Natasya Blakblakan Membandingkan Guru PNS dengan Honorer, Terungkap Fakta

Jumat, 16 Februari 2024 – 07:04 WIB
Para guru honorer berpeluang menjadi PPPK agar kesejahteraan meningkat. Ilustrasi Foto: Ama for JPNN.com

jpnn.com - JAKARTA - Peneliti Muda Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Natasya Zahra mengingatkan mengenai pentingnya kenaikkan kesejahteraan guru honorer.

Natasya menyatakan presiden Indonesia yang terpilih pada Pilpres 2024 harus memprioritaskan kesejahteraan guru demi terciptanya dunia pendidikan yang lebih baik.

BACA JUGA: Banyak Guru Honorer Negeri tak Bisa Daftar PPPK 2023, Ajukan 3 Tuntutan 

“Peningkatan kesejahteraan guru adalah hal yang harus diprioritaskan presiden terpilih,” katanya kepada ANTARA di Jakarta, Rabu (15/2).

Natasya menjelaskan alasan mengenai pentingnya masalah kesejahteraan guru harus diprioritaskan.

BACA JUGA: Jumlah NIP PPPK 2023 yang Ditetapkan Minim Banget, BKN Terbitkan Surat Penting

Menurut survei World Bank 2020, lanjutnya, ternyata kesejahteraan yang rendah yakni gaji rendah memiliki dampak langsung pada tingkat kehadiran guru di kelas.

Dikatakan, apabila gaji rendah maka guru akan lebih memilih untuk mengerjakan pekerjaan sampingan.

BACA JUGA: Jumlah Formasi Tenaga Teknis PPPK 2024 Empat Kali Jatah Guru Honorer

Hal ini tentunya dapat berdampak pada kualitas pendidikan yang diterima siswa karena minimnya pendampingan oleh guru.

Natasya mengatakan fakta menunjukkan bahwa guru PNS (Pegawai Negeri Sipil) memiliki tingkat kehadiran yang lebih tinggi dari guru non-PNS atau guru honorer.

“Itu karena tunjangan kinerja yang akan mereka dapatkan juga dinilai dari tingkat kehadiran di kelas,” ujarnya.

Pemerataan kesejahteraan khususnya untuk guru honorer baik di sekolah negeri maupun sekolah swasta, menurut Natasya, juga masih perlu menjadi perhatian.

Natasya menyebutkan anggaran pemerintah selama ini masih terfokus pada guru honorer di sekolah negeri yang kemudian berpotensi menimbulkan ketimpangan distribusi guru pada jenis sekolah swasta.

Tidak hanya itu, belum memadainya kesejahteraan turut berdampak pada distribusi guru seperti proses distribusi guru ke daerah tertinggal, terdepan dan terluar (3T) yang tidak berjalan lancar, karena keengganan mereka untuk meninggalkan daerah asalnya. (antara/jpnn)


Redaktur & Reporter : Soetomo Samsu

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler