jpnn.com, JAKARTA - Imam Besar Masjid Istiqlal Prof. KH. Nasaruddin Umar sependapat dengan Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir yang mengimbau seluruh ulama agar tidak memperkeruh keadaan usai pelaksanaan Pemilu 2019.
Ulama kelahiran Bone, Sulawesi Selatan tersebut mengatakan, ulama sejati tidak akan terjebak pada hujat menghujat. "Kalau ada persoalan, mereka akan langsung menegur dengan menggunakan cara-cara yang baik,” kata Nasaruddin, Minggu (5/5).
BACA JUGA: Alhamdulliah, Tiga Aplikasi Ini Mempermudah Ibadah di Bulan Ramadan
Tugas ulama, kata Nasaruddin, tidak hanya memahami kitabullah, tetapi juga kalamullah. “Kita mungkin bisa membaca dan menafsir kitab dengan sangat baik. Tapi apakah kita mampu memahami apa yang terkandung dari apa yang Allah katakan dengan sifat kalam-Nya?” ujarnya.
Menurutnya, ulama seharusnya mampu menempuh cara terbaik dalam setiap dinamika negara. Jika ada persoalan, mereka akan langsung menegur dengan menggunakan cara-cara yang baik. Ulama di masa lalu bahkan kerap berkirim surat dengan penguasa untuk mengingatkan pemimpin tanpa mempermalukannya di depan rakyat.
BACA JUGA: Ulama Jakbar Pendukung Jokowi - Prabowo Bersatu
“Ibnu Athoillah pernah berkata, jika orang gampang menyalahkan orang lain, itu tanda dia masih harus belajar. Kalau dia menyalahkan diri sendiri, artinya dia sedang belajar. Nah, jika dia tidak menyalahkan diri sendiri dan orang lain, maka dia telah selesai belajarnya,” katanya.
Kerendahan hati, kata Nasaruddin, adalah perhiasan seorang ulama. Bahkan ulama dengan kemampuan menafsir alquran paling bagus pun tetap harus berpikir bahwa dia bisa saja salah. Ulama pun tak diperkenankan mengunggulkan dirinya sendiri. “Mereka menyelesaikan persoalan tanpa menepuk dada,” katanya.
BACA JUGA: Para Ulama Pendukung 01 dan 02 Nyatakan Komitmen Persatuan
Sebelumnya, Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir merespons hasil Ijtimak Ulama III, yang menyebut ada kecurangan dalam pelaksanaan Pemilu 2019. Dia pun mengingatkan bahwa ulama seharusnya merekatkan dan mempersatukan masyarakat.
"Jika ada kecurangan, selesaikan secara konstitusional. Tapi juga masyarakat perlu direkatkan dan dirajut, dan di situlah tugas ulama, menyatukan masyarakat dengan memberi nilai-nilai yang bermakna dan kemudian menjadi uswah hasanah dalam kehidupan umat, bangsa, dan negara," kata Haedar seusai tablig akbar menjelang Ramadan di Masjid AR Fachruddin, Universitas Muhammadiyah Malang, Jawa Timur, Kamis (2/5) malam.
(Baca Juga: Ulama Jakbar Pendukung Jokowi - Prabowo Bersatu)
"Ulama itu kan warosatul anbiya, dan dalam konteks Indonesia, ulama harus menjadi uswah hasanah sebagaimana Nabi. Dalam berpolitik, ya politik yang berkeadaban sekaligus konstitusional," ujar Haedar.
Dia meminta para ulama berdialog. Haedar juga mengingatkan agar para ulama tak saling klaim mewakili atau merepresentasikan seluruh ulama di Indonesia. “Berdialoglah antar-ulama dan jangan saling mengklaim sebagai mewakili dan mempresentasikan ulama Indonesia," tutur Haedar. (*/adk/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Tampilkan Wayang Wolak-Walik, Relawan Perempuan Tangguh Pilih Jokowi Gelar Syukuran
Redaktur : Tim Redaksi