jpnn.com, JAKARTA - Pemerhati komunikasi politik Emrus Sihombing mengatakan, publik berpotensi memberikan penilaian miring atas langkah Ketua Umum NasDem Surya Paloh memberikan panggung kepada Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan ketimbang Presiden RI Joko Widodo (Jokowi).
Menurut Emrus, publik bisa menganggap Surya dengan manuvernya telah menempatkan Jokowi sebagai masa lalu, sedangkan Anies merupakan masa depan untuk Pemilu 2024.
BACA JUGA: Respons Hasto PDIP untuk Sindiran Surya Paloh soal Partai Sok Pancasilais
"Jangan sampai SP (Surya Paloh, red) dipersepsikan oleh publik sedang membangun branding bahwa Jokowi seolah masa lalu, sedangkan Anies Baswedan sebagai masa depan dalam rangka menuju Pemilu 2024," kata Emrus dalam pesan singkatnya kepada awak media, Minggu (10/11).
Seperti diketahui, NasDem yang tengah menggelar kongres menyediakan panggung khusus untuk Anies. Mantan menteri pendidikan dasar dan menengah itu juga menyampaikan pidato di hadapan ribuan peserta Kongres II NasDem.
BACA JUGA: Kader NasDem Puji Ikhtiar Surya Paloh Buka Keran Komunikasi di Luar Koalisi Jokowi
Sementara Presiden Jokowi direncanakan hadir pada penutupan Kongres II NasDem, Senin (11/11). NasDem mengundang Jokowi menghadiri penutupan kongres dengan alasan waktunya bersamaan perayaan ulang tahun partai pengusung slogan Restorasi Indonesia itu.
Namun, Emrus punya pendapat lain. Menurutnya, jika melihat manuver Surya Paloh sejak penyusunan Kabinet Indonesia Maju hingga belakangan ini, ada kesan bahwa NasDem belum sepenuhnya memberikan dukungan kepada pemerintahan Presiden Jokowi 2019-2024.
BACA JUGA: Pesan Gubernur Anies Baswedan dalam Pidatonya di Pembukaan Kongres NasDem
"Bila merujuk pada beberapa tindakan komunikasi politik yang ditembakkan oleh SP sejak penyusunan kabinet hingga pekan ini, tampaknya belum sepenuhnya memberi dukungan kepada pemerintahan Jokowi jilid dua ini," ucap dia.
Emrus menambahkan, seharusnya NasDem bisa total dalam mendukung Jokowi sebagaimana saat mantan wali kota Surakarta itu menjadi Presiden RI periode 2014-2019. Namun, NasDem yang menjadi bagian koalisi pendukung pemerintahan Jokowi saat ini ternyata tidak menunjukkan sikap politik yang sama.
"Sangat berbeda ketika pemerintahan Jokowi jilid satu, SP dan partainya mendukung total. Waktu itu sampai mengemuka Jokowi presidenku, Nasdem partaiku," kata pengamat dari Universitas Pelita Harapan (UPH) tersebut.(mg10/jpnn)
Redaktur & Reporter : Aristo Setiawan