan ini kami mulai awal April lalu. Sudah sebulan program ini berlangsung," terangnya.
Program tersebut tak hanya berbentuk patroli. ''Programnya banyak. Mulai penyuluhan hingga menyambangi kampung-kampung," jelas Minarti.
Kegiatan itu merupakan salah satu cara untuk mendekatkan diri kepada masyarakat.
Dengan begitu, citra polisi dapat diperbaiki.
Mereka ingin menunjukkan bahwa polisi adalah sahabat masyarakat.
''Istilahnya, ini program pendekatan kami supaya tidak ada jarak antara polisi dan masyarakat," tutur perwira dengan dua melati di pundak tersebut.
Selain itu, program tersebut merupakan kegiatan preventif polisi. Mereka hendak meminimalkan penyakit masyarakat dan premanisme di metropolis.
''Penyakit masyarakat itu meliputi miras, judi, dan semua kegiatan yang meresahkan," ujar Minarti. (bin/c18/fal/jpnn)
Redaktur & Reporter : Natalia