"Ada instruksi dari Pimpinan PSSI. Jadi, kami mau tidak mau kami harus menjalankan. Mau bagaimana lagi. Kami hanya bisa berdoa agar tidak terjadi apa-apa dengan pemain," kata manajer Timnas Mesak Manibor saat dihubungi oleh Jawa Pos, kemarin (29/1).
Mesak menjelaskan bahwa pihaknya sebelumnya tidak mau berangkat karena mepetnya waktu recovery bagi pemain sebelum menjalani pertandingan uji coba. Sebab, dengan berangkat pada 30 Januari dinihari, pemain praktis memiliki waktu istirahat tak lebih dari sehari.
"Ini memang tidak sesuai rencana kami. Tapi, kalau sudah dipaksa kita hanya bisa menjalankan instruksi," ucapnya.
Sementara itu, pelatih Timnas Nilmaizar mengakui dengan kondisi seperti ini anak didiknya tidak akan bisa bermain dengan optimal. Idealnya, lanjut dia, untuk recoveri pemain butuh waktu 72 jam, karena itu jadwal awal dia minta tim berangkat pada 27 Januari.
Dia tak habis pikir bagaimana program uji coba dan keberangkatan yang sudah disusun sejak 6 Januari lalu tak bisa dijalankan. Padahal, rencana uji coba sudah dipastikan dari jauh-jauh hari.
"Kami merasa tanggung jawab. Kalau memang sudah harus berangkat, kami harus siap," ucap pelatih berkumis tersebut.
Menurut sumber Jawa Pos di lingkungan Timnas, mengapa jadwal berangkat tidak bisa tepat waktu ternyata karena ada lempar tanggung jawab pembelian tiket keberangkatan antara PSSI dengan Manajer Timnas. Biaya pemberangkatan Timnas sendiri sampai laga perdana grup C kontra Iraq pada 6 November mendatang itu jumlahnya mencapai ratusan juta.
Namun, hal itu dibantah oleh Exco PSSI Bob Hippy. Dia menjelaskan bahwa pertimbangan utama mengapa Timnas tetap diberangkatkan adalah untuk menjaga hubungan baik dengan Jordania.
"Kami tidak enak saja dengan federasi Jordania. Semalam (Senin, 28/1) saya ditelepon Prince Ali (petinggi sepak bola Jordania). Jangan sampai gagal katanya, kami tidak enak, dia sudah membantu banyak Indonesia. Karena itu kami tetap berangkat," ucapnya.
Di sisi lain, tim kesehatan timnas juga harus bekerja ekstra keras. Mereka langsung menyiapkan langkah agar pemain memiliki daya tahan tahan tubuh dan tidak terlau drop meski waktu persiapan sebelum tanding cukup mepet.
Langkahnya, dengan memberikan suplemen untuk meningkatkan fungsi hati para pemain. Juga, pemain diinjeksi dengan vitamin Neurobion 5000.
"Tapi ini bukan doping. Hanya untuk menjamin kondisi pemain, meningkatkan daya tahan tubuh mereka," ujar dokter tim Syarif Alwi.
Selain masalah daya tahan tubuh, suhu di kota Amman yang cukup dingin, dibawah 10 derajat, juga menjadi perhatian tim kesehatan Timnas. Untuk itu, Timnas telah menyiapkan kostum yang akan dirangkap dan kaos tangan yang akan dipakai saat bertanding.
Namun, Syarif memastikan bahwa pemain tidak bisa diajak bermain dengan tempo tinggi. Alasannya, pemain akan mudah kedodoran dan tidak bisa mengimbangi permainan cepat.(aam)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Beckham Hanya Berlatih, Bukan Gabung
Redaktur : Tim Redaksi