Nazaruddin Tuding Neneng Dilibatkan Karena Dendam Chandra

Selasa, 08 Januari 2013 – 18:09 WIB
Nazaruddin saat menjadi saksi untuk istrinya, Neneng di Pengadilan Tipikor, Jakarta. Foto: Ade Sinuhaji/jpnn
JAKARTA--Muhammad Nazaruddin mensinyalir istrinya sengaja dikaitkan dalam dugaan korupsi di proyek PLTS Kemenakertrans 2008 karena dendam mantan pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Chandra M Hamzah padanya.

Hal ini karena, ia pernah membongkar pertemuan antara Chandra dengannya, bersama Anas Urbaningrum dan sejumlah rekan lainnya untuk membahas sejumlah kasus korupsi. Dari situ, menurut Nazar, istrinya tiba-tiba dituding terlibat kasus PLTS, tanpa bukti yang jelas.

"Di mana bukti kalau istri saya terlibat. Apa peran istri saya? Kecuali kalau ada pejabat KPK dulu, Chandra, pengen balas dendam pada saya, maka dikenakanlah istri saya," tutur Nazaruddin sebelum menjadi saksi untuk kasus Neneng di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi, Jakarta, Selasa (8/1).

Mantan Bendahara Umum Partai Demokrat itu kembali menjelaskan bahwa istrinya tidak terlibat dalam kasus di proyek PLTS. Menurutnya, Neneng tidak memilik kewenangan apapun di PT Anugerah Nusantara, termasuk menjadi Direktur Keuangan. Hanya ia dan Anas Urbaningrum yang memiliki jabatan di perusahaan itu.

Menurutnya, wajar jika seorang istri bertandang ke kantor suaminya. Itu, tutur dia, bukan berarti Neneng bekerja di perusahaan yang sama dengannya. Istri Anas pun, kata dia, sudah sering datang ke Anugerah dan tidak menjadi masalah.

"Anugerah itu kan isinya mas Anas dan saya, jadi bolehlah dilibatkan di kasus PLTS. Nah kalau istri saya? Terus istri saya dikatakan Direktur  Keuangan katanya. Janganlah, sudah cukup janganlah, dipolitikin lagi. Kalau di perusahaan itu harus jelas kedudukannya, ada suratnya. Mana surat legalitasnya istri saya direktur di sana," tegas Nazaruddin.

Seperti diketahui, terdakwa kasus korupsi di Proyek Wisma Atlet itu mengaku telah lima kali bertemu Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Chandra M. Hamzah. Dalam setiap pertemuan, bekas Bendahara Umum Partai Demokrat itu mengaku membahas penanganan kasus. Pertemuan pertama antara Nazaruddin dan Chandra terjadi pada akhir 2008 atau awal 2009 di sebuah restoran Jepang di Hotel Mid Plaza, Jakarta. Pertemuan itu dihadiri Nazaruddin, Chandra Hamzah, Anas Urbaningrum, Saan Mustopa, dan Pashya (teman Nazaruddin).

Pertemuan tersebut membicarakan mengenai Proyek Paket Bantuan Operasional Sekolah (BOS), program di bawah Departemen Pendidikan Nasional di mana saat itu ada surat kaleng yang dikirim oleh sebuah LSM.

Pertemuan selanjutnya berlangsung di sebuah apartemen di daerah Casablanca, Jakarta, pada awal 2009. Pertemuan dihadiri Nazaruddin, Chandra Hamzah, pengusaha berinisial W (terkait proyek paket BOS untuk program SD), pengusaha berinisial R (terkait proyek paket BOS untuk program SMP), pengusaha berinisial A (terkait proyek pengadaan baju Hansip Pemilu senilai Rp500 miliar dan e-KTP senilai Rp7,6 triliun).

Dalam pertemuan tersebut Pengusaha W, R, dan A masing-masing masuk ke dalam ruangan dan sempat berbicara empat mata dengan Chandra Hamzah.

Pertemuan ketiga terjadi di Kantor KPK lantai 3 pada bulan Juli atau Agustus 2009, sekitar dua minggu sebelum Chandra dan Bibit Samad Rianto ditangkap polisi dalam kasus "cicak vs buaya". Pertemuan ini hanya dihadiri Nazaruddin dan berlangsung sekitar pukul 19.00-20.00 WIB.

Ketika itu Nazaruddin dijemput ajudan Chandra di lantai dasar Gedung KPK. Saat itu, Nazar langsung diantar menuju lift dan masuk ruangan kerja Chandra. Nazaruddin masuk tanpa mengisi buku tamu.

Inti pertemuan membicarakan mengenai kelanjutan perkembangan proyek BOS serta proyek baju Hansip dan paket e-KTP. Pertemuan tersebut juga membicarakan mengenai kasus Bibit dan Chandra.

Pertemuan ke-4 terjadi pada awal 2010. Kali ini bertempat di rumah Nazaruddin di Jalan Pejaten Raya Nomor 7, Jakarta. Menurut Nazar, pertemuan yang terekam CCTV ini juga dihadiri rekannya dari Fraksi Partai Demokrat, Benny Kabur Harman.

Dalam pertemuan ini Chandra Hamzah sempat membawa dua kantong plastik hitam ke dalam mobilnya, sebuah Isuzu Panther. Kantong itu diterima Chandra usai bertemu Pengusaha A dan W di ruangan samping rumah Nazaruddin.

Dalam pertemuan ini Pengusaha A menyerahkan sebuah tas, yang diketahui oleh Nazarudin berisi uang sejumlah US$500 ribu. Kemudian, pengusaha yang bernama W datang dan menyerahkan sebuah tas yang tidak diketahui jumlahnya oleh Nazaruddin untuk keperluan proyek Dana BOS. Beberapa hari setelah penyerahan tersebut, Nazaruddin menyerahkan kepada pengusaha W sejumlah uang senilai US$200 sampai 300 ribu.

Pertemuan terakhir, antara Nazar dan Chandra, terjadi pada pertengahan 2010 usai Kongres Partai Demokrat. Pertemuan berlangsung di rumah Nazaruddin di Jalan Pejaten Raya Nomor 7, Jakarta. Hadir dalam pertemuan ini Benny Kabur Harman, Mahfud (pengusaha proyek Hambalang), dan MM.
Pertemuan terjadi sebelum dilangsungkan pemilihan Ketua KPK di DPR.

Nazaruddin dalam hal ini juga menyebut Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum dekat dengan Chandra."Chandra itu punya kedekatan sam mas Anas. Ini ceritanya membangun bisnis, politik bersama," pungkas Nazaruddin.(flo/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Sengaja Uji Coba di Tanjakan Tajam

Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler