Napoleon Bonaparte

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Senin, 20 September 2021 – 20:34 WIB
Napoleon Bonaparte. Foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com - Selalu ada sisi kemanusiaan yang menyentuh dari setiap orang yang melakukan kejahatan.

Seorang penjahat perang yang paling kejam pun punya sisi humanis yang romantik.

BACA JUGA: Napoleon Bonaparte Menghajar Muhammad Kece, Ini Kabar Terbaru dari Irjen Ferdy Sambo

Seorang pelaku kejahatan macam apa pun selalu punya sisi kemanusiaan yang menyentuh.

Napoleon Bonaparte adalah jenderal dan kaisar Prancis yang menaklukkan Eropa pada awal abad ke-19, dan kemudian menjadi penguasa selama sebelas tahun.

BACA JUGA: Berani Menghajar Muhammad Kece, Napoleon Bonaparte Muslim Waras

Napoleon adalah jenderal jagoan perang yang tidak terkalahkan dalam Perang Eropa. Seluruh Eropa harus bersatu membentuk koalisi untuk bisa mengalahkan Napoleon.

Pada 1813 ia ditangkap, lalu diasingkan ke Pulau Elba sampai meninggal.

BACA JUGA: Muhammad Kece tidak Tahu Napoleon Bonaparte Jenderal Polisi

Napoleon dianggap sebagai penjahat perang. Ia tidak segan bertindak kejam untuk menghancurkan musuh-musuhnya demi mewujudkan ambisi kekuasaannya.

Namun, Napoleon tetaplah seorang manusia yang punya cinta dan kasih sayang.

Kisah cintanya tidak mulus, karena diwarnai oleh berbagai macam skandal selama perang. Namun, cintanya kepada Josephine menunjukkan sisi halus yang memesona dari seorang jagoan perang.

"Oh, my adorable wife..I don’t know what fate has in store for me, but if it keeps me apart from you any longer, it will be unbearable. My courage is not enough for that.’’ (Oh istriku tercinta..Aku tidak tahu nasib apa yang bakal menimpaku. Namun, jika aku berpisah denganmu lebih lama lagi, aku tidak akan mampu lagi menanggungnya. Keberanianku tidak akan cukup untuk menghadapinya).

Itu adalah potongan surat cinta Napoleon kepada Josephine, kekasih yang kemudian menjadi istrinya.

Surat itu tersebar menjadi sebuah catatan cinta indah yang dikagumi banyak orang. Seorang jagoan perang yang selalu bergelimang dengan kekerasan, ternyata punya sisi kemanusiaan yang tidak kalah romantik dibanding cinta Romeo kepada Juliet.

Deretan kalimat penuh cinta itu mirip puisi karya pujangga. Padahal yang menulis adalah salah satu kaisar terkuat Prancis yang paling ditakuti di Eropa pada masanya. Napoleon adalah prajurit brilian, ahli taktik perang yang cemerlang, dan administrator yang andal.

Lebih dari semuanya Napoleon adalah manusia yang punya sisi humanis. Surat cintanya kepada Josephine menyentu hati siapa pun yang pernah merasakan cinta dan jatuh cinta.

Sejarah mencatat Napoleon sebagai salah seorang paling cemerlang di muka bumi. Bonaparte dikenal kejam, seorang diktator yang tak menoleransi kesalahan sekecil apa pun.

Namun, di samping semua catatan impresif perjalanan kekuasaannya, Napoleon memiliki sisi romantis yang tak kalah dari pujangga-pujangga terkenal.

Inilah kutipan salah satu suratnya kepada Josephine sang kekasih. 'Aku terbangun dipenuhi pikiran tentangmu. Potretmu dan kebahagiaan yang memabukkan malam itu membuat perasaanku tidak bisa istirahat'.

Josephine yang manis tiada banding, betapa aneh ulahmu terhadap hatiku. Apakah kau marah kepadaku? Apa kau tidak senang? Apa kau kecewa? Jiwaku hancur oleh nestapa, dan cintaku untukmu tak kan pernah surut.

Bagaimana aku mampu beristirahat, saat aku tunduk pada perasaan yang mengendalikan jiwa terdalam, saat aku mereguk dalam-dalam dari rekah bibirmu dan nyala api hatimu?

Ya. Satu malam mengajarkanku bagaimana potretmu tak mampu melukiskan sempurnamu.

Kau memulai di tengah hari, nanti tiga jam aku akan melihatmu lagi. Hingga saat itu tiba, lewat ribuan kecupan, cintaku manisku, jangan kau kecewakan darahku yang terbakar hanya untukmu.

Ketika Napoleon mendekati ajal, ia menulis sebait puisi terakhir, 'dalam hidupku hanya ada Prancis, pasukan, panglima, dan Josephine'.

Napoleon Bonaparte abad ke-19 beda dengan Napoleon Bonaparte abad milenial sekarang ini.

Napoleon Bonaparte Prancis berinkarnasi menjadi Napoleon Bonaparte baru yang menjadi polisi dengan pangkat inspektur jenderal. Beberapa hari belakangan ini 'surat cinta' Napoleon Bonaparte milenial beredar luas dan viral di media.

Napoleon Prancis tidak pernah takut menghajar orang.

Napoleon sang jenderal polisi ini rupanya juga tidak takut menghajar orang, terutama orang yang dianggapnya kurang ajar dan menghinanya.

Kali ini, Napoleon Bonaparte bikin heboh di Indonesia. Dia adalah jenderal polisi yang divonis empat tahun penjara karena terlibat dalam kasus suap Joker, Djoko Tjandra.

Di dalam ruang tahanan Bareskrim, Napoleon menghajar dan menganiaya seorang tahanan lainnya, Muhammad Kece.

Muhammad Kece ditahan karena kasus dugaan penistaan dan penghinaan agama Islam.

Dia membuat banyak unggahan yang dianggap menghina dan melecehkan Nabi Muhammad. Unggahan itu membuat marah kalangan umat Islam.

Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan PB NU mengecam keras unggahan Kece dan mendesak supaya Kece dihukum.

Sampai dengan beberapa minggu di dalam tahanan, unggahan Kece masih tetap bisa diakses di akun media sosialnya.

Hal ini membuat geram banyak orang. Konten yang dianggap menghina itu dibiarkan saja dan tidak di-take down oleh otoritas.

Dalam banyak kasus yang berhubungan dengan konten media sosial, hal-hal yang sensitif dan kontroversi biasanya dengan cepat dihapus oleh otoritas.

Napoleon berada dalam tahanan Bareskrim bersama-sama Muhammad Kece. Dalam sebuah kesempatan, Napoleon yang sangat marah menghajar Kece secara fisik. Bukan itu saja, Napoleon melumuri wajah dan tubuh Kece dengan kotoran manusia.

Cerita penganiayaan ini menyebar luas ke masyarakat. Awalnya tidak jelas penganiayaan macam apa yang dilakukan oleh Napoleon.

Namun, belakangan beredar luas di media bahwa Napoleon menganiaya Kece dengan melumuri muka dan badan dengan kotoran manusia.

Napoleon dengan terus terang mengakui perbuatannya. Ia bahkan menulis surat terbuka yang disiarkan oleh media.

Dalam surat itu Napoleon mengakui bahwa dia telah menganiaya Kece. Napoleon mengatakan bahwa sebagai orang yang dilahirkan sebagai muslim dirinya merasa sangat terhina oleh perbuatan Kece.

Surat terbuka itu cukup menyentuh hati banyak orang. Surat itu menunjukkan sisi yang berbeda dari profil Napoleon yang selama ini dilihat sebagai penerima suap. Surat itu menunjukkan bahwa Napoleon punya hati dan idealisme, untuk melawan sesuatu yang dianggapnya sebagai ketidakadilan.

'Alhamdulillah, bahwa saya dilahirkan sebagai seorang muslim dan dibesarkan dalam ketaatan agama Islam yang rahmatan lil alamin. Siapa pun bisa menghina saya, tetapi tidak terhadap Allah-ku, Al-Qur'an, Rasulullah SAW, dan akidah Islamku. Karena itu, saya bersumpah akan melakukan tindakan terukur apa pun terhadap siapa saja yang berani melakukannya. Akhirnya, saya akan mempertanggungjawabkan semua tindakan saya terhadap Kece, apa pun risikonya'.

Pendek, tetapi cukup puitis. Ada power di dalamnya. Ada idelisme yang kuat dalam deretan kalimat-kalimat itu. Terasa kuat sekali ada nada pemberontakan dan perlawanan terhadap ketidakadilan dalam surat cinta itu.

Napoleon melawan dengan 'tindakan terukur' apa pun risikonya.

Bahwa tindakan terukur itu dilakukan dengan menghajar dan melumuri Kece dengan kotoran manusia, itulah cara khas Napoleon.

Ia melawan dengan gaya dan caranya sendiri. Ia merasa dikorbankan, dan ia bersumpah akan membongkar konspirasi yang menjebaknya.

Ketika divonis empat tahun penjara Napoleon mengatakan 'lebih baik saya mati', lalu berjoget tiktok. (*)


Redaktur : Adek
Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler