JAKARTA--Wajah Aesha Mohammadzai, berkerudung dengan sisa hidung dan telinga yang terpotong, begitu terkenal saat dijadikan foto majalah Time Agustus 2010 lalu.
Wajah belianya dengan luka menganga di bagian hidung dan telinga, telah mengguncang dunia. Luka itu pun menjadi salah satu cerita kekejaman rezim Taliban di Afghanistan. Aesha adalah salah satu korban kekerasan dan harus rela hidung dan telinganya dipotong sebagai hukuman karena menentang kawin paksa.
Setelah mengalami penyiksaan di usianya yang baru 12 tahun, Aesha akhirnya berhasil ditemukan oleh Grossman Burn Foundation-sebuah lembaga amal yang berdedikasi untuk kesehatan dan bermarkas di California.
Aesha pun menjalani berbagai operasi untuk merekonstruksi hidung dan telinganya. Pada 2011 lalu Aesha berhasil mendapatkan suaka politik dan kini menetap di Amerika Serikat. Ia kini tinggal di rumah singgah milik yayasan amal di New York bernama Women for Afghan Women yang mengasuh dan membantu membiayai pendidikannya.
Kisah Aesha, ternyata kini juga terjadi di Indonesia. Yustince (30) harus rela kehilangan hidung, setelah ditebas parang oleh suaminya. Tiga tahun lamanya Yustince harus menutup luka menganga hidungnya, sebelum akhirnya ditemukan oleh lembaga yang sama ketika membantu Aesha.
Dilansir dari laman Daily Mail, Kamis (21/2), Dr Rebecca Grossman, ketua Grossman Burn Foundation, mengaku rela terbang jauh dari California ke Indonesia setelah mendengar penderitaan Yustince. Rebecca menggandeng seniman efek khusus peraih Oscar, Alec Gillis, untuk mencetak hidung palsu baru Yustince.(afz/jpnn)
Wajah belianya dengan luka menganga di bagian hidung dan telinga, telah mengguncang dunia. Luka itu pun menjadi salah satu cerita kekejaman rezim Taliban di Afghanistan. Aesha adalah salah satu korban kekerasan dan harus rela hidung dan telinganya dipotong sebagai hukuman karena menentang kawin paksa.
Setelah mengalami penyiksaan di usianya yang baru 12 tahun, Aesha akhirnya berhasil ditemukan oleh Grossman Burn Foundation-sebuah lembaga amal yang berdedikasi untuk kesehatan dan bermarkas di California.
Aesha pun menjalani berbagai operasi untuk merekonstruksi hidung dan telinganya. Pada 2011 lalu Aesha berhasil mendapatkan suaka politik dan kini menetap di Amerika Serikat. Ia kini tinggal di rumah singgah milik yayasan amal di New York bernama Women for Afghan Women yang mengasuh dan membantu membiayai pendidikannya.
Kisah Aesha, ternyata kini juga terjadi di Indonesia. Yustince (30) harus rela kehilangan hidung, setelah ditebas parang oleh suaminya. Tiga tahun lamanya Yustince harus menutup luka menganga hidungnya, sebelum akhirnya ditemukan oleh lembaga yang sama ketika membantu Aesha.
Dilansir dari laman Daily Mail, Kamis (21/2), Dr Rebecca Grossman, ketua Grossman Burn Foundation, mengaku rela terbang jauh dari California ke Indonesia setelah mendengar penderitaan Yustince. Rebecca menggandeng seniman efek khusus peraih Oscar, Alec Gillis, untuk mencetak hidung palsu baru Yustince.(afz/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Sebelum Terbunuh, Reeva Bertengkar Dengan Pistorius
Redaktur : Tim Redaksi