Nazaruddin Tidak Merdeka!

Kamis, 18 Agustus 2011 – 11:13 WIB

ANAS Urbaningrum, Edhi Baskoro (Ibas) dan Nazaruddin adalah triumvirat penguasa Partai Demokrat binaan Susilo Bambang YudhoyonoKalau diibaratkan senjata, trio Anas-Ibas dan Nazaruddin adalah trisula, tombak berujung tiga

BACA JUGA: Nazaruddin Sang Mujahidin

Dalam istilah organisasi, ketiga orang ini melambangkan komposisi KSB alias ketua-sekretaris-bendahara.

Tapi pada hari peringatan Proklamasi Kemerdekaan RI ke-66 ini, hanya  Nazaruddin seorang yang tidak merdeka
Sebab Bendahara Umum PD yang konon sudah diberhentikan ini, sejak Sabtu (13/8) lalu, telah menjadi tahanan KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) paling sensasional.

Nazaruddin mungkin akan dicatat sejarah sebagai tersangka KPK paling mahal

BACA JUGA: Indonesia Pasca SBY

Bayangkan, ongkos memulangkannya ke Tanahair dari Kolombia, kalau ditotal biaya carter pesawat dan operasional sejumlah aparat yang melacak jejak pelariannya dari negara yang satu ke negara yang lain, pasti lebih dari Rp 4 miliar!

Padahal kita yakini betul bahwa Nazaruddin bukanlah koruptor terbesar di negara kita
Ia hanya noktah kecil, atau sebutir kerikil di sahara kejahatan keuangan nasional

BACA JUGA: Mengganti Rezim (Menyelamatkan Peradaban)

Tepatnya, Nazaruddin itu hanya anak kakap di samudera korupsi Indonesia yang dihuni oleh kawanan hiu dan juga paus.

Nazaruddin besar karena menjadi pusat perhatian publikPublik tertarik kepada Nazaruddin karena ulahnya semataMaklum, dengan gayanya yang urakan, "anak kakap" itu berani menantang induknya, bahkan mengobrak-abrik sarangnya sendiri seraya menggoda hiu dan paus penguasa samudera kejahatan keuangan di Republik Indonesia.

Makanya "anak kakap" itu bukan hanya diburu penjaga pantai dan para nelayan, tapi juga biang kakap serta hiu dan paus yang jengkel karena habitatnya diusik.

Kini anak kakap itu sudah masuk perangkapMemang tidak dalam sel yang pengap seperti pencoleng kampung yang tertangkapTapi cukup menjengkelkan karena untuk pertama kalinya sejak menjadi anggota DPR, ia tidak bisa menyaksikan langsung pidato kenegaraan Presiden Yudhoyono, yang juga Ketua Dewan Pembina partainya.

Pasti Nazaruddin membayangkan sahabatnya di Partai Demokrat, yang namanya sempat disebut-sebut, baik sebagai bagian kolusi dalam korupsi maupun hanya yang dapat bagian belaka, tersenyum tanpa dosa seusai mendengarkan Big Boss pidatoMungkin Nazaruddin melihat pemandangan ini di tevelisi.

Bagi kita yang paham persekongkolan jahat bekerja dan bermitra, apa yang dituturkan Nazaruddin di pelarian benar belakaSebab Nazruddin bukanlah jenius yang bisa mekakukan segalanya sendiriBahkan kita percaya, Nazaruddin hanya satu di antara sejumlah operator mesin uang penguasa politik yang rakus.

Pasti masih ada "Nazaruddin" lain di sektor-sektor lain yang mengoperasikan mesin uang kekuasaanSebagaimana kita yakini ada banyak "Gayus" di sektor pajak.

Tapi kita juga yakin, sebagaimana Gayus Tambunan, setelah di KPK malah disulap menjadi "penjahat pajak tunggal" yang kasusnya makin mengerdilSejumlah perusahaan asing berskala besar yang ngemplang pajaknya dibantu Gayus, lenyap tanpa bekas.

Demikian pula NazaruddinIa bakal didakwa sebagai Mafioso APBN yang bekerja sendiriAtau kalau toh berkomplot, hanya dengan para punakawan sekelas El Edris serta Mindo Rosa ManulangPadahal seluruh dunia tahu, yang namanya Mafioso itu memiliki jaringan di mana-manaBiasanya ya pemegang kekuasaan.

Pimpinan KPK Busyro Muqoddas sudah memberikan sinyal semacam ituKatanya, KPK hanya akan bekerja sesuai dengan fakta hukum yang adaPadahal KPK punya instrumen untuk menggali fakta hukum, bahkan yang tersembunyi sekalipun!

Jadi lupakan Nazaruddin sebagai whistle blower maupun justice collabolatorSamudera (korupsi) Indonesia masih tetap dikuasai induk kakap, hiu dan paus..[***]

BACA ARTIKEL LAINNYA... Bila SBY Jatuh…!


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler