jpnn.com - AWALNYA saya anggap krisis minyak goreng sudah selesai: lewat BLT (bantuan tunai langsung). Yang tidak mampu membeli diberi uang: Rp 300.000 untuk tiga bulan.
Saya pun memuji putusan BLT-Migor itu.
BACA JUGA: Taruhan Draf
Ternyata BLT bukan langkah pemungkas.
Itulah yang membuat saya wow-wow-wow ketika melihat Presiden Jokowi membuat keputusan sapu jagat.
BACA JUGA: Tanpa Sapujagat
Dengan cara yang demonstratif: lewat rekaman video pendek itu –satu menit. Yang diucapkan beliau sendiri. Yang dirilis oleh Istana sendiri. Yang berisi kejutan besar: larangan ekspor total minyak sawit –''sampai minyak goreng di dalam negeri melimpah''.
Saya menganggapnya keputusan sapu jagat karena kebijakan itu membereskan semua hal yang tidak bisa beres: DMO, PMO, HTE, dan peraturan apa pun sebelumnya.
BACA JUGA: Belanda Budiman
Itu mirip ‘doa pendek' yang dianggap mengatasi semua aneka doa panjang yang macam-macam isinya:
"Selamatkanlah kami dunia akhirat".
Anda hafal bahasa Arabnya: Rabbana atina fid dunya hasanah..."
Itulah yang di pesantren dikenal sebagai 'doa sapu jagat’. Untuk apa memanjatkan banyak doa nan panjang kalau intinya bisa dibuat pendek seperti itu.
Untuk apa pula banyak peraturan kalau tujuannya bisa diatasi dengan satu putusan: larang ekspor!
Saya pun tersenyum dalam hati. Lantas, dengan keputusan sapu jagat itu, bagaimana nasib BLT?
Terus?
Dihentikan?
Diminta kembalikan?
Jangan tanyakan itu pada rakyat. Jawaban rakyat Anda sudah tahu: harga migor turun, Yes! BLT turun, Yes!
Kenaikan harga migor itu dianggap satu keniscayaan. Terjadi di seluruh dunia.
Jumlah produksi minyak sawit kita –yang sudah terbesar di dunia– ternyata belum cukup. Kita tidak bisa lagi memperluas.
Pemerintah sudah memutuskan moratorium sawit: lahan sawit tidak bisa lagi ditambah.
Maka biarkanlah harga naik. Kan, sudah ada BLT. Tentu sifat BLT itu sementara. Bukan sampai harga turun –karena kelihatannya harga sulit turun.
Lalu, sementara sampai kapan?
Sampai pemerintah bisa menaikkan pendapatan masyarakat. Khususnya yang berpenghasilan tetap: buruh pabrik, karyawan swasta, pegawai negeri, TNI-Polri, pensiunan.
Itulah yang disebut ekuilibrium baru. Itu bukan barang baru. Sejak dulu selalu terjadi begitu, terutama setiap kali harga BBM dinaikkan.
Harga naik itu biasa –kalau memang harus naik. Pendapatanlah yang harus disesuaikan.
Ini masih ada waktu dua hari –untuk sampai deadline yang diputuskan Bapak Presiden Jokowi pada 28 April 2022.
Sebaiknya larangan total ekspor itu tetap harus dilaksanakan. Dunia sudah tahu.
Larangan ekspor minyak sawit itu menjadi berita dunia. Yang dibaca dengan waswas, terutama karena harga minyak goreng dari bunga matahari juga naik. Sampai 30 persen. Di Inggris. Juga di mana-mana.
Penghasil minyak goreng bunga matahari terbesar di dunia lagi berduka: Ukraina.
Kita jaga muruah Presiden Jokowi kita. Ekspor harus dihentikan. Tepat seperti waktu yang digariskan. Pun kalau itu hanya untuk beberapa hari. (*)
Anda bisa menanggapi tulisan Dahlan Iskan dengan berkomentar https://disway.id/. Setiap hari Dahlan Iskan akan memilih langsung komentar terbaik untuk ditampilkan di Disway.
BACA ARTIKEL LAINNYA... Presiden Wow!
Redaktur : M. Fathra Nazrul Islam
Reporter : Tim Redaksi